Part 10
Cerita ini saya publish ulang beberapa bab. Yang dipublish di sini masih bentuk mentahan. Mungkin ada bagian yang ga masuk akal. Semua diperbaiki dalam versi buku termasuk ekstra part.
Oh iya, meski aku publish ulang tetep ga sampai end ya. Hanya beberapa part saja sesuai kesepakatan dengan penerbit. E book masih available di playstore, ya.
Terima kasih sudah mampir. Selamat membaca.
***
Kinanthi masih menyelesaikan beberapa pekerjaan ketika suara deru mobil terdengar memasuki halaman rumah. Ia mengintip dari jendela kamarnya. Bayu keluar dari mobil yang sudah terparkir di carport. Dengan langkah gontai dan wajah yang nampak lelah, Bayu berjalan masuk ke dalam rumah. Kinanthi meraih jilbabnya dan bergegas keluar dari kamar untuk menyambut kedatangan suaminya.
"Assalamualaikum." Senyum Kinanthi mengembang ketika menyapa Bayu sambil membukakan pintu. Tangannya terulur untuk bersalaman dengan Bayu.
"Waalaikumsalam," jawab Bayu singkat.
Disambutnya tangan Kinanthi yang terulur dan dibalas Kinanthi ciuman tangan yang takzim. Desiran hangat merambat melalui tangan menuju hatinya. Hal ini selalu dirasakan oleh Bayu ketika Kinanthi mencium tangannya seperti ini. Dengan cepat Bayu menarik tangannya kembali.
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah larut sekali, Bayu juga terlihat sangat letih. "Mau kusiapin air hangat, Mas?" Kinanthi mengikuti langkah Bayu yang berjalan menuju kamarnya.
Bayu hanya mendengus tanpa memberinya jawaban. Kinanthi masih mengikuti langkahnya. "Tidak usah!" Hanya jawaban singkat dan ketus yang keluar dari mulut Bayu. Langkah Kinanthi kemudian terhenti.
Sudah satu bulan lebih mereka menikah, sikap Bayu masih sama. Kinanthi hanya bisa menghela napas panjang menerima perlakuan Bayu. Tak banyak yang berubah, tetap dingin dan acuh tak acuh kepada Kinanthi. Mereka berdua juga hampir tak pernah berintetaksi meski hidup dalam satu atap.
"Kalau begitu kusiapin makanan? Atau teh manis hangat?" usul Kinanthi tak menyerah.
"Aku bilang tidak usah! Jangan repot-repot," sergah Bayu, membuat hati Kinanthi menciut.
Kinanthi tidak tahu bagaimana akan bertahan dalam pernikahan yang baru seumur jagung itu. Segala cara sudah dilakukan untuk menarik perhatian Bayu. Kadang Kinanthi ingin menyerah, tetapi jika teringat kedua orangtua angkatnya, ia memilih untuk kembali bertahan dalam pernikahan itu.
Akhirnya Kinanthi hanya bisa memandang punggung suaminya yang beranjak menuju kamarnya. Sedangkan dirinya kembali menuju dapur untuk membereskan makanan. Setiap hari selalu begini, makanan yang disajikannya tidak dimakan.
Selesai membereskan makanan dan menyimpannya dalam kulkas, Kinanthi naik menuju kamarnya. Ekor matanya melirik ke arah kamar Bayu yang sunyi. Gurat cahaya masih nampak menyembul dari bawah pintu kamar Bayu.
***
Bayu melempar tas kerjanya ke atas tempat tidur. Tubuhnya dihempaskan begitu saja di atas ranjang. Mata Bayu menatap langit-langit kamarnya. Sudah satu bulan ini dirinya menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Hanya itu satu-satunya cara yang bisa dilakukannya untuk melupakan kerumitan dalam hidupnya saat ini, dan sejenak menghindar bertemu dengan Kinanthi.
Gadis itu terlalu baik, ada getaran yang tak bisa diterjemahkan ketika bertatapan dengan Kinanthi. Bahkan sikap dingin yang selalu ditunjukkan oleh Bayu selama ini tak membuat Kinanthi mundur sedikitpun. Alih-alih mundur dari pernikahan, Kinanthi bahkan selalu bersikap baik kepadanya.
"Terbuat dari apa hati gadis itu?" kesah Bayu lirih.
Cukup lama Bayu terpekur di atas ranjangnya dan memandang langit-langit. Badannya terasa remuk dihajar pekerjaan selama satu bulan penuh. Bayu sadar bahwa tak mungkin dia selamanya bersembunyi dengan cara menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Tapi hanya ini satu-satunya cara untuk menghindari Kinanthi. Menghindar supaya tak menyakiti hati gadis itu.
Bayu teringat bahwa sejak siang dia tak menyentuh gawainya sama sekali