Bab 3: Bunga Spesial Kenta dan Pekerjaan Moira di Perpustakaan
Moira terbangun saat Bibi Zoe meneriakkan "sarapan sudah siap!" Setelah membasuh wajah dan menyikat rambutnya, Moira buru-buru turun tangga untuk melahap bubur gandum gula aren yang sudah disiapkan oleh bibinya. Neesa sudah pergi duluan, temannya menjemputnya kemarin malam untuk pesta menginap dan pagi ini mereka berdua akan nonton film, meninggalkan Moira karena dia masih ada latihan magang dengan Kenta. Paman Martin sudah pergi jogging keliling kompleks. Setelah berterima kasih pada Bibi Zoe atas sarapan bubur yang lezat, Moira meluncur ke apartemen Kenta dengan tas ransel dan sekotak bekal makan siang. Makan siang yang disiapkan Bibi Zoe cukup untuk dua orang.
Moira memarkir sepedanya dan membunyikan bel. Kenta menyambut Moira dengan secangkir kopi hitam yang masih panas mengepul, dia tersenyum dalam balutan baju hangat bergambar rusa. Rambutnya sekarang disisir ke belakang dan tidak lagi menutupi matanya. Dia terlihat sangat tampan bahkan saat memakai baju kasual. Moira yakin siapa pun yang berkencan dengan Kenta pastinya sangat beruntung punya kekasih yang begitu menawan, tapi tentu saja ada kemungkinan Kenta tidak sedang berpacaran.
"Kak Kenta, kakak terlihat sangat ganteng! Aku suka gaya rambut kakak yang baru!" Moira benar-benar terpesona.
"Makasih! Aku ingin tampil rapi dan pantas karena sekarang aku akan mengajari kamu caranya magang. Tadinya aku khawatir gaya rambutku terlalu berlebihan atau apa, aku lega kamu malah memujiku." Kenta menjadi sadar diri dan secara refleks menyentuh rambutnya. "Seperti yang sudah aku bilang kemarin, aku akan menunjukkanmu bunga Ragi Lembayung. Aku berkolaborasi dengan taman bunga di sekitar sini dan departemen kehutanan mengizinkan aku meminjam rumah kaca untuk sementara waktu. Aku bisa menyetir kamu ke taman bunga. Omong-omong, kamu sudah pernah ke sana?"
Moira hanya pernah satu kali ke taman bunga itu, saat Paman Martin membeli tiket untuk keluarga Natal yang lalu ketika rock band alternatif kesukaan Neesa main di taman bunga. Rock band tersebut, yang mengeluarkan beberapa album indie penuh dengan lagu-lagu tentang berkemah di tepi hutan, bukanlah selera Moira tapi Paman Martin ingin dia mendukung sepupunya, jadi dia menurut saja dengan setengah hati. Namun, pengorbanan Moira tidak sia-sia karena setelah pertunjukkan selesai Neesa menghadiahinya dengan sepasang celana jeans yang sangat dia inginkan.
"Iya, aku sudah pernah ke sana tapi aku tidak begitu memperhatikan tumbuh-tumbuhan yang ada karena saat itu aku fokus ke band yang main musik dengan sangat berisik dan itu benar-benar musik yang payah tapi sepupuku suka musik seperti itu, jadi ya aku mencoba untuk bertahan dan malah mimpi siang bolong." Moira menceritakan pengalamannya pada Kenta sementara pria muda itu menyalakan mesin mobil. Mobil Kenta dipasangi parfum aroma jeruk dan mawar, sebuah kombinasi yang membuat Moira merasa mengantuk. Dia hampir jatuh tertidur ketika Kenta mengingatkannya untuk memasang sabuk pengaman.
Perjalanan ke taman bunga cukup singkat dan sepanjang perjalanan Moira mencoba untuk tidak tertidur. Kenta tidak mencoba mengobrol, sepertinya dia berpikir pasti Moira capek karena harus bangun pagi-pagi buta, bahkan lebih pagi dari saat dia harus sekolah.
"Oke, Moira, kita sudah sampai!" Kenta membangunkan Moira dan melepaskan sabuk pengamannya. Moira mengucek matanya dan tersipu, kemudian turun dari mobil. Kenta menunjukkan jalan ke rumah kaca dan Moira bisa lihat dari dinding yang transparan bahwa ada barisan sesuatu berwarna merah.
