hari terakhir
Pesan itu teramat singkat.
[ Jemput aku di bandara, jam 7 malam nanti. Tunggu di kedatangan internasional. ]
Teramat singkat, tetapi mampu membuat Hyunjin menjatuhkan ponselnya dan tergesa meraih mantelnya, menyetir menuju bandara. Pesan yang berasal dari nomor gadisnya. Setelah dua minggu tepat, gadisnya akhirnya menghubungi dengan pesan yang tidak Hyunjin sangka.
Gadisnya sungguhan pulang.
Dan bagi Hyunjin, itulah yang terpenting dibandingkan apapun yang ada di dunia. Biarpun ia tidak tahu apakah kepulangan itu bermakna sejenak atau selamanya. Ia tetap menanti di bandara sesuai pinta, menunggu dan menunggu lama hingga ia menemukan gadisnya melangkah menuju ke arahnya (dengan lingkaran mata yang menghitam, wajah yang lelah, dan gestur mengantuk). Tanpa membuang waktu lagi, Hyunjin melangkah mendekat. Tanpa bertukar kata lagi, digenggamnya tangan Chaewon dan ditariknya menuju pelukan.
Ini nyata. Ini memang ada. Yang ia peluk ini memang benar gadisnya yang hilang.
"Aku khawatir."
"Maaf." Suara Chaewon mencicit, merasa bersalah, "Aku enggak bilang kamu soalnya mau jadi kejutan."
"Selama ini kamu ke mana aja?"
"Nyelesaiin kerjaan aku. Biar aku bisa cepet pulang. Nyari uang tambahan juga sekalian."
Dari lingkaran hitam di bawah mata, kulit yang memucat, dan wajah lelah gadisnya, Hyunjin dapat membayangkan berapa banyak jatah lembur yang Chaewon gunakan untuk menyelesaikan proyeknya. Selama ini melalui telepon, Hyunjin memastikan bahwa sekalipun bekerja keras, gadisnya mendapatkan istirahat yang cukup. Mungkin ia dapat memahami alasan mengapa Chaewon memutuskan kontak selain agar ini semua menjadi kejutan. Gadisnya tidak ingin ia tahu bahwa ia memaksakan diri sampai sejauh ini.
Biarpun ia tahu di mata gadisnya masih ada sesuatu yang disembunyikan. Mungkin di rumah, di tengah keheningan, Chaewon akan bercerita lebih banyak. Bagaimanapun, mereka masih berada di bandara dan di sini ramai.
"Jadi kamu enggak bakal ke Jerman lagi?"
"Iya."
Hyunjin menarik napas, Merasa bahwa ia tidak perlu memperdebatkan ini lebih jauh lagi. Yang terpenting, Chaewon telah kembali. Gadisnya telah kembali ke tempat di mana ia seharusnya berada—di pelukannya.
"Selamat datang lagi."
//
(Setelah pertemuan ini, setelah mendengarkan cerita Chaewon dan perjuangan panjangnya bantu mengatasi masalah kantor menuju ke rumah, Hyunjin tanpa henti memikirkan rangkaian kata, lagi dan lagi.
Saat Chaewon terlelap di dalam dekapnya, diambilnya kertas dan pena sebelum menulis cepat apapun di kepala—akhirnya Chaewon ada, akhirnya penantiannya usai, akhirnya bukunya benar-benar dapat dikirim menuju penerbit kepercayaan.)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top