[2] Khawatir

Hafa masih mengikat tali sepatu saat sebuah mobil masuk ke pekarangan rumahnya dan berhenti di sana. Hafa berusaha untuk tetap fokus mengikat tali sepatunya, datang sepagi ini paling-paling tamu papa atau mamanya.

Saat suara pintu mobil tertutup barulah Hafa mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang datang, dia langsung terdiam mendapati Ago berdiri di sana, tepat di samping mobil.

Sepersekian menit mereka hanya saling menatap sebelum Hafa kembali menunduk untuk mengikat tali sepatunya yang sebelah kiri.

Tak lama Hakim keluar dari rumah, dia baru saja bangun tidur dan Ago sudah merecokinya dengan panggilan bertubi-tubi.

"Ngapain sih lo ke sini pagi-pagi?" tanya Hakim tak bersahabat, cowok dengan wajah beler itu mengucek-kucek matanya untuk menyadarkan dirinya sendiri.

"Mau mainlah, ngapain lagi?" kata Ago santai sambil mulai berjalan menuju teras.

Hafa bangkit dari duduknya, dia berjalan untuk menuju mobil dan berangkat ke sekolah. Ago masih menatap Hafa yang kini berjalan di sampingnya, menurut Ago Hafa selalu cantik apa pun keadaannya.

"Fa!!" panggil Ago, bukan cuma Hafa yang kaget, tapi juga Hakim.

Dua bersaudara itu menatap ke arah Ago, menuntut penjelasan apa gerangan cowok itu memanggil Hafa. Sementara itu, di dalam sana jantung Hafa sudah deg-degan tak karuan, sepertinya ini pertama kalinya Ago memanggilnya, selama ini mereka terlalu canggung bahkan hanya untuk saling menatap.

"Rambut..." Kemudian Ago hanya menunjuk jidatnya sendiri. Hafa yang paham langsung berbalik dan memperbaiki anak-anak rambutnya yang keluar dari hijabnya.

Hafa langsung pergi begitu saja menuju mobil meninggalkan Ago yang masih menatapnya, Hakim sendiri sibuk dengan pikirannya, suasana ini benar-benar aneh setidaknya menurut Hakim.

"Ya udah yuk masuk," ajak Hakim mengalihkan perhatian Ago dari Hafa.

"Kim, gue suka sama Hafa," kata Ago.

Hakim menghentikan langkahnya, dia memejamkan mata lalu membukanya dan menatap Ago. "Dan gue udah sering bilang, gue gak bakal ngasih Hafa ke lo," ujar Hakim menepuk perut Ago.

"Lo tahu sendiri gue gak pernah suka sama cewek lain selain Hafa, gue bertahun-tahun suka sama dia Kim," ucap Ago masih terus mengikuti langkah Hakim yang kini menaiki tangga menuju lantai dua.

Hakim menghentikan langkahnya lagi dan menatap Ago. "Adek gue itu cewek baik-baik, lo sama gue itu sama, sama-sama bangsat, gue gak mau Hafa punya pasangan cowok bangsat kayak gue, jadi buang jauh-jauh perasaan lo itu, kalau lo sampai nekat bertindak terlalu jauh, gue gak bakal segan-segan buat muka lo bonyok!"

"Gue bakal perjuangin perasaan gue," kata Ago keras kepala.

"Hafa gak bakal mau jadi pacar lo! Dia gak mau pacaran!" tegas Hakim.

"Gue bisa jadi suaminya nanti," kata Ago lagi masih tak mau kalah.

Dia sudah terlalu lama menahan perasaannya sendirian, dan sekarang Ago akan menembus segala rintangan yang akan menghalanginya mendapatkan Hafa, termasuk Hakim.

***

Hafa duduk tidak nyaman di bangkunya. Dia risih, sepertinya ada yang mengganjal. Perutnya juga sedikit terasa diperas-peras, perutnya keram.

"Yun, kayaknya gue halangan deh, perut gue sakit banget," bisik Hafa pada Yuna teman sebangkunya.

"Ya udah ayok gue temenin ke toilet," kata Yuna.

Hafa mengangguk dan Yuna langsung mengangkat tangannya meminta izin permisi pada guru yang sedang mengajar di kelas.

Yuna memegang tangan Hafa, mereka berdua berjalan beriringan. Yuna agak takut kalau-kalau Hafa pingsan, wajah temannya itu sangat pucat dan dahinya berkeringat.

