BAB 23 (21+)
Yok vote sebelum baca.
==========================================
BAGIAN
DUA PULUH TIGA (21+)
==========================================
Agratha tak ingin terbangun dari tidurnya yang sudah cukup nyenyak, tanpa dihantui mimpi buruk seperti malam-malam lalu.
Namun, ia terjaga tepat pukul tiga dini hari dengan perasaan yang lumayan gelisah.
Banyak hal dipikirkan, termasuk juga sang suami. Tentu membuat semua kantuknya hilang, padahal tubuh masih pegal-pegal.
Agratha pun tidak berencana turun dari kasur. Namun, kerongkongannya lumayan kering dan membutuhkan air minum.
Ketik keluar dari kamar, seperti biasa, ia akan disambut kesunyian ruangan. Tidak ada suara terdengar sama sekali.
Penerangan pun redup karena satu lampu saja menyala, itu pun di dekat sofa.
Setelah berjalan beberapa meter untuk bisa sampai ke tempat tujuan, akhirnya Agratha menginjakkan kaki di areal dapur.
“Mas Dhega?” Spontan saja diucapkannya nama sang suami, saat dilihat pria itu di meja makan. Jelas ia merasa amat kaget.
“Mas kenapa di sini?” Dilontarkannya lagi pertanyaan seraya mendekat ke sosok sang suami guna memastikan tak salah lihat.
Dan ketika sudah berada di depan Dhega Sentana, ia pun langsung memeluk pria itu dengan segenap kerinduan dirasakan.
Memang belum ada dua puluh empat jam, sejak terakhir mereka berdua bertemu di apartemen sang suami, pagi tadi.
Dirinya sedang tidak berhalusinasi. Sosok Dhega Sentana sungguh nyata adanya.
“Mas?” Digumamkan kembali panggilan dengan kepala yang mendongak guna bisa memandang lekat sosok sang suami.
Dhega Sentana juga menatapnya intens.
“Kenapa Mas ada sini?” tanya Agratha.
“Saya tidak boleh pulang?”
“Bukankah ini masih rumah kita? Saya akan lagi tinggal bersama kamu di sini.”
Semua jawaban dilontarkan sang suami pun didengar, tapi ia tak bisa merespons. Hanya bisa memandangi pria itu.
Dan ketika Dhega Sentana memeluknya, lekas ditunjukkan balasan dengan dekapan erat. Perasaan mulai bergemuruh sehingga membuat air matanya mulai keluar.
“Jangan kemana-mana, Mas. Tetap di sini tolong. Aku butuh kamu, Mas Dhega.”
Segala bentuk ego Agratha sebagai wanita mandiri, luntur sudah. Ia tak merasa malu meminta pada suaminya agar tidak pergi.
“Tolong … tolong jangan pergi, Mas.”
“Saya tidak akan pergi, Gratha.”
“Maafkan aku, Mas.”
“Saya yang harusnya minta maaf karena tidak tahu kejadian sebenarnya.”
“Saya malah terbawa emosi, kemarahan, dan kecemburuan hanya karena mantan perwira kamu itu, Gratha. Maafkan saya.”
“Untuk orang-orang yang sudah berbuat jahat denganmu, saya akan adili mereka.”
Ya, setelah melakukan investigasi selama beberapa hari belakangan soal kronologi kecelakaan dialami sang istri, ia pun telah mengetahui siapa pelakunya yang tak lain adalah selingkuhan Hanom Brawijaya.
Wanita itu melakukan tindakan kriminal istrinya dengan mendorong saat di tangga hingga menyebabkan calon bayi mereka meninggal. Ia tak akan pernah menerima.
Kasus ini jelas harus dibawa ke ranah hukum. Dan diproses dengan sangat adil.
Dirinya punya kenalan-kenalan penting di kejaksaan dan kepolisian. Tak akan sulit meminta bantu para petinggi tersebut.
Hanom Brawijaya juga akan diseretnya. Persetan dengan status pria itu dalam angkatan militer yang disegani. Pasti bisa dibidik hingga ke akar-akarnya.
“Kita akan rujuk, Mas?”
Dhega membalas segera kontak mata yang diciptakan sang istri dengan netra berair.
Lalu, kepala dianggukan.
“Kita akan rujuk.” Dhega pun menjawab mantap seraya mempererat rengkuhan.
“Saya akan batalkan perceraian.”
Tepat setelah diselesaikan ucapan, ia pun menyatukan bibir mereka untuk memulai ciuman dengan sang istri. Sudah sangatlah besar kerinduannya pada Agratha.
Malam ini pula, akan disentuh wanita itu secara utuh. Dan menjadikan kembali sang istri menjadi milik dirinya seorang.
Seraya terus melumat dengan hasrat yang kian membakar, Dhega pun membopong Agratha ke arah sofa. Ia sungguh tak bisa menahan desakan untuk lekas menyatukan diri dengan istrinya dalam peleburan dua manusia yang membutuhkan satu sama lain dan terbalutkan gairah menggelegak.
Setelah berhasil dibaringkan Agratha di sana, ia mulai melucuti pakaian satu demi satu pakaian digunakan istrinya.
Kemudian, ia juga melakukan hal sama.
Mereka pun sudah tak memakai apa-apa sehingga memudahkannya menautkan diri dengan sang istri dan memulai percintaan.
=================
Ditunggu komen yaaa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top