"Sebelum kita masuk, Moira, aku harus mengingatkanmu bahwa walau pun ini adalah rumah kaca, ini bukan jenis rumah kaca yang hangat dan nyaman. Rumah kaca ini dilengkapi mesin pendingin udara yang bisa mengendalikan suhu supaya es di dalam sini tidak meleleh. Kamu ingat kan bahwa bunga Ragi Lembayung hanya bisa tumbuh di atas es? Mereka akan layu bila es meleleh. Aku tahu di luar sana masih musim dingin namun aku berencana meneruskan penelitian bahkan setelah liburan musim dingin selesai, maka itu aku membutuhkan rumah kaca dengan temperatur yang bisa aku kontrol sesukaku." Kenta memasukkan kode sandi untuk mengakses rumah kaca sementara Moira berjingkat dan mengintip lewat jendela untuk melihat bunga-bunga merah yang berbaris rapi, dengan hati-hati mengagumi bentuk kelopak bunga dan warnanya yang sangat indah dan terang.
"Aku harap kamu membawa kamera sendiri, tapi aku juga punya kameraku sendiri untuk brjaga-jaga kalau kamu lupa. Aku ingi kamu foto bunga-bunga ini dari berbagai sudut, mengerti ya? Foto yang paling baik akan akan kirim ke suatu jurnal akademis di mana aku adalah salah satu penulisnya." Kenta menjelaskan sambil mengatur suhu rumah kaca. Moira mengangguk dan membetulkan lensa kamera, kemudian memindahkan kamera lebih dekat ke aras barisan bunga Ragi Lembayung dan menganalisis dari sudut mana dulu dia harus mengambil gambar.
"Jadi Moira, beri tahu aku kenapa kamu harus kuliah di Universitas Anggrek Biru. Lee sudah memberitahuku tapi aku ingin dengar langsung dari sumbernya. Apakah kamu akan tetap ingin kuliah kalau tidak ada beasiswa? Apakah beasiswa satu-satunya hal yang menarik minatmu?" Kenta mulai menanyai Moira.
Moira menggeser posisi kakinya dengan gelisah, tidak yakin harus bagaimana menjawab pertanyaan Kenta yang tiba-tiba dan sedikit kesal karena Kenta berpikir dia hanya mau kuliah kalau menang beasiswa. "Awalnya, aku melakukan ini karena Neesa meyakinkan aku bahwa kuliah di universitas dengan nama besar akan membuka banyak pintu kesempatan untukku. Namun setelah aku pikir-pikir lagi, aku rasa alasanku yang sebenarnya adalah aku ingin menempatkan diriku di lingkungan yang menantang dan juga aku ingin mengalahkan rasa takutku. Rutinitas keseharianku selama ini Cuma berangkat sekolah lalu membantu di laboratorium sepulang sekolah lalu mendekam di studio seni di rumah, tapi aku ingin tahu apakah aku bisa mengelola waktu tanpa jadwal yang terstruktur padat. Perkuliahan memang terdengar menakutkan buatku, tapi jika aku ingin terus berkembang maka aku harus punya keberanian untuk melawan kelemahanku satu ini."
"Itu adalah cita-cita yang pantas diperjuangkan, aku salut padamu. Omong-omong, maaf kalau banyak tanya, aku penasaran karena aku belum pernah ketemu orang yang punya bakat di suatu bidang kemudian mendadak memutuskan untuk ambil jurusan di bidan lain, kecuali jika ada sesuatu yang penting yang mengubah pikiran mereka. Mungkin pikiranku yang terlalu sempit? Omong-omong, bukannya ingin mematahkan semangatmu atau apa, tapi apa rencamu jika Lee menolak pendaftaranmu dan lamaranmu untuk jadi asisten peneliti?" tanya Kenta sambil membuka kulkas dan mengambil apa yang tampaknya semacam pupuk cair, mengisyaratkan agar Moira menyemprotkan pupuk ke bunga Ragi Lembayung.
"Jika Lee menolakku, maka aku akan mendaftar ke politeknik atau ke sekolah kejuruan yang punya program diploma yang mencetak lulusan siap kerja. Aku ingin menjadi ahli kimia dan mungin berkerja di pabrik obat atau pabrik makanan olahan. Tapi semoga saja aku diterima masuk Anggrek Biru! Tidak seperti Neesa, aku belum pernah ke planet Sycamore Merah. Omong-omong, apakah asal Kak Kenta memang asli dari planet itu?" akhirnya Moira punya kesempatan menjadi penanya dan bukan penjawab.
"Aku dibesarkan di planet Cemara Perak. Aku belum pernah mengunjungi planet lain sampai aku kuliah di Anggrek Biru, mengambil S1 yang dipercepat di jurusan Agribisnis, yaitu bidang yang mempelajari cara mengelola bisnis, dasar-dasar ekonomi dan manajemen konsumen, dan tentunya juga industri pertanian. S1 aku dipercepat menjadi hanya dua setengah tahun karena waktu SMA aku termasuk murid dengan rangking tinggi dan sering memenangkan olimpiade matematika tingkat antar planet. Saat menempuh pendidikan S1 itu, aku bertemu dengan pacarku yang sekarang. Kemudian aku kembali ke kampus kesayanganku untuk menjalani S2, juga di bidang Agribisnis, dan sekarang aku mengambil S3 tapi di bidang biologi spesies asing, lebih tepatnya aku rela menghabiskan masa-masa S3 mempelajari spesies bunga bernama Ragi Lembayung ini. Lompatan yang besar dari jurusanku yang sebelumnya, kan? Semua itu karena pacarku, dia yang membuka mataku pada betapa asyiknya mempelajari spesies eksotis. Dia sekarang kerja di Universitas Anggrek Biru, sebagai direktor komunitas mahasiswa di salah satu asrama." Senyuman Kenta menjadi semakin mempesona ketika dia berbicara panjang lebar tentang pacarnya.
