Air Terjun Cigamea
Hari ke dua berada di gunung Salak, kegiatan kali ini adalah mengunjung air terjun Cigamea, di mana tempat ini merupakan tempat wajib jika berada di gunung Salak, airnya yang jerninh, dingin serta pemandangan yang begitu asri hingga mampu menghipnotis siapa saja yang memandangnya. Semua orang berlomba-lomba ingin berenang, namun tidak dengan Jinan, gadis itu lebih memilih duduk di salah satu bebatuan besar yang tak jauh dari air terjun Cigamea.
"Kenapa nggak ikut sama mereka?"
Suara itu mampu membuat lamunan Jinan terbuyarkan. "Lagi nggak pengen," jawab Jinan. "Kamu sendiri ngapain nggak ikut?" tanya Jinan.
"Sama kaya kamu, lagi males aja." Afzal duduk bersila di samping Jinan di batu yang sama. Jinan menatap Afzal tanpa berkedip, Jinan begitu terpesona dengan ketampanan Afzal yang berkali-kali lipat lebih tampan dengan rambut basahnya yang sedikit berantakan.
"Kamu kenapa sih?" tanya Afzal lagi-lagi membuat lamunan Jinan buyar.
"Ah, enggak kok, nggak pa-pa," jawab Jinan sedikit gugup akibat tertangkap basah tengah menatap Afzal.
"Kamu terpesona ya sama ketampanan aku?" tanya Afzal sembari mengedipkan sebelah matanya menggoda Jinan.
"Apaan sih, percaya diri banget," elak Jinan dengan pipi yang sudah merona.
"Kamu mah bikin aku gemes, setiap kali digodain pasti pipinya merah," ucap Afzal yang memang benar adanya.
Jinan tersenyum malu, Jinan pun terkadang merutuki dirinya sendiri karena gampang sekali merona apa bila digoda, terlebih lagi dengan lelaki yang dicintainya. Jinan menghembuskan napasnya pelan lalu pandangannya beredar mengapsen seluruh pemandangan asri yang ada.
"Pemandangannya bagus ya?" tanya Afzal, Jinan menatapnya dengan senyum manis. "Rasanya nggak pengen pulang," sambung Afzal.
Jinan terkekeh setelah mendengar ucapan Afzal yang katanya 'tidak ingin pulang' itu. "Ya udah, nanti kita semua pulang kamu tinggal di sini aja, lumayan jadi makanan nyamuk," ucap Jinan ada unsur ledekan di dalamnya.
"Nggak usah ngeledek deh," ucap Afzal. "Nanti aku ledekin balik kamunya ngambek," sambung Afzal.
Jinan mencubit pinggang Afzal gemas, "Kamu ngeledekinnya nggak kira-kira sih, makannya aku ngambek."
"Kamunya aja yang baperan," ledek Afzal.
"Kamu mah ngeselin," rengek Jinan sudah mulai kesal.
"Tuh kan, baru juga aku selesai ngomong, kamu udah ngambek," ledek Afzal disusul gelak tawa lelaki itu. Jinan semakin cemberut dibuatnya hingga gadis itu memilih untuk membelakangi Afzal.
"Woy Jinan, jangan pacaran terus, sini gabung sama kita-kita!" teriak Metta menggelegar suaranya mampu didengar oleh pengunjung sekitar.
"Iya nanti gua nyusul," jawab Jinan tak kalah kencangnya.
"Yudah aku mau gabung sama mereka." Setelah mendapat anggukan dari Afzal, barulah Jinan beranjak dari duduknya menghampiri ke dua sahabatnya itu.
Setelah kepergian Jinan, ponsel Afzal berdering membuat lelaki itu harus beranjak guna mengangkat panggilan telepon itu. Jinan hanya mengamati Afzal dari kejauhan, gadis itu nampak mengerutkan keningnya curiga.
"Nan, kenapa sih lo?" tanya Berta mengguncang bahu Jinan dan mampu membuat lamunannya terbuyarkan.
"En-enggak kok," jawab Jinan.
Raut wajah Berta nampak tidak yakin, "Seriusan ih, lo kenapa? Lo sakit?" tanya Berta lagi mencoba memastikan.
"Gua nggak pa-pa Ber," jawab Jinan kali ini tegas dan bisa membuat Berta bungkam.
Jinan masih memandangi gundukan batu besar yang tadi dirinya duduki bersama Afzal, Jinan menunggu kedatangan lelaki itu, namun sudah sekian menit berlalu, tapi tak kunjung datang juga. Hingga keseruan itu pun usai, seluruh anggota sudah berada di dalam tenda masing-masing termasuk Jinan, Metta dan berta. Ketiga gadis itu tengah berada di dalam tenda, sejenak merebahkan tubuhnya sembari menunggu kegiatan selanjutnya.
"Kira-kira nanti kegiatannya apa ya?" tanya Metta memecahkan kegeningan.
Jinan menoleh ke samping menatap Metta, "Yang gua denger dari Afzal sih kegiatan malam ini mencari jejak," ucap Jinan.
"Seriusan? Gila aja cari jejak malam-malam, horor banget gila," ucap Metta matanya membola.
