Part 8
Part lengkap ada di ebook ya,
Bestie. Masih tersedia di playstore. Jangan download bajakan, please.
Selamat Membaca
***
Seluruh rangkaian acara pernikahan telah usai. Sebuah acara berkonsep one day party membuat semua rangkaian acara selesai dalam satu hari. Kinanthi sebenarnya berharap malam ini dia masih bisa tidur untuk semalam di rumah orangtuanya. Tapi ternyata Bayu langsung mengajaknya pulang.
Selepas keluar dari kompleks perumahan tempat tinggal orangtua Kinanthi, Bayu mengarahkan mobil ke kanan. Menyadari hal itu, Kinanthi terkesiap melihat jalan di samping kiri kanannya, matanya sibuk merekam informasi yang terlihat. "Kita mau kemana?" Kinanthi bertanya, dengan manik mata berkedip-kedip karena bingung. Jalan menuju rumah keluarga Bagaskara seharusnya adalah lurus bukan berbelok.
"Kita pulang," jawab Bayu singkat.
"Pulang? Pulang kemana? Bukankah ini bukan jalan menuju rumahmu?" Kinanti makin bertanya-tanya. Bayu tetap terdiam, dengan mata masih lekat memandang jalan di depannya. Kinanthi tidak berani bertanya lagi. Dia takut melihat wajah Bayu yang kaku seperti kanebo kering itu.
"Ternyata gadis ini cerewet juga," rutuk Bayu dalam hati.
Kinanthi memilin-milin ujung jilbab berwarna fuschia berpadu dengan gamis putih berbunga mawar kecil berwarna merah muda yang dipakainya setelah melepas semua atribut pengantin tadi. Ekor matanya melirik wajah Bayu yang keras dan dingin. Dia tak berani bertanya apa-apa lagi kepada Bayu. Kinanthi hanya pasrah kemana Bayu membawa dirinya.
"Kenapa? Kamu takut?" Tiba-tiba pertanyaan Bayu memecah kebisuan diantara mereka berdua. Ekor matanya melirik Kinanthi yang tertunduk sambil memilin-milin ujung jilbab.
"Manis juga gadis ini," pikir Bayu.
"Hah? Takut? Tidak." Kinanthi menjawab pertanyaan Bayu terbata-bata digelengkan kepalanya keras untuk memastikan bahwa dia tak takut dengan lelaki itu. Meski jujur Kinanthi sangat takut, bukan dengan lelaki yang sekarang berada satu mobil ini, namun pada kehidupan yang akan dijalani setelah malam ini.
Bayu menyeringai sinis mendengar jawaban Kinanthi. "Yakin tidak takut padaku?" Pertanyaan Bayu bernada nyinyir. Kinanthi tak menjawab apa-apa, pandangannya diarahkan ke luar, melihat pekatnya malam. Dari perangai yang diperlihatkan Kinanthi sekarang, Bayu tahu persis bahwa gadis itu sangat gugup. Atau bahkan takut.
Mereka berdua kembali terdiam sepanjang perjalanan. Perjalanan yang hanya memakan waktu limabelas menit itu menjadi pengalaman perjalanan terpanjang dan paling membosankan yang pernah ditempuh oleh Kinanthi.
Mobil Bayu memasuki gerbang sebuah kompleks perumahan. Kinanthi mengenalinya karena pernah mengunjungi salah satu siswa yang tinggal disana. Seorang petugas keamanan nampak keluar dari ruangan pos penjagaan.
"Selamat malam Pak Bayu," sapa satpam kompleks yang bernama Pak Udin itu. Kinanthi melirik namanya dari name tag di dada pak Udin. Lelaki ramah itu terlihat sudah berusia paruh baya.
"Malam Pak Udin, hari ini rider Moto GP yang berhasil naik podium siapa ya, Pak?" Bayu membuka kaca mobilnya dan menyapa Pak Udin dengan ramah.