"Asrama yang ada komunitas mahasiswa tersendiri? Apakah itu asrama khusus yang lain dari asrama pada umumnya?"
"Betul! Asrama umum tidak mengelompokkan mahasiswa berdasarkan jurusan atau peminatan, tapi di Anggrek Biru ada banyak komunitas berasrama yang bisa kamu pilih begitu kamu resmi menjadi mahaiswa dan fungsinya adalah menyatukan para mahasiswa dengan kegemaran dan minat yang sama. Ada komunitas berasrama untuk mahasiswa yang cinta music klasik, untuk mahasiswa yang cinta mendaki gunung, untuk mahasiswa yang suka olahraga, untuk mahasiswa filsafat, dan masih banyak lagi contohnya. Komunitas berasrama yang dikelola pacarku itu khusus untuk mahasiswa jurusan biologi spesies asing. Aku rasa sebaiknya begitu kamu menginjakkan kaki di Anggrek Biru kamu tinggal di komunitas berasrama saja, Moira, kamu bisa menemukan sahabat setia atau jangan-jangan kamu bisa menemukan cinta sejati sepertiku!"
"Oh, aku sama sekali belum berpikir soal percintaan tapi bukan berarti aku tidak tertarik. Akku jenis orang yang membiarkan segalanya mengalir dan kalau memang harus terjadi maka terjadilah, kakak mengerti maksudku? Omong-omong kakak dan pacar sepertinya bahagia banget ya," balas Moira sambil lanjut menyemprotkan larutan pupuk ke bunga-bunga merah. Kenta mengambil termometer dan mengecek suhu akar bunga, kemudian dia memberi Moira sesuatu yang tampak seperti laptop super mini dan memintanya untuk memasukkan angka-angka tertentu. Moira paham bahwa angka-angka tersebut adalah perubahan suhu es dalam jangka waktu beberapa menit terakhir.
"Iya, pacarku adalah sinar matahariku," sombong Kenta. "Omong-omong, Moira, apakah kamu tertarik memulai pertemanan dengan calon-calon mahasiswa lain yang juga mendaftar ke Anggrek Biru? Kebetulan pacarku punya dua adik seumuranmu, cowok dan cewek kembar, mereka juga pemburu beasiswa seperti kamu. Aku bisa memberikan nomormu ke mereka kalau kamu tidak keberatan. Tolong jangan anggap mereka lawanmu, ada kemungkinan Lee akan menerima lebih dari satu mahasiswa tahun pertama sebagai asisten penelitian, jadi barangkali nantinya kamu akan sekelas dan seangkatan dengan adik-adik pacarku." Kenta terdengar bersemangat.
"Kedengarannya boleh juga, kalau aku sudah punya teman sebelum masuk kuliah maka aku tidak perlu terlalu khwatir," jawab Moira dengan sangat bersyukur.
Sekarang Kenta dan Moira sudah bekerja di rumah kaca selama satu jam penuh dan perut Moira mulai keroncongan. Kenta tertawa dan berkata mereka bisa berhenti karena mereka sudah melakukan semua pekerjaan yang harus diselesaikan. Dia ingin mentraktir Moira makan roti lapis di restoran dekat taman bunga, tapi karena Moira sudah bawa bekal sendiri akhirnya mereka berpiknik berdua.
Bibi Zoe sudah membekali Moira dengan nasi goren ayam dan jus apel, juga buah aprikot dan puding cokelat untuk pencuci mulut. Kenta sepertinya sangat menyukai aprikot dan itu hal baik karena Moira tidak terlalu suka aprikot, jadi jatahnya dia berikan ke Kenta. Setelah makan siang, Moira beertanya ke Kenta tentang pekerjaan lain yang dia sebutkan kemarin, pekerjaan di perpustakaan setempat.
"Oh iya, pekerjaan satu itu. Aku berbicara dengan pemilik perpustakaan kemarin malam setelah kamu pulang dan dia bilang anak perempuannya akan menunjukkan kamu cara menajdi pustakawan. Aku bisa mengantar kamu ke perpustakaan kalau kamu mau dan nanti aku jemput kamu lagi, kecuali kalau kamu mau balik ke apartemenku dulu dan ambil sepedamu," kata Kenta. Moira berkata bahwa Kenta sangat baik hati hari ini, tapi dia ingin berolahraga jadi dia akan naik sepeda sendiri ke perpustakaan dan tidak perlu diantar.
