Mencairnya Pangeran Salju 3

Bagian 3

Naruto (c) Masahi Kisimoto

Cerita ini milik Cup. Chocochip.

Don't copas my story

Naruto langsung berlari membawa keretanya menuju rumah singgah. Tanpa peduli Sasuke yang harus berpegang erat pada pinggiran kereta untuk mencegah dirinya terjatuh.

"Brrrr.... Dingin. Apa kau tidak apa-apa? Demamu mulai turun. Syukurlah," Naruto mengecek suhu Sasuke dengan menempelkan punggung tangan pada kening pria itu.

Rumah singgah yang mereka tempati saat ini kondisinya cukup baik. Terdapat kayu untuk membuat api unggun di perapian yang kini telah telah menyala oleh bantuan Naruto, dan tidak lupa menyeduh salju untuk minuman hangat mereka di atasnya.

Sasuke telah dibaringkan di atas karpet dengan berbalut selimut tebal yang diambil dari dalam lemari penyimpanan. Berkata pada Naruto yang kini berdiri dekat perapaian untuk menghangatkan diri.

"Lepas semua pakaianmu Dobe,"

Naruto terbelak oleh perkataan yang baru saja dilontarkan oleh pria dapannya.

"Teme... kau sekarat dan pikiranmu masih saja mesum," Naruto memalingkan wajah dengan imut. Dan ditanggapi hembusan nafas berat oleh Sasuke.

"Kalau kau tidak mau mati kedinginan, lepaskan semua pakaian basah yang kau kenakan, dan pakai selimutmu," Sasuke mencoba bersabar, dan dalam kondisi lemahnya saat ini, kesabaran cukup melelahkan baginya.

"Bi-bilang dari tadi donk... aku kan tidak mengerti," Wajah Naruto memerah, malu karena kesalah pahaman.

"Hmm, gara-gara kau, karakterku berubah super OOC." Kata Sasuke mencoba tidur kembali.

Naruto berjalan menuju lemari penyimpanan, mengambil dua selimut yang akan ia ubah menjadi pakaiannya.

"Jangan mengintip ya... Awas saja kalau kau macam-macam!" Naruto menujukan kepalan tangan pada Sasuke.

Setelah merasa aman, Naruto melepaskan seluruh pakaian. Ia menjadikan selimut miliknya menjadi sebuah kemben yang ia lilitkan pada tubuh untuk menutupi dada sampai mata kaki. Selimut kedua ia sampirkan pada pundaknya sehingga menghalau rasa dingin yang menerpa tengkuk, tangan, maupun pundaknya. Kemudian pakaian basah miliknya, ia jemur di dekat perapian agar cepat kering.

Benar apa yang dikatakan Sasuke, Naruto merasa lebih nyaman memakai selimut kering dari pada saat mengenakan pakaian yang basah oleh salju dan keringat.

"Kau juga pasti kedingainan. Sini biar aku lepas pakaianmu," Kata Naruto saat akan melucuti pakaian Sasuke. Sasuke tidak menolak dan pasrah dengan apa yang dilakukan wanita itu padanya.

Masih dalam posisi terlentang dan memejamkan mata. Hal pertama yang Naruto lepaskan adalah jaket salju, jas, kemeja, sampai terlihat Sasuke yang hanya bertelanjang dada.

"Ehem, ehem," Naruto berdeham untuk menghilangkan rasa gugup. Betapa menggiurkan tubuh dihadapanya. Enam kotak yang ada di perut, dada keras nan tegap, membuat Naruto tergiur untuk merabanya, atau sekedar bersandar di sana.

'Hus-hus.... Apa yang kau pikirkan Naruto.'

Selajutnya Naruto bergerak melucuti celana panjang Sasuke yang salah satunya telah penuh oleh darah. Darah yang cukup banyak melekat pada kaki putih milik Uchiha. Naruto yang tidak tega dengan kondisi laki-laki di hadapanya memutuskan untuk mengambil sedikit air hangat yang baru saja ia rebus, untuk mengusap bekas darah kering yang menempel pada kaki Sasuke. Setelah selesai, Naruto segera menyelimuti Sasuke yang saat ini terlihat sedikit menggigil.

"Anu, aku sisakan celana dalamanmu ya..."kata Naruto dengan wajah semerah buah kesukaan Sasuke. "Aku akan mengambil selimut lagi," lanjut Naruto yang hendak beranjak dari posisi.

"Dobe, Carilah kembang api." Kata Sasuke saat Naruto telah berdiri. Suaranya bergetar akibat kedinginan.

"Heh untuk apa kembang api? Kau ingin merayakan keselamatan kita? Tapi kita masih belum selamat sepenuhnya Teme. Belum perlu perayaan!" Kata Naruto polos.

"Aku lupa kalau harus OOC. Kita butuh menginformasikan keberadaan kita. Nyalakan kembang api di luar, Uhuk... dan mereka akan mengetahui lokasi kita. Mereka akan tahu bahwa ada yang tengah Uhuk..membutuhkan pertolongan." Melihat kondisi Sasuke yang untuk berbicara saja sudah terlihat kesusahan, mau tidak mau Naruto memang harus segera mencari bantuan.

"Baiklah, aku akan memakai pakaianku lagi kalau begitu," Kata Naruto hendak memunguti pakaianya yang akan ia gunakan untuk keluar dari rumah singgah.

Sedikit berfikir oleh balasan yang dikemukakan wanita di depanya, akhirnya Sasuke mengerti apa yang akan dilakukan Naruto untuk menanggapi perintahnya.

"Kau gila, aku tidak menyuruhmu keluar untuk mencari kembang api! Ungh...." Sasuke menyesali amarah yang semakin membuat lukanya berdenyut, dan juga membuat kepalanya lebih pusing. "Kau pikir kau bisa menemukan supermarket penjual kembang api di luar? Oh my God... cari petasan itu di ruangan ini. Mereka pasti menyiapakan hal tersebut untuk memenuhi standar keselamatan. Kenapa aku harus terjebak dengan orang tolol sepertimu!," Sasuke mengakhiri kata-kataya dalam makian.

Ia lelah untuk mentolerir kelakuan wanita di depanya. Segala tidakan bodoh, pemikiran lambat, dan miss koneksi yang terjadi. Membuatnya semakin marah hingga naik darah. Andai ia tidak terluka, mungkin akan lebih cepat baginya untuk dapat memanggil bantuan. Ia merasa sangat tidak beruntung untuk terjebak bersama wanita bodoh yang tidak dapat diandalkan.

Tapi sepertinya bukan Sasuke saja yang telah mencapai batas. Naruto pun telah kehilangan kesabaranya pada pria itu. Kondisi mereka yang terjebak di sebuah lokasi yang entah dimana, badanya yang semakin tidak fit setelah mencapai pondok, ditambah ucapan pedas yang selalu saja terlontar dari mulut Uchiha didepanya. Membuat Naruto ingin berteriak dan menagis pada saat yang sama.

"Aku memang tolol, aku tahu itu. Aku adalah orang bodoh yang sering terlambat dalam berfikir. Tapi orang tolol ini, telah berusaha sekuat tenaga untuk menolongmu. Tidak bisakah kau berterimakasih, hanya dengan menjaga perkataan kasarmu! Karena itu sangat menyakitkan-" Naruto tidak berani menatap Sasuke, ia lebih memilih memalingkan wajahnya untuk menghapus air mata yang mengalir tanpa ia sadari.

Melihat Naruto yang mengis oleh ulahnya, Sasuke tiba-tiba merasa marah pada dirinya. Ia yang terluka dan tidak bisa melakukan apa-apa, harus menggantungkan diri pada seorang wanita. Bahkan Ia tidak bisa melindunginya, baik secara fisik, maupun hatinya.

"Emm, aku hanya frustasi karena merasa tidak berguna dalam situasi ini. Maafkan aku," kata Sasuke lirih, tapi masih terdengar oleh Naruto.

Naruto yang merasakan ketulusan permintaan maaf dari pria itu, memberikan imbalan senyum tulus yang ia tunjukan hanya untuk Sasuke.

Sasuke menerima senyum indah itu dengan memberikan balasan serupa. Merasa tenang oleh kehangatan yang menerpa hati bekunya.

"Baiklah, aku akan mencari kembang apinya dalam lemari."

Naruto membuka setiap laci pada tempat penyimpanan, dan berhasil menemukan selusin kembang api di salah satunya.

"KETEMU! Baiklah akan aku nyalakan di luar,"

"Jangan semua Dobe, ambil dua dan nyalakan!" Kata Sasuke bahkan tanpa melihat apa yang sedang dilakukan atau pun dipikirkan oleh Naruto.

Naruto yang memang bermaksut untuk menyalakan semuanya kembang apinya sekaligus, terkejut dengan telepati yang Sasuke miliki untuk memprediksi apa yang ada di pikirannya.

"Bagaimana kau bisa tau pikiranku?" tidak ada jawaban, "Baiklah aku ambil dua,"

Sebelum Naruto keluar dan menyalakan kembang apinya, ia menghampiri Sasuke kembali dan menyelimuti pria itu dengan selimut tambahan yang telah ia ambil dari dalam lemari. Sasuke yang merasakan adanya gerakan, membuka matanya. Melihat Naruto yang tengah sibuk merapikan selimut yang telah ia bawa. Tanganya yang terampil, mata biru cerah senada air jernih, rambut emas yang terjatuh indah di pundak, dan wajah cantik yang selalu terlihat tersenyum, walau tidak ada lengkungan di bibir pink yang pucat karena suhu udara. Sasuke tahu, karena terakhir kali ia mengawasi bibir itu, warna merah cerah tersuguh di sana.

'Cantik.'

Tapi sebelum Sasuke puas untuk memandang keindahan wanita itu, Naruto terlanjur berdiri beranjak meninggalkanya. Saat itu pula Sasuke merasakan tekanan kuat pada jantungnya. Debaran yang kuat itu menyakiti seluruh tubuh dan membuat nafasnya tersengal. Seakan udara sudah habis dari muka bumi.

"Naru-" Sasuke mencoba memanggil wanita itu, tapi tak terdengar oleh Naruto yang hampir mencapai pintu.

Hal terakhir yang ia lihat adalah sepasang kaki mungil yang semakin menjauh, kemudian hilang bersama dentuman pintu yang tertutup. Kehangatan yang tadi ia rasakan tiba-tiba beku kembali. Cahaya kuning dari perapian di bawahnya semakin meremang. membuat kekosongan itu datang.

Sasuke merasa ini adalah akhirnya. Tapi ada yang kurang. Ada sesuatu yang hilang dan ia tunggu kedatanganya.

Apa yang tengah ia nanti?

Apakah Wanita yang tulus itu?

Sasuke membutuhkanya. Sasuke menyadari, ia menginginkan Naruto. Untuk dirinya.

"Naru-to-" Sasuke memegangi dadanya yang sakit. Dalam nafas yang semakin memendek, hanya satu nama itu yang terucap dari mulutnya.

Naruto bukan dokter yang mampu menyembuhkan sakitnya saat ini. Tapi kenapa ia merasa sangat membutuhkannya. Kenapa tiba-tiba ia merindukanya. Apakah kini ia telah jatuh.

'Tidak, dia bukan siapa-siapa. Tidak mungkin wanita seperti dia,' ingkar Sasuke.

Kemudian ia teringat langkah pelan seseorang yang kesusaahan menarik kereta salju, disaat ia bisa meningglakan dirinya yang terluka dan tidak berguna. Seorang wanita yang memandang tangannya yang terluka oleh gesekan tali kasar dengan kulit, yang ia didapat karena menarik kereta salju yang berat. Juga Naruto yang menagisi kematiannya dengan sangat konyol, seakan Sasuke adalah orang paling berarti baginya di dunia. Atau saat dia dengan telaten membersihkan noda darah di kaki Sasuke dengan wajah meringis menahan sakit ketika luka di tangannya bersentuhan dengan air.

Sasuke berandai. Apabila suatau hal terjadi, dan posisi mereka terbalik. Sudikah dirinya melakukan hal yang sama, kepada wanita tulus yang selalu bersamanya?

Terpukul oleh pikirannya sendiri, bahwa mungkin ia akan meninggalkan Naruto yang terluka sendirian di tengah salju. Membiarkannya terpuruk sendirian di sana, dan pergi mencari perlindungan untuk dirinya sendiri. Membayangakan wanita itu sekarat dan tidak ada yang akan menolong bahkan termasuk dirinya, untuk mati tenggelam dalam tumukan putih tanpa ada yang perduli. Membandingkan dengan segala yang telah Naruto lakukan untuknya. Membuat Sasuke merasa menjadi manusia paling rendah dan tidak tahu diri.

Mencairnya sang pangeran salju oleh kehangatan mentari.

Meleleh dengan kesabaran, bersinar dalam kelembutan.

Matahari membagikan cahaya ketulusan.

Pada pangeran salju yang membeku padat kebencian.

Takluk oleh kemurnian.

Mencair dalam dekapan.

(Ruru, 29/12/2016)

Naruto mengubah pemikiran Sasuke pada kreteria wanita yang ia inginkan hanya dala sekejap. Bukan hanya cantik, seksi, berwawasan luas, berIQ tinggi, kaya, maupun pintar.

Dalam waktu kurang dari satu hari, dia terjatuh pada seorang wanita dengan ketulusan hati, kelembutan jiwa, dan kebaikan moral. Membuatnya bertekuk lutut, menyerah pada wanita bodoh yang selalu ia benci beberapa saat yang lalu. Hingga menjadikanya mahluk paling ia inginkan di muka bumi.

Tapi seindah apapun kata seandainya, tetap hanya sebuah kata angan. Tubuh yang tidak dapat ia gerakan lagi, seolah selimut es secara perlahan merambati setiap jengakal badannya, menjadikan kegelapan total, dan menciptakan kekosongan pikiran.

Sasuke pasrah pada takdir, dan memajatkan sebuah doa terakhir dalam kehidupanya.

'Tuhan,

aku tahu aku tidak akan pernah menjadi yang terbaik untuknya, dan keputusanMu juga-untuk tidak menciptakanya untukku. Tapi terimakasih, untuk setidaknya mengijinkanku bertemu denganya. Meski hanya sebentar, mati disisinnya bukalah hal yang buruk. Tapi keegiosanku menginginkanya hanya untuku, hingga mungkin aku ingin dia mengingatku sepanjang hidupnya. Tapi aku tidak sekejam itu, dan telah aku ketahui kelemahanku saat bertemu denganya.Yaitu air matanya.

Maka aku relakan dia, dengan orang yang mungkin tidak lebih baik dariku. Aku berharap seperti itu. Karena aku ingin selama hidupnya, ia mengingatku sebagai laki-laki paling sempurna. Walau hanya sebagai ingatan kecil yang semakin lama semakin pudar, setidaknya ia pernah mengingatku. Ini adalah keinginan orang paling narsis dan egois. Apakah kau sudi untuk mengabulkanya.

Dari hambamu yang hanya berani berharap tanpa berani meminta.'

Lalu kegelapan terakhir merayap, membutakan, meninggalkan, dan merampas kemilaunya.

TEBENCONG....

Selamat Tahun Baru 2017

Awas klu gak voment... Tak gantung fic ini sampai JAMURAN.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top