Bab 18: Beradu Pendapat di Pertemuan Antar Planet
Sekitar sebulan setelah para mahasiswa berpetualang mengayuh kayak, melompat dari menara air, dan berkemah di pantai, Deandra menerima surat dari komite antar planet yang menyatakan bahwa ayahnya sekarang sudah resmi bersiap menantangnya di pengadilan antar planet untuk menyelesaikan sengketa berkenaan dengan penolakan Deandra untuk menjadi pemimpin perusahaan tambang milik keluarga Milton. Surat tersebut juga menyatakan bahwa Deandra boleh membawa orang-orang yang bisa mendukung penolakannya asalkan orang-orang itu juga bisa mengajukan bukti-bukti kuat dan testimoni yang menunjukkan bahwa putri penerus tahta perusahaan tambang itu punya alasan kuat untuk menolak tawaran sang ayah.
Pada hari di mana pengadilan mempersilahkan Deandra datang, wanita muda itu membawa serta Ayumi, para mahasiswa, dan Lee ke lokasi pertemuan, yaitu di kota Aspen Coklat, ibu kota planet Sycamore Merah, kira-kira satu jam dari perkampungan Bukit Emas. Di ruang sidang, sudah ada empat juri yang mewakili masing-masing planet utama yang ada di tata surya Api Nila: satu perwakilan Sycamore Merah, satu perwakilan Elm Hitam, satu perwakilan dari sisi planet Cemara Perak yang dikuasai Sycamore Merah, dan yang terakhir mewakili sisi planet Cemara Perak yang dikuasai Elm Hitam. Semua juri telah bersumpah untuk tidak memihak siapa pun dalam mempertimbangkan kasus Deandra.
Moira secara suka rela menawarkan diri menjadi saksi pertama yang memberikan dukungan untuk Deandra dan penolakannya atas filosofi Tn. Milton yang terlalu mengatasnamakan kepentingan manusia di atas kelestariaan alam. Gugup namun tetap berpegang teguh pada keyakinannya bahwa Deandra ada di sisi yang benar dan pantas dibantu, Moira berpidato seperti di bawah ini walau dia merasa jantungnya bisa melompat lepas dari dadanya.
"Para juri yang mulia, saya berdiri di hadapan Anda sekalian sebagai seorang pecinta alam dan seorang mahasiswi jurusan ilmu biologi asing yang juga mempelajari biokimia. Pendidikan saya selama ini telah membuat saya warga planet yang berpengetahuan luas, seorang terpelajar yang mampu berpikir kritis, dan juga manusia yang mengetahui perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Nilai-nilai yang saya anut berseberangan dengan kepentingan bisnis yang hanya berpihak pada nafsu manusia yang sifatnya sementara. "
"Apa maksudmu? Sifat sementara bagaimana?" Tn. Milton tampak mengernyitkan dahi.
"Hewan-hewan yang hidup di sekitar kita seharusnya tidak hanya dijadikan alat untuk memenuhi nafsu kita semata! Mengapa kita selalu menitikberatkan kepentingan manusia dan mengorbankan kelestarian alam? Mengapa kita selalu congkak dan merasa manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya hanya karena kita diberi akal budi? Saya menuntut keadilan bagi hewan-hewan yang sudah kita sakiti! Apa yang sudah dilakukan Tn. Milton dan perusahaannya tidak diragukan lagi akan berujung pada kepunahan para Gaburs dan juga kupu-kupu sayap pelangi, dua-duanya spesies asli perkampungan Bukit Emas, perkampungan yang oleh Mr. Milton akan dijadikan lokasi induk perusahaan tambang keluarga beliau. Saya tidak bisa tinggal diam menonton ketika para hewan disakiti. Kita sebagai manusia punya kewajiban moral untuk menyelamatkan para Gaburs dan kupu-kupu sayap pelangi," nada suara Moira meninggi.
Para juri berbisik-bisik di antara sesama mereka sebelum mempersilahkan Tn. Milton untuk mendebat perkataan polos Moira.
"Anak yang lugu, ada apa denganmu dan ketidaksukaanmu pada kepentingan manusia? Apakah kamu sedemikian bencinya pada manusia sampai kamu menolak proposal bisnis yang akan membuat Bukit Emas lebih sejahtera? Kita perlu menambang Pronas dan Quenax, kalau tidak demikian dari mana kita bisa punya persediaan bahan bakar untuk pesawat luar angkasa kita?" Tn. Milton tersenyum mengejek sebelum kemudian menarik nafas dan melanjutkan pembelaan dirinya.