"Malam Pak Bayu, masih seperti biasanya, Marquez." Pak Udin menjawab pertanyaan Bayu dengan ramah.
"Bagaimana acara pernikahannya tadi, Pak," tanya Pak Udin.
Bayu tidak menjawab pertanyaan Pak Udin, dia hanya senyum dan berpamitan melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya.
Kinanthi menoleh, telinganya seolah tak percaya dengan yang baru saja didengar. "Bisa ramah juga ternyata." Kinanti menggumam dalam hati.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di depan pagar sebuah rumah mungil yang asri. Rumah berpagar kayu berwarna putih yang berdesain minimalis dan dekorasi shaby chic. Terdapat taman mungil di sudut halaman, dengan rumput dan kolam yang juga mungil. Di teras terdapat beberapa pot tanaman gantung dan tembok dihiasi pot berisi imitasi bunga dari bahan plastik.
Kinanthi masih mengagumi rumah mungil di hadapannya. Desain rumah itu memang sangat mengagumkan. Jendela-jendela yang ditutup tirai berwarna lembut memberikan kesan hangat dan homy.
"Kita sudah sampai, kamu bisa keluar sekarang," ucap Bayu mengagetkan Kinanthi yang masih terbengong-bengong melihat rumah Bayu.
"Hem iya." Kinanthi segera turun dari mobil. Dirinya tak berharap bahwa Bayu akan membukakan pintu untuknya. Kinanthi menatap punggung Bayu yang berlalu menuju pintu rumah.
"Mas Bayu," panggil Kinanthi.
"Apa?!" sahut Bayu ketus.
"Tasku masih ada dalam bagasi," jawab Kinanthi pelan.
Bayu mendengus kesal. Rasa cape lelah membuatnya ingin segera merebahkan diri di tempat tidur. Bayu berbalik dan masuk ke dalam mobil untuk membuka bagasi mobil. Sementara Kinanthi masih terpaku di samping mobil. Bayu masuk kembali ke dalam mobil dan membuka bagasi mobilnya. "Sudah?!"
"Ya ampun ini laki-laki, jadi aku disuruh buka pintu bagasinya sendiri, gitu. Dan laki-laki ini adalah suamiku Duh sabar sabar." gerutu Kinanthi dalam hati.
Susah payah Kinanthi membuka pintu bagasi dan mengambil koper. Bayu yang melirik Kinanthi dari spion mobil merasa kasian melihat gadis itu susah payah menurunkan koper sendirian. Saat Kinanthi akan menutup pintu bagasi, tiba-tiba Bayu sudah ada di belakang tubuhnya. Dada bidang Bayu tanpa sengaja menyentuh punggung Kinanthi ketika tangannya terulur untuk menutup pintu bagasi mobil.
Tanpa sadar tubuh Kinanthi dan Bayu berada dalam jarak terdekat. Aroma tubuh Bayu menguar masuk ke dalam indra penciuman Kinanthi . Hatinya tiba-tiba berdesir, dan jantungnya berdegub kencang diikuti dengan wajah yang memanas.
Kinanthi menarik tubuhnya menjauh dari Bayu. "Maaf." Kinanthi beringsut menjauh dengan wajah merona merah.
Rupanya Bayu mengacuhkan apa yang mereka alami barusan. Rupanya kejadian barusan adalah hal biasa bagi Bayu. Setelah menutup pintu bagasi mobil, Bayu lalu memencet tombol remote untuk menutup pagar rumah. Tanpa ekspresi apa-apa Bayu berjalan menuju rumah tanpa mengindahkan Kinanthi yang masih berdiri di sisi mobil, terdiam terpaku dengan pipi memerah.
"Hei! Ayo masuk." Bayu memanggil Kinanthi meminta untuk segera masuk ke dalam rumah. "Eh iya, maaf." Tergopoh-gopoh berjalan mendekati Bayu yang sudah memutar badan siap masuk ke dalam rumah.