Perpustakaan setempat hanya terdiri dari satu gedung mungil yang menempel pada suatu sekolah dasar. Moira harus menyebrangi taman bermain untuk mencapai jalur masuk perpustakaan. Begitu sudah di dalam perpustakaan, dia menuju ke meja respsionis, di mana ada seorang gadis berkursi roda yang sedang sibuk mengetik di depan komputer. Moira berdeham membersihkan tenggorokan dan sang gadis berhenti mengetik. Gadis itu mempelototi Moira karena sudah mlanggar peraturan paling penting di perpustakaan seantero tata surya: tidak boleh berisik.
"Kamu bisa pegang pundak aku atau apalah, kamu tahu kan. Mau apa kamu?" sang gadis belum berhenti galak ke Moira, yang digalaki menelan ludah dan menundukkan pandangan ke lantai. "Jawab aku!"
Moira terperanjat dan terpaksa bertukar pandangan dengan gadis yang tidak sabaran itu. "Ah, aku Moira. Aku seharusnya mulai magang dengan pustakawan di sini dan katanya aku akan ditemani oleh anak perempuan beliau."
"Aku anak perempuan yang dimaksud! Namaku Vannie. Ayah dan ibuku tidak masuk kerja hari ini, jadi kamu adalah tanggung jawabku. Tapi kenapa kamu ingin magang di sini? Kamu kelihatannya bukan kutu buku." Vannie memandangi Moira dari ujung rambut ke ujung jempol, membuat gadis remaja itu semakin tegang.
"Aku mau daftar beasiswa dan menjadi asisten penelitian untuk Ir. Lee Kinoya, dia seorang dosen di Universitas Anggrek Biru. Aku perlu mengumpulkan beberapa surat rekomendasi, maka itu aku butuh pekerjaan dan magang di perpustakaan ini akan menajdi satu dari beberpa caraku mendapat pengalaman kerja."
"Sumpah? Aku juga akan kuliah di Anggrek Biru semester mendatang! Bisa jadi kita bakal sekelas!" suara Vannie tiba-tiba berubah lebih ceria. "Oh, aku sangat senang akhirnya punya kenalan yang akan sama-sama kuliah di satu kampus! Oke, kembali ke soal magang dengan perpustakaan keluargaku. Tugas utama untukmu adalah membacakan buku cerita bergambar untuk murid-murid SD yang datang sepulang sekolah untuk program khusus di sini. Hari ini hari libur, jadi tentu saja mereka tidak ke perpustakaan, tapi besok kamu bisa datang dan menghabiskan waktu bersama anak-anak yang imut! Aku harap kamu tidak benci anak kecil." "Nggak kok, aku nggak benci anak kecil. Beberapa anak bisa menjadi sangat manis dan kita sendiri pernah jadi anak kecil. Oke jadi, buku macam apa yang disukai oleh anak-anak SD?"
Vannie menggiring Moira ke bagian perpustakaan yang penuh dengan bantal dan boneka binatang. Dia mengambil salah satu buku yang berjejer di rak dan memberikannya ke Moira. Buku itu memiliki gambar tiga dimensi. Vannie menyuruh Moira untuk duduk dan dia meninggalkan Moira sendirian untuk beberapa saat. Dia kembali dengan boneka tangan dari kaus kaki yang dibentuk seperti anak anjing dan anak kucing.
"Ini adalah buku tentang dua anak kecil yang bertengkar karena mereka punya hobi yang beebeda, namun suatu hari guru mereka bercerita tentang seekor anak anjing yang dibesarkan bersama seekor anak kucing, lalu dua anak yang bertengkar itu mulai mengerti kalau binatang saja bisa akur maka tidak ada alasan bagi mereka untuk bertengkar hanya karena perbedaan sepele. Menurutku buku ini punya pesan moral yang bagus. Oh, kamu boleh bawa pulang buku ini. Jangan lupa dibaca! Kamu juga boleh membawa pulang boneka tangan tadi dan akum au kamu latihan membuat suara binatang. Aku juga akan e-mail kamu beberapa artikel tentang cara yang benar untuk membaca buku bergambar ke anak kecil," kata Vannie.
"Kamu serius? Wow. Terima kasih banyak. Sampai besok, ya!"
Dengan buku baru ditas ransel dan boneka tangan di kantung bajunya, Moira menggenjot sepedanya pulang. Dia ada di langit ke tujuh karena akhirnya dia tahu Vannie tidak semenyeramkan kelihatannya. Moira tidak sabar memberi tahu Neesa segalanya tentang Vannie!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top