"Juga, saya minta kamu berhenti menggunakan gajah-gajah bersayap itu sebagai alasan untuk menghalang-halangi saya memindahkan perusahaan tambang keluarga. Para Gaburs sejatinya adalah hewan buatan yang tidak seharusnya ada, mereka adalah spesies hibrida yang direkayasa oleh para ilmuwan keparat yang mencoba menantang Sang Pencipta. Mereka tidak akan ada tanpa campur tangan ilmuwan-ilmuwan tersesat itu, jadi untuk apa kamu mencoba melindungi mereka?" Tn. Milton mengelak dan berkelit, lantas tertawa terbahak karena yakin Moira sudah terpojok dan pastinya terlalu takut untuk melawan.
"Saya tidak pernah membenci manusia, tuan!" Moira berseru tegas, lantas memandang Tn. Milton tajam. "Sepertinya tuan lupa, saya sendiri seorang manusia! Apa yang saya katakan hanyalah pendapat saya bahwa kepentingan manusia sering sekali menyengsarakan para Gaburs."
"Lalu kamu mau saya jadi miskin karena tidak punya pekerjaan?" Tn. Milton mencemooh.
"Keinginan Anda untuk menambang Pronas dan Quenax bisa dipahami, tapi apakah dua sumber alam itu satu-satunya bahan bakar yang kita punya? Memangnya tidak ada pilihan lain? Kita butuh solusi yang baik untuk segala belah pihak, termasuk hewan-hewan tak bersalah. Saya percaya tiga hal berikut ini harusnya sama pentingnya: kesejahteraan manusia, kelestarian alam dan keberlangsungan hidup segala makhluk lainnya, dan kemakmuran bagi seluruh penghuni tata surya. Ketiga hal itu penting dalam perputaran roda ekonomi dan tidak ada satu faktor yang lebih penting dari faktor-faktor lainnya." Moira memaparkan pendapatnya.
Para mahasiswa bersorak gaduh dan beberapa dari mereka terang-terangan mengepalkan tangan ke atas, sementara itu Tn. Milton tampak naik darah dan para juri meminta hadirin untuk tetap tenang. Saksi berikutnya adalah Ayumi, beliau angkat bicara tentang kepercayaan tradisional suku asli Bukit Emas dan keberatan beliau tentang kegiatan pertambangan.
"Para juri yang terhormat, suku Pohon Kecil dari perkampungan Bukit Emas sudah dari dulu selalu menghargai hukum alam dan kami menjaga alam dengan kepercayaan kami bahwa segala sesuatu di alam bebas mempunyai jiwa. Kami juga percaya jika kami menjadi rakus dan berani menyakiti makhluk hidup lain, baik hewan mau pun sesama manusia, kami akan selamanya terperangkap dalam suatu lingkaran penderitaan tak berkesudahan, suatu siklus kematian dan kelahiran kembali yang menyedihkan. Kami percaya segala makhluk pada dasarnya saling terhubung, semua makhluk itu sakral, dan alam semesta memiliki keseimbangan yang harus dijaga. Manusia tidak sepantasnya melawan alam. Apa yang telah direncakan oleh Tn. Milton dan perusahaan tambang beliau akan berujung pada berubahnya tanah air saya menjadi tanah yang gersang dan saya tidak ingin itu terjadi! Suku Pohon Kecil tidak ingin itu terjadi." Ayumi membungkukkan badan pada para juri dan bersiap meninggalkan podium namun salah satu juri masih punya pertanyaan, jadi beliau dipanggil kembali untuk memberikan keterangan lebih lanjut.
"Apakah Anda mengatakan suku asli perkampungan itu menganut animisme dan paganisme, Prof. Sakamoto?"