Kinanthi berjalan di belakang Bayu sambil matanya menyapu ke segala arah. Rumah Bayu memang tertata apik. Pasti Bayu memiliki selera yang bagus dalam menata rumah.
"Rumahnya apik, asri," puji Kinanthi.
"He em, Citra yang ...." Bayu tersadar dan tidak melanjutkan kalimatnya. Rumah itu adalah impian mereka berdua. Bayu mendesain sendiri bangunan rumah, sedangkan Citra yang mengatur sendiri desain interior dan eksterior. Citra adalah mahasiswa desain interior, namun dunia modelling lebih diminatinya.
Kinanthi menunduk, napasnya sesak. Malam ini baru malam pertama mereka berdua, namun nama gadis itu sudah disebut oleh suaminya.
"Kamarmu." Mata Bayu menunjuk sebuah kamar di depan mereka. Kinanthi mengangguk dan beranjak membuka pintu kamar bercat putih dengan hiasan pintu berupa bunga-bunga kecil berwarna merah jambu.
"Kamarmu?" Kinanthi menggumam. "Ah apa yang kupikirkan, tidak mungkin kami tidur dalam satu kamar." Kinanthi menarik napas panjang dan masuk sebuah kamar yang juga ternyata apik. Semua perabot berwarna putih mulai dari meja, ranjang, dan lemari. Sedangkan spreinya berwarna baby pink yang lembut.
Kinanthi mencium aroma wangi yang ternyata berasal dari sebuah tungku aromatherapi di sudut ruangan. "Bau lavender." Aromatherapi itu membuat tubuhnya rilex."Tapi siapa yang meletakkan tungku itu disana?" Lavender adalah aroma favoritnya sejak lama.
Kinanthi segera mengganti baju dengan baju tidur lengan panjang dengan celana. Jam yang tergantung di dinding sebelah atas pintu kamar menunjukkan angka sebelas malam. Badannya terasa penat seharian harus menghadapi tamu-tamu yang datang ke acara pernikahan tadi. Dirinya baru menyadari jika belum menunaikan salat Isya.
Kinanthi mengambil handuk dari dalam tas kemudian memakai jilbab bertali yang biasa dikenakan jika akan keluar rumah. Tetapi setelah keluar kamar, ia merasa bingung. Tadi ia lupa menanyakan letak kamar mandi di rumah itu.
"Mas Bayu, maaf aku mengganggu." Kinanthi mengetuk pintu kamar Bayu.
"Ada apa?!" sergah Bayu sembari membuka pintu kamar.
Kinanthi terkejut melihat Bayu membuka pintu dengan wajah merengut menahan kesal. "Hhmm anu Mas, aku tidak tahu letak kamar mandi dimana?"
"Oh, di bawah di sebelah dapur." Bayu menjawab singkat dan menutup kembali pintu sebelum Kinanthi sempat bertanya lebih banyak.
Kinanthi berjalan turun, dapur memang sudah terlihat dari lantai dua. Ternyata kamar mandinya berada tepat di sebelah dapur. Berhadapan dengan kamar mandi ada tempat khusus untuk salat, yang berbentuk menyerupai joglo. Di sudut joglo itu ada tempat khusus untuk mengambil wudu. Kinanthi takjub melihat penataan ruang di rumah Bayu yang sangat efisien.
Selesai salat, Kinanthi kembali ke lantai atas. Kamar Bayu terlihat sudah gelap, tak ada gurat cahaya dari bawah pintu.
"Mungkin Mas Bayu sudah tidur," pikir Kinanthi.
Kinanthi beranjak ke peraduan. Hari yang sibuk, ia sudah terjaga sejak pukul dua dini hari untuk mempersiapkan pernikahan hari ini. Konsep acara pernikahan one day party yang dirancang Bayu memang menjadi lebih simpel. Acara selesai dalam satu hari.
Kinanthi memandang langit-langit kamar. Matanya semakin terasa berat. Tak terasa Kinanthi sudah berpindah menuju ke peraduannya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top