Berta menghembuskan napasnya kasar, "Males banget, rasanya pengen rebahan."
"Ya Allah Ber, otak lu cuma rebahan dong isinya," omel Metta yang sudah kesal dengan tingkah manja Berta yang mulai kambuh.
Berta mendengus kesal, sedangkan Jinan terkikik geli mendegar perdebatan sengit ke dua sahabatnya itu. "Udah ih, kalian ini debat mulu, lama-lama jodoh baru tahu rasa."
"Amit-amit," ucap Metta dan Berta serentak.
"Iya deh terserah lu berdua."
Malam hari pun tiba, seluruh anggota sudah berkumpul mempersiapkan pencarian jejak, sebelum berangkat pemilihan kelompok terlebih dahulu, dilanjutkan dengan sedikit bimbingan dan diakhiri dengan do'a. kelompok pertama yang berangkat adalah Kholis, Indi, Susan, dan Hamim. Kelompok dua yang berangkat adalah Jinan, Metta, Berta dan Afzal. Lalu kemudian di susul dengan anggota yang lain.
"Saya berpesan, jangan terpisah dengan kelompok masing-masing. Untuk ketua, tugas kalian melindungi anggota maisng-masing, yang terpenting adalah kalian jangan egois." Seperti itulah pesan yang di sampaikan oleh ketua UKM.
"Untung kita satu kelompok," ucap Berta dengan senyum yang terpancar di wajahnya.
"Awas lu kalo di jalan gangguin gua," ucap Metta. "Kalo lo ngerengek minta pulang, gua tinggalin," ancam Metta.
Berta mengerucutkan bibirnya, "Tega amat lu sama gua.
"Udah, kalian ini berantem terus," lerai Jinan.
"Gua sebagai cowok semata wayang harus gimana?" tanya Afzal.
"Jalan duluan sana!" perintah Metta kesal.
Afzal pun mengikuti perintah Metta untuk jalan paling pertama, lalu di susul dengan tiga perempuan di belakangnya.
"Hati-hati Zal," ucap Jinan yang tepat berada di belakang Afzal.
Medan kali ini tidak main-main, jalanannya setapak yang begitu kecil ditambah lagi licin akibat gerimis beberapa detik yang lalu.
"Metta, Berta hati-hati ya," ucap Jinan.
"Pelan-pelan aja nggak bakalan ditinggalin kok," sambung Afzal.
Di tengah-tengah perjalanan hujan kembali mengguyur, Afzal melihat ada sebuah pondok kecil yang tak jauh dari tempatnya berdiri, tanpa berpikir panjang lelaki itu berlari berteduh di pondok itu.
"Berteduh dulu ya," ucap Afzal sedikit berteriak.
Jinan, Metta dan Berta pun hanya mengangguk, lalu menyusul Afzal yang sudah duduk di dalam pondok kecil itu. Namun, Afzal tidak sendirian, ada satu orang lelaki lagi yang tidak mereka kenal juga tengah berteduh juga di sana.
"Permisi pak, kami izin berteduh ya," ucap Jinan sopan.
Lelaki itu hanya mengangguk tanpa mengucapkan apa pun, Jinan pun duduk bersama Metta dan Berta sedangkan Afzal tengah membuat perapian untuk menghangatkan tubuhnya.
"Sayang, kamu kedinginan?" tanya Afzal sedikit mendongak menatap Jinan yang mengigil.
Jinan tersenyum simpul, "Dikit."
Afzal tersenyum lalu berdiri melepas jaketnya sendiri dan hanya menyisakan kaus pendek berwarna hitam.
"Eh, kamu ngapain? Nggak usah, nanti malah kamu yang kedinginan." Jinan menolak dengan lembut.
"Nggak pa-pa, aku kan kuat," ucap Afzal mencoba meyakinkan.
Lelaki asing yang juga berada di pondok itu hanya menatap datar ke arah dua sejoli yang tengah rebut hanya masalah jaket. Metta dan Berta menatap aneh lelaki asing yang tengah menatap Jinan tanpa berkedip, ke dua gadis itu saling berbisik.
"Eh, gua jadi takut sama itu orang," bisik Metta matanya tak lepas dari lelaki asing itu.
"Sama, gua juga," ucap Berta dengan suara lirih pula.
"Kenapa dia natap Jinan gitu banget ya?" tanya Metta berbisik.
"Mana gua tahu." Berta menggedikkan bahunya.
Tatapan lelaki asing mampu membuat Meta dan Berta bungkam. Tubuh ke dua gadis itu kian bergetar saat tatapan lelaki itu semakin tajam.
"Hati-hati di jalan," ucap lelaki asing itu sebelum beranjak dari duduknya.
Seketika tubuh Jinan menegang, jantungnya berdetak sangat kencang bahkan otaknya seketika tidak berfungsi setelah mendengar suara boriton lelaki itu. Jinan menatap punggung lelaki asing yang kian menjauh, bahkan Jinan menatapnya sampai tubuh lelaki itu benar-benar tidak terlihat lagi.
Budayakan vote dan mampir ke kolom komentar :)
kalo ada typo tolong tandain ya :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top