"Kurang tepat, Yang Mulia, kami menganut kepercayaan unik yang menggabungkan elemen-elemen agama Budha dan Hindu dengan para dewa dan dewi dari budaya kami sendiri, tapi yang terpenting adalah orang-orang di kampung saya percaya tidak seharusnya alam dan seisinya dimanfaatkan hanya untuk memenuhi nafsu manusia yang tidak pernah ada ujungnya. Saya paham bahwa leluhur kita semua, para penghuni Bumi Tua, punya pemahaman yang berbeda dengan apa yang dipahami oleh saya dan orang-orang sekampung saya. Namun, orang sekampung saya semuanya tidak setuju dengan pemahaman leluhur kita dari Bumi Tua. Orang sekampung saya percaya bahwa pada akhir abad ke dua puluh satu, Gaia, nama yang kami berikan untuk personifikasi Bumi Tua, memberontak dan membalas dendam pada leluhur kita semua yang sudah mengecewakan-Nya. Jika kita tidak berhati-hati, planet Sycamore Merah akan mengutuk kita semua sama seperti bagaimana Gaia telah mengutuk leluhur kita. Inilah kenapa saya mempertanyakan nilai-nilai etika yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh perusahaan tambang Tn. Milton! Apakah alam ini hanya alat bagi kita untuk meraup kekuasaan dan menumpuk uang? Bukankah alam itu sendiri begitu berharga? Saya sudah berusaha mengingatkan, jadi jangan protes kalau nantinya planet Sycamore Merah mengutuk kita karena kita sudah berbuat salah." Ayumi berbicara dengan kepercayaan diri yang membuat seisi ruangan menjadi hening.
"Baik, dimengerti. Itu pandangan orang-orang di kampung Anda. Saya ingin tahu apakah agama-agama lain punya pandangan sejenis tentang kehidupan di planet Sycamore Merah ataukah tadi itu hanya kepercayaan kuno suku Pohon Kecil." Salah satu juri akhirnya memecah kesunyian. Ayumi sudah bersiap angkat suara lagi, tapi Nardho dengan sigap berdiri dan mengatakan ingin menjadi sukarelawan untuk menjelaskan semuanya dari sudut pandang agama Katolik. Para juri berdiskusi sebentar dan akhirnya memperbolehkan remaja laki-laki itu naik ke podium.
"Yang Mulia, sebagai seorang remaja yang dibesarkan dengan iman Katolik, saya sangat menghormati ayat-ayat dan firman Allah yang terkandung di Alkitab. Walau dosen-dosen saya menganut agama yang berbeda dengan saya, kami semua punya pandangan yang sama mengenai bagaimana seharusnya manusia menjaga alam dan seisinya." Nardho memulai dengan bijak.
Para juri mendengarkan dengan seksama, sementara Moira terperanjat karena pacarnya yang biasanya berapi-api ternyata sanggup juga berbicara tanpa terpancing emosi atau tersulut amarah.
"Begini, saya tahu bahwa di bagian kisah Penciptaan di Kitab Kejadian ada keterangan bahwa manusia diciptakan dengan citra atau rupa Allah dan mungkin karena itu beberapa dari kita merasa Allah sudah memperbolehkan kita untuk berkuasa atas Bumi dan menjadi pemimpin makhluk-makhluk lain. Tapi, saya pikir ayat-ayat Alkitab tidak boleh ditelan mentah-mentah." Nardho lanjut menerangkan sudut pandangnya, raut wajahnya tidak menunjukkan rasa gentar sama sekali. Dia terlihat berbeda dengan Nardho yang dikenal oleh sahabat karibnya.
Para juri terkesima dan bahkan Tn. Milton tidak sampai hati mendebat remaja ini. Seburuk-buruknya perangai Tn. Milton, beliau mengakui Nardho sangat memahami Alkitab.
"Saya menolak berpikir bahwa kita manusia lebih suci dari alam semesta. Saya menolak berpikir bahwa alam semesta diciptakan hanya untuk manusia dan itu artinya saya juga menolak menyakiti hewan. Tata surya kita memiliki sumber daya alam yang terbatas dan sayangnya perusahaan-perusahaan raksasa seperti punya Tn. Milton akan mengeruk habis sumber daya tersebut. Saya tidak setuju dengan kegiatan ekploitasi alam! Saya percaya pemikiran dangkal seperti itu dan penghambaan berlebihan pada teknologi sama saja dengan menghina ciptaan Allah. Kita—"Nardho berhenti sebentar untuk mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
"...HARUS berhenti menindas alam!" Nardho meneriakkan kalimat penutupnya, tidak peduli dia gampang capek jika berbicara panjang lebar. Moira memberinya sebotol air minum saat remaja lelaki itu tersengal-sengal kembali ke tempat duduk. Sang gadis juga mengucapkan terima kasih pada pacarnya yang sudah berani berpidato walau sedang sakit parah. Nardho menerima air minum itu sambil terengah-engah.
