BAB 05 (21+)

Yok vote sebelum baca.



==========================================

BAGIAN 

LIMA (21+)

==========================================

Dhega ingin mempercepat tempo karena merasa sang istri akan segera klimaks.

Namun saat tubuh wanita itu menegang di atasnya, maka pergerakan pun dihentikan.

Rupanya Agratha sudah orgasme. Lebih awal terjadi, dibanding perkiraannya yang menduga wanita belum meraih pelepasan.

Dipeluk cepat sang istri saat wanita itu tak bisa menjaga keseimbangan tubuh lagi.

Lalu, dibaringkan Agratha di atas kasur. Ia lakukan hati-hati agar sang istri nyaman.

“Sayang …,” panggilnya lembut.

“Iya, Mas?”

“Kamu belum klimaks.”

“Saya akan memuaskanmu.”

Baru saja Agratha ingin mengatakan jika tak perlu pria itu melakukan, tapi Dhega Sentana sudah membenamkan kepala di bawah sana, tepat di mahkotanya.

Sang suami memulai aksi. Dan ia juga tak bisa menolak sentuhan pria itu. Gairahnya justru kembali terasa membakar.

Tentu perlu untuk dituntaskan.

Dirinya ingin mendapat pelepasan seperti sebelum-sebelumnya telah diraihnya.

Dan ketika sang suami menambah tempo serangan dalama waktu sangat singkat, ia merasakan desakan tersebut semakin tak tertahankan. Sudah sampai di ujung.

Sangat siap untuk meledak.

Manakala hantaman gelombang hasratnya yang tertinggi sudah menggulungnya, ia pun melepaskan semua dengan cepat.

Tubuhnya bergetar hebat dalam kepuasaan orgasme yang rasanya melegakan.

“Mashh …,” gumam Agratha pelan dalam napas masih menderu. Dipeluk erat sang suami yang sudah rebah di sampingnya.

Dhega Sentana pun sudah memeluk balik Agratha dengan segenap keposesifan. Ia senang bisa membuat istrinya klimaks.

Matanya memandang sayang sosok sang pujaan hati. Wanita itu selalu memesona di matanya. Apalagi dalam keintiman ini.

Dan ketika Agratha masih dalam pengaruh klimaks seperti sekarang, sang istri kian seksi dibalik kecantikan yang telah alami.

Namun, tidak akan dilanjutkan permainan mereka, walau ia belum mencapai puncak badai gairahnya sendiri. Bisa ditahannya.

Ingin diutamakan kepuasaan Agratha saja, demi bisa memenangkan hati sang istri.

Hendak dibuktikan pula jika ia bisa beri pengalaman luar biasa di ranjang.

Mungkin dengan begitu, dapat dipercepat waktu untuk bisa dicintai Agratha.

Terlebih, mereka akan segera punya anak yang bisa menjadi pengikat pernikahan ini hingga seumur hidup keduanya.

Rasa sayang pada sang istri sudah begitu besar, ia tidak ingin kehilangan Agratha, meski rumah tangga yang mereka bangun adalah hasil perjodohan orangtua.

Sejak awal, dirinya pun ditugaskan untuk membantu Agratha menjadi ketua umum.

Dengan kecakapan melobi para petinggi partai, tak sulit baginya menggapai tahta tertinggi di dalam fraksi untuk sang istri.

Maka dari itu, ayah mertuanya, Ganesha Dewantara, memberikan mandat padanya ikut berperan menjaga Agratha yang sudah pasti akan sering diincar elit-elit partai.

Benar. menjadi penasihat Agratha. Berada di balik layar dan memastikan sang istri bisa menghadapi setiap rintangan dengan para petinggi fraksi yang akan menentang.

Di usia sang istri baru dua puluh sembilan tahun, tentu masih dianggap terlalu muda untuk menjabat sebagai ketua umum.

Masih minim pengalaman. Dan gender juga menjadi masalah yang cukup utama.

Walau begitu, ia percaya kemampuan sang istri dalam memimpin fraksi. Agratha salah satu lulusan magister terbaik ilmu politik di universitas nomor dua dunia. 

Ditambah dengan pendidikan militer yang juga sangat mumpuni, istrinya sangat siap mengemban semua tugas selama menjabat ketua umum lima tahun kedepan.

Catur perpolitikan nasional tentunya harus tetap dikuasai partai mereka. Terutamanya memenangkan pemilu legislatif dan juga presiden, sesuai agenda telah disusun.

Sudah tentu dibutuhkan langkah-langkah semakin strategis untuk mempertahankan.

Mengingat, pemilihan umum akan segera digelar dan wajib untuk dimenangkan.

Terlebih lagi, sang mertua akan maju untuk bakal calon presiden selanjutnya. 

Merangkul para oposisi, lalu menciptakan koalisi dengan fraksi-fraksi lain semakin solid dan menguntungkan, menjadi poin utama dalam manuver politiknya.

Yang terpenting juga, sudah tentu merebut hati masyarakat. Meraih dukungan mereka dengan program-program cemerlang.

“Mas?”

“Hmm?” Dhega menggumam pelan. 

“Aku boleh bertanya?”

“Boleh.” Dhega menjawab cepat sembari mengeratkan pelukan di tubuh polos sang istri. Menatap wanita itu lekat-lekas.

“Apa Mas mencintaiku?”

“Saya mencintai kamu, Agratha.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top