"Perut gue sakit banget Yun," adu Hafa.

"Padahal biasanya gak pernah sesakit ini," lanjut Hafa lagi.

"Ya udah habis ini lo pulang aja, nanti gue minta sekretaris permisiin ke meja piket," ucap Yuna khawatir, dia tak pernah melihat Hafa selemah ini sebelumnya.

Setelah sampai di toilet Yuna membiarkan Hafa masuk sendirian ke dalam sana. Dia menunggu dengan harap-harap cemas sambil sesekali memanggil nama Hafa agar cewek itu tetap sadar.

Beberapa menit kemudian Hafa dengan wajahnya yang semakin pucat keluar dari toilet, Yuna semakin khawatir, dia tak membawa Hafa kembali ke kelas melainkan membawanya menuju ke UKS. Cewek itu lalu berlarian menuju ke kelas untuk memanggil sekretaris.

Hafa sendiri membaringkan tubuhnya sambil memejamkan mata, dia memang sering keram perut jika datang bulan, hanya saja sepertinya hari ini yang terparah.

"Gue udah panggil sekretaris, sekarang dia lagi ngurusin surat permisi lo, lo pulangnya mau gimana ini? Pesen taksi online aja atau mau minta jemput?" tanya Yuna, sesekali dia mengipasi wajah Hafa yang berkeringat.

Hafa menyerahkan ponselnya pada Yuna. "Teleponin abang gue, bilang gue sakit," suruh Hafa.

Yuna mengangguk dan langsung menerima ponsel tersebut lantas menelepon abang Hafa. Yuna terlihat menunggu panggilan itu mendapat jawaban.

***

"KIM!!! Hanphone lo bunyi!!" teriak Ago yang sedang asik bermain PS. Sementara itu Hakim sedari tadi berada di dalam kamar mandi tak keluar-keluar.

"Ya! Lo angkat kek," kata Hakim dari dalam sana.

"Ck!" Ago langsung mem-pause permainannya dan menyambar ponsel Hakim yang tergeletak di karpet tempatnya duduk.

Ago terdiam mendapati nama "Tercantik" terpampang di layar ponsel Hakim, itu adalah kontak Hafa.

Asik terdiam, telepon terputus dan beberapa detik kemudian panggilan masuk lagi, perlahan Ago menggeser ikon hijau dan menempelkan ponsel milik Hakim ke telinganya.

"Hallo Bang! Hafa lagi sakit nih, buruan jemput," ceorocos orang di seberang sana.

Ago langsung merasa khawatir dan menjawab, "iya-iya, gue ke sana sekarang!"

"Kim! Hafa lagi sakit, dia mau izin dari sekolah, dia minta jemput sama lo," ujar Ago di depan pintu kamar mandi.

"Aduuuh gue mules banget lagi, tapi kasihan adek gue, lo jemput deh, tapi awas lo ya jangan macem-macem," kata Hakim dari dalam.

"Tapi emang Hafa mau sama gue?" tanya Ago.

"Ya lo jemput ajalah, darurat ini," kata Hakim lagi.

Kemudian tanpa banyak bicara lagi, Ago langsung menyambar kausnya, memakainya sambil jalan, mengambil kunci mobil dan meluncur ke sekolah Hafa.

Beberapa menit kemudian mobilnya sampai tepat di depan gerbang SMA Pengubah Bangsa.

"Mau jemput Hafa ya?" tanya seorang cewek yang terlihat sangat panik berdiri di samping pagar.

"Iya!" jawab Ago yang ikut-ikutan panik.

Cewek itu langsung marik tangan Ago membawanya masuk ke dalam pekarangan sekolah, melewati meja piket dan sampailah di sebuah ruangan.

"Kayaknya Hafa gak bisa jalan gendong aja," suruh Yuna seenaknya.

Ago tentu saja bingung, Hafa bukan cewek sembarangan yang akan terima disentuh oleh sembarang laki-laki.

Mendengar suara Yuna yang tak santai, Hafa merasa terganggu dan terbangun. Dia lantas menatap siapa laki-laki yang berada di dekat Yuna, ternyata Ago.

"Bang Hakim mana?" tanya Hafa sambil melongok ke sana sini, mencari keberadaan Hakim.

"Dia tadi lagi di kamar mandi, jadi dia nyuruh gue buat jemput," jelas Ago.

Hafa mengangguk, kemudian Ago mengambil alih tas Hafa yang berada di tangan sekretaris kelas Hafa dan meminta Yuna untuk membantu Hafa berjalan sampai ke mobil.

Ago mengikuti dari belakang memastikan kalau-kalau Hafa bisa berjalan sampai ke mobil. Sampai di dekat mobil, Ago membukakan pintu dan membiarkan teman-teman Hafa membantu Hafa untuk masuk mobil.

"Anterin dia pulang dengan selamat ya Bang!" pesan Yuna, dia sebenarnya agak kaget dengan tampilan orang yang menjemput Hafa, bukannya apa-apa, penampilan Hafa sangat islami, hijabnya panjang bahkan cara bicara Hafa sangat lembut, sementara orang yang menjemputnya terlihat menyeramkan dengan tatto disepanjang lengan kirinya.

"Iya-iya," jawab Ago.

"Hati-hati bawa mobilnya!" pesan Yuna sekali lagi sampai mobil benar-benar menjauh dari SMA Pengubah Bangsa. Yuna sendiri agak heran, abang Hafa penampilannya tidak terlalu seperti anak nakal dan wajahnya pun bukan seperti yang barusan menjemput Hafa.

Kemudian Yuna hanya menggelengkan kepalanya lantas kembali ke kelas.

Sementara itu, di dalam mobil Ago dilingkupi dengan perasaan khawatir pasalnya Hafa seperti sangat kesakitan sampai matanya mengerut terpejam.

Ragu, Ago mengangkat tangannya menuju kening Hafa, menempelkan telapak tangannya di sana untuk memeriksa suhu tubuh adik sahabatnya itu, tubuhnya tidak panas, tapi kenapa ada begitu banyak keringat?

Kemudian Hafa sadar ada yang menempel pada keningnya, dia kaget dan Ago juga tekejut, Ago langsung menjauhkan tangannya dari wajah Hafa.

Ago berdeham dan kembali fokus menyetir, berada dalam satu ruang yang sama dengan Hafa ternyata membuat jantungnya tidak baik-baik saja. Beberapa kali Ago harus menarik napas dan membuangnya, berusaha menetralkan deru jantungnya yang tidak santai.

"Kak...," ujar Hafa lemah.

"Iya?" tanya Ago menatap Hafa.

"Mampir mini market bentar ya, Hafa mau beli sesuatu," kata Hafa dan Ago membalasnya dengan anggukan.

Tak lama mereka sampai di pelataran sebuah mini market, Ago menatap Hafa, tapi sepertinya cewek itu tidak sadar kalau mereka sudah sampai di sana.

"Fa!"

"Hafa...," panggil Ago.

"Mau beli apa?" tanya cowok itu begitu Hafa membuka matanya.

"Oh udah sampe ya." Hafa menegakkan tubuhnya dan menatap ke sekitar, dia berniat membuka pintu mobil, namun seseorang menahan tangannya.

"Eh sorry," ucap Ago begitu Hafa membebaskan tangannya dari cengkraman Ago.

"Biar Kakak aja yang beli, mau beli apa?" tanya Ago lembut, sungguh dia juga menjadi lemah dan tak tega melihat Hafa seperti ini.

"Euuuung..." Hafa tampak ragu untuk mengatakannya, kalau Ago adalah Hakim, mungkin Hafa akan langsung memberitahu apa yang ingin dia beli, tapi ini Ago, mereka bahkan tidak dekat.

"Obat demam? Atau susu?" tanya Ago berusaha menebak-nebak.

"Itu... Kakak gak apa-apa nih?" tanya Hafa memastikan, masalahnya yang ingin dia beli merupakan barang pribadi khusus wanita.

"Iya gak apa-apa, lagian lo kan lagi sakit," kata Ago meyakinkan Hafa.

"Itu... aku... aku butuh pembalut sama kiranti," ujar Hafa menunduk, sungguh ini adalah hal yang memalukan.

"Oh oke," kata Ago kikuk, cowok itu menggaruk belakang kepalanya lantas keluar dari mobil.

Ago sama sekali belum pernah membeli apa yang Hafa inginkan itu sebelumnya, semuanya jadi awkward saat kasir mini market tersebut masam-mesem tak jelas melihat ekpresi kebingungan Ago yang menanyakan bagaimanana bentuk kiranti.

#####

Jangan lupa follow instagram RWP
@romancewp123.

To be continued...
Sabtu, 08 febuari 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top