Sekarang para juri ingin mendengar perspektif akademis dan beberapa solusi praktis yang bisa diaplikasikan untuk mengatasi permasalahan penambangan Pronas dan Quenax, maka Lee dipanggil untuk menunjukkan hasil riset beliau.
"Para juri yang terhormat, saya rasa sebagai alternatif dari Pronas dan Quenax yang problematik, kita bisa tetap menyediakan bahan bakar untuk pesawat luar angkasa kita dengan memanfaatkan energy surya. Betul, kita sebaiknya memanfaatkan matahari! Kita bisa mengelola sumber daya hijau, sumber daya yang bisa diperbaharui!" Lee memulai presentasinya dengan terlebih dahulu menunjukkan digram pembangkit listrik tenaga matahari.
"Menarik, tapi memang kita sudah siap untuk mengakomodasi teknologi macam itu? Ingat kan waktu leluhur kita masih di Bima Sakti saja teknologi seperti itu sangat jarang dan pastinya mahal sekali." Salah satu juri bertanya, diikuti gumaman juri-juri lain.
"Kita bisa mengumpulkan dan menyimpan energi surya memakai teknologi fotovoltaik dan pembangkit listrik khusus, rekan-rekan saya bisa atur. Baik fotovoltaik mau pun pembangkit listrik mengandung silikon, tapi saya rasa kita tidak akan kesulitan mendapatkan silikon, elemen satu itu bisa ditemukan di butiran pasir dan di planet-planet terluar tata surya kita ada banyak pantai. Bagusnya lagi, tidak seperti pantai-pantai di wilayah Bukit Emas, pantai-pantai planet terluar itu tidak berpenghuni, tidak ada kehidupan apa pun di sekitar kumpulan pantai tersebut." Lee melanjutkan presentasinya dengan menunjukkan peta tata surya Api Nila. Para juri mengangguk tanda mengerti, tapi mereka masih butuh penjelasan yang mendalam.
"Oke, Prof. Kinoya, Anda bisa tolong jelaskan pelan-pelan, pakai bahasa non-akademis?"
"Silikon adalah jenis elemen yang punya karakteristik metal dan juga non-metal, jadinya elemen ini bagus dipakai untuk penghantar listrik, terutama listrik tegangan tinggi. Silikon juga bisa diolah menjadi beberapa lapis semi-konduktor di tengah-tengah alat pembangkit listrik untuk membantu menstabilkan arus listrik. Energi yang terkumpul kemudian akan dikirim melalui sirkuit tertentu dan akhirnya bisa dipakai untuk pesawat luar angkasa dalam bentuk baterai, sama seperti baterai mobil-mobil listrik yang sudah tidak pakai minyak hasil fosil."
Para juri terlihat terkesan dengan proposal Lee, tapi salah satu juri masih belum puas dan meminta Lee menjelaskan seberapa lama sistem fotovoltaik bisa bertahan sebelum rusak dan bagaimana cara fotovoltaik bisa didaur ulang setelah habis masa pakai.
"Tegantung perawatannya, rata-rata sistem fotovoltaik bisa bertahan 25 sampai 30 tahun, kadang malah sampai 40 tahun, setelah itu memang masih bisa produksi listrik tapi kualitas dan kuantitas listrik akan mulai menurun kalau sistemnya sudah terlalu tua. Sekarang, perihal daur ulang, saya dan rekan-rekan biasanya pakai asam hidrofluorik."
"Itu asam hidrofluorik bukannya bahaya ya, Prof? Ada pilihan lain?" tanya salah satu juri yang sepertinya sedikit-sedikit mengerti ilmu biokimia.
"Betul, Yang Mulia. Asam hidrofluorik kalau kena kulit manusia bisa menyebabkan kulit terbakar dan bahkan kalau terbakarnya parah bisa berujung kematian. Karena itu saya dan rekan-rekan mengembangkan formula lain, kombinasi asam nitrit dan hidroksida potasium. Jadi setelah lem yang melekat di sekat-sekat pembangkit listrik dibuang, saya dan rekan-rekan peneliti bisa pakai formula itu tadi untuk meleburkan elektroda dari lapisan silikon dan kemudian sistem fotovoltaik siap digunakan kembali di pabrik."
Juri yang mengerti ilmu biokimia tadi masih terlihat ragu-ragu.
"Masih ada satu masalah, Prof. Kinoya! Bukannya produksi sistem fotovoltaik juga bisa merusak habitat banyak hewan karena kan kita juga butuh lahan untuk menaruh sistem ini? Terus kalau habitat tetap rusak gak ada bedanya dong kita pakai tenaga surya atau pakai hasil tambang?" juri tersebut angkat bicara dan raut wajah para mahasiswa langsung muram. Mereka lupa Lee diam-diam sudah bekerja sama dengan Deandra, putri dari Tuan Milton yang kebetulan tidak setuju dengan rencana ayahnya. Wanita muda itu berdiri dan mulai mempresentasikan penelitiannya sendiri. Tuan Milton merah padam melihat putrinya berbalik menentangnya alih-alih setuju untuk menjadi penerus bisnis keluarga.
"Saya bisa menjawab pertanyaan para juri." Deandra bangkit dan mulai mengoperasikan komputer canggih di ruang sidang. Beberapa grafik, diagram, dan sederetan angka-angka langsung muncul di layar.
"Memang betul bahwa sistem fotovoltaik memerlukan lahan yang besar. Total lahan yang dibutuhkan adalah sekitar 3.5 hektar sampai 16.5 hektar per megawatt tergantung skala produksi. Lalu sistem ini juga butuh air sebagai pelumas. Kebutuhan airnya kira-kira 600 sampai 650 galon untuk bisa produksi listrik selama satu jam." Deandra menjelaskan dan para mahasiswa keheranan kenapa wanita ini malah sepertinya mempersulit keadaan. Bukannya Deandra ada di sisi Lee?
"Ohoho! Pada akhirnya sistem fotovoltaik yang kalian bangga-banggakan itu produk gagal juga, ya?" tawa mengejek Tn. Milton menggema di ruang sidang. Deandra sepertinya tidak terpengaruh dan tetap melanjutkan presentasinya padahal para mahasiswa sudah pucat pasi. Apakah wanita ini ingin Lee kalah? Jadi Lee dikhinati, nih? Moira berpikir keras.
"Tidak secepat itu, Ayah. Aku sudah punya solusinya. Yang Mulia, saya ingin produksi sistem fotovoltaik khusus pesawat luar angkasa dilakukan SEJAUH MUNGKIN dari Bukit Emas atau daerah pemukiman di planet Sycamore Merah. Produksi bisa dilakukan di planet tetangga kita, planet Cemara Perak! Toh di planet satu itu sudah banyak pertambangan yang tutup dan terbengkalai, jadi kita bisa robohkan perusahaan-perusahaan yang sudah bangkrut itu dan lahannya kita pakai untuk taruh fotovoltaik."
Para juri meminta waktu untuk berdiskusi lebih dalam. Setelah apa yang terasa bagaikan seratus abad bagi Moira, teman-temannya, dan para pejuang lingkungan hidup, para juri selesai berdiskusi dan sudah siap mengumumkan keputusan sementara.
"Terima kasih semuanya yang sudah mengikuti jalannya persidangan. Sidang sudah selesai dan kami akan melakukan dua hal sebelum membuat kesimpulan akhir. Pertama, kami akan menyelidiki laporan bahwa perusahaan tambang Mr. Milton telah merusak lingkunan hidup seperti yang diklaim oleh para mahasiswa. Kedua, kamu akan mempelajari lebih lanjut kelayakan dan kemungkinan untuk sistem fotovoltaik bisa dijadikan alternatif energy untuk pesawat luar angkasa seperti yang dijabarkan Professor Kinoya dan Nn. Deandra Milton. Empat bulan dari sekarang kalian akan mengetahui keputusan resmi kami. Sementara kami memproses kasus ini, dengan hormat kami dari komite antar planet memohon hendaknya Tn. Milton untuk sementara menghentikan kegiatan pertambangan kecuali kalau tuan bersedia meminta izin tertulis dari pengadilan selambat-lambatnya dua bulan sebelum kegiatan pertambangan dilakukan. Jika tuan melanggar ketetapan tersebut, tuan bisa kami kenai hukuman atau kami penjara."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top