🌷1. Permintaan Mami🌷
"Aileen Dewanti, maukah kamu menjadi istriku?"
Believe menatap gadis berparas bulat telur yang berkulit putih sehalus porselen dengan pandangan sendu, dan mendamba. Ia mengusap punggung tangan Aileen yang halus, laksana membelai kain sutra. Kedua alis Believe terangkat, menampakkan wajah penantian dan harapan besar bahwa lamarannya akan diterima oleh Aileen.
Namun, hening yang menguasai mereka. Denting piring dan garpu yang beradu dengan piring dari tamu lain di resto menggaung mengisi sunyi antara dua insan itu. Aileen hanya mengerjap dengan rahang yang sedikit terbuka tertarik oleh gravitasi bumi.
"Kenapa?" tanya Aileen.
Believe menarik bibir hingga membuat mata sipit itu tinggal segaris. "Aku mencintaimu. Aku ingin kamu menjadi istriku."
"Kenapa setelah semua yang terjadi? Bukankah Mas Believe bilang, tidak ada kata kembali setelah ucapan putus itu?"
Seketika rahang Believe mengerat. Ya, Aileen terlalu cerdas untuk ia kelabui. Aileen terlalu pintar untuk bisa mempercayai bahwa semua ini ia lakukan untuk membahagiakan wanita lain yang bernama Joana Arshinta.
"Aku menyesal melepasmu, Lin. Oleh karena itu-"
Aileen menggeleng kepala, ia menarik tangan kasar. "Maaf, aku tidak bisa. Mas Believe sudah terlambat. Seharusnya dulu ... dulu saat aku berucap putus dan berbalik, Mas Believe merengkuhku, alih-alih berdiam diri. Padahal waktu itu, aku pertimbangkan keinginan Mas Believe yang ingin berbakti. Tapi kini, aku merasa Mas Believe hanya mencari perawat berkedok istri untuk Tante Joan."
Aileen bangkit dengan tergesa, membuat kursi terdorong dengan kasar dan decitnya mendistraksi pengunjung yang lain. Tanpa kata, Aileen berbalik dan berlalu, meninggalkan Believe yang hanya memaku badan di kursi, sementara matanya menatap punggung Aileen yang menjauh.
Believe termangu. Menatap lilin dengan lidah api menari menemani hatinya yang sunyi. Bola mata yang berkaca itu mengaburkan pandangan nanarnya. Believe hanya merapatkan geraham dan meremas keras pahanya sendiri mendapati reaksi Aileen.
Bagi Believe, Joana Arshinta adalah cinta pertamanya. Apa pun akan dilakukan untuk membahagiakan wanita yang mengandung, melahirkan dan membesarkan Believe hingga usianya 32 tahun. Surga Believe ada di telapak kaki Joana.
Kenapa keinginannya berbakti membuatnya justru dijauhi gadis yang dicintai? Apa salahnya berbakti?
Tidak mungkin Believe tega meninggalkan maminya, seperti permintaan Aileen. Joana adalah perempuan tegas, tangguh yang membesarkan dua anak laki-laki seorang diri, ketika belahan jiwanya berpulang pada Sang Pencipta saat Believe masih berumur lima tahun. Kepada Joana, Believe merengek, tertawa, menangis, dan bercerita. Tentang hidup dan kehidupan, tentang cinta dan cita-cita.
Joana adalah wanita yang ingin Believe lindungi dan sayangi karena berhasil menjadi sosok yang disiplin dan berwibawa, di saat tidak ada figur perkasa di rumah. Di sisi lain, suara yang lembut dan usapannya di kepala lelaki muda itu mampu menenangkan ketegangan, melepaskan kepenatan. Belum lagi rengkuhan yang beraroma khas tubuh Joana, membuatnya aman, layaknya seekor anak ayam yang berlindung di bawah sayap induknya.
Namun, maminya tak lagi sama. Walau wajah Joana masih serupa dengan sedikit gurat kerutan di paras yang membiaskan gambaran kecantikan masa muda, kini perangainya berbeda saat pembuluh darah tua wanita itu tersumbat seperti selang berlumut dan berkerak.
Believe mendesah. Memang dua tahun hubungannya dengan Aileen diwarnai pertengkaran karena perbedaan sifat. Pertengkaran terakhir mereka adalah saat Believe mengatakan keinginannya untuk hidup bersama maminya setelah menikah. Sebuah hal yang tidak bisa diterima oleh Aileen karena gadis itu sudah mempunyai bayangan sendiri tentang hidup pernikahannya. Aileen pun memutuskan menyudahi semuanya sebelum mereka terluka.
***
Jam dinding di ruang tengah sudah berdentang enam kali. Believe sangat kerepotan setelah Nora, perawat maminya yang kesekian, meminta keluar padahal Believe sudah memberi iming-iming peningkatan gaji dua kali lipat. Sementara itu, Nah, asisten rumah tangga mereka pun minggu kemarin pamit, karena ia dilamar oleh tukang sayur keliling yang sering mangkal di depan rumah.
Hidup jauh dari saudara membuat Believe kerepotan. Maminya anak tunggal. Keluarga besar mereka banyak tinggal di Surabaya. Sedang keluarga almarhum papi Believe, paling dekat berdomisili di Jogjakarta. Believe benar-benar bergantung pada orang lain yang mau dibayar untuk mengurus maminya. Walau Brave selalu mengatakan bahwa Cinde akan membantu, tetap saja Believe tidak tega mengingat kondisi Cinde yang sedang hamil muda.
Jadi, setelah tak ada ART dan perawat, setiap pagi Believe harus mengurus semuanya, sebelum Ratna-teman baik Joana- datang untuk membantu. Mulai dari memanaskan makanan yang sudah disiapkan oleh Cinde kemarin, hingga memasakkan bubur untuk sarapan pagi, Believe lakukan untuk meyakinkan Joana sudah sarapan sebelum ia pergi bekerja.
"Mi, sarapan dulu yuk."
Believe masuk ke kamar, dengan membawa semangkuk bubur ala kadarnya. Beruntung setidaknya ia masih bisa tahu bahan-bahan dapur sehingga tidak terlalu canggung memasakkan semangkuk bubur dengan sayur sop dan ayam goreng buatan mertua Brave.
Bola mata Joana bergulir mengikuti gerak-gerik Believe, hingga lelaki muda itu duduk di bibir pembaringan. "Aku suap ya?"
"Nanti saja. Mami biasa sarapan kalau sudah diseka badannya."
"Aku seka badan Mami kalau gitu. Tante Ratna bilang dia datang terlambat." Believe hendak bangun dari duduknya, tapi buru-buru Joana mencegah.
"Bil, duduk sini. Mami mau bicara sebentar." Joana memberi isyarat dengan matanya karena separuh badannya tidak bisa digerakkan.
Believe kembali duduk. Memandang sendu wanita perkasa yang kini rapuh. Ia menyibak rambut Joana yang menutupi wajah, sehingga menguak wajah yang pipinya tak lagi berisi. Beruntung hari ini sepertinya mood Joana tidak seperti biasanya sehingga Believe bisa sedikit tenang. Bila tidak, bisa-bisa dia juga akan terkena piring terbang yang melayang.
"Apa, Mi?" tanya Believe.
Satu kecemasan Believe. Maminya akan bertanya tentang Aileen. Sungguh, Joana sangat senang dengan Aileen Dewanti, seorang perempuan muda yang energik, pintar dan cerdas. Tak hanya itu saja, Aileen mempunyai profil wajah yang mampu membuat decak kagum siapa pun yang memandangnya.
Bobot, bibit, bebet yang berkualitas semua melekat dalam diri Aileen. Menjadikan gadis itu sosok calon menantu idaman bagi siapa pun orangtua yang mempunyai anak lelaki, termasuk Joana.
"Bagaimana lamaranmu?"
Sontak, lidah Believe menjadi kelu. Tebakannya benar. Ia selama ini tak mampu memberitahu kebenaran bahwa sudah lama ia putus dari Aileen. Namun, Believe menghirup napas dalam-dalam, mengatur ekspresi sambil meraih tangan Joana.
"Sebenarnya, aku sudah putus dari Aileen, Mi."
Mata Joana membulat. "Kapan?"
"Udah tiga bulan ...." Believe memberikan cengiran. Walau wajahnya seolah tak peduli, tapi Joana tahu hati anaknya merintih.
"Kenapa? Mami pikir kemarin kamu melamar?"
Believe susah menelan ludahnya sendiri. "Iya. Minta balikan, sekalian melamar. Nyatanya, belum jodoh. Mami tahu 'kan sifat kami bertolak belakang."
"Kamu cinta sama Aileen?"
"Aku cintanya sama Mami," jawab Believe sambil memeluk maminya
Joana menggeliat, melepas pelukan anak bungsunya. "Mami serius!"
Believe menegakkan tubuh. Ia memandang maminya yang sudah memicingkan mata laksana induk elang yang mengawasi mangsanya.
"Kamu cinta dengan Aileen, Bil?" tanya Joana sekali lagi.
Believe mengangkat bahu. "Entahlah, Mi. Aileen menuntut ini itu. Mengatakan aku anak mami lah, ga tegaslah, gemulai lah. Aku masih bisa sabar mendengar semua tudingan itu. Tapi, masa iya, kalau aku menikah dia ga mau tinggal sama Mami?"
"Mami tanya ... kamu cinta sama Aileen?"
"Untuk apa cinta pada perempuan yang membuatku seperti Adam yang akan dikeluarkan dari Taman Eden? Taman Eden-ku di telapak kaki Mami."
Kata itu terlontar memelintir isi hati Believe. Sungguh, di relung hati Believe terdalam, sudah terpatri nama Aileen Dewanti. Namun, ia tidak ingin maminya bersedih, mengetahui ia sedang patah hati.
"Aileen rugi melepasmu. Lelaki yang menyayangi ibunya, akan lebih menghargai istrinya kelak."
Sebutir air mata lolos dari kelopak mata Joana, mengalir di pelipis. Gelombang rasa sendu yang diembuskan Believe melalui kata-katanya menabuh gendang telinga seorang ibu. Joana tahu putranya merintih saat menyatukan hati yang patah.
"Ya sudah, cari lagi. Kasih menantu yang terbaik buat Mami. Masih banyak yang mau sama kamu. Anak Mami 'kan ganteng, pinter, baik ...."
Believe terkekeh. Kalau seandainya mencari rusuk yang hilang tidak sesulit seperti mencari jarum di tumpukan jerami, pasti sudah dari dulu jari manis kanan Believe telah tersemat cincin.
Nyatanya ia masih sendiri. Di rumah penuh kenangan ini. Bersama Mami yang dikasihi.
💕Dee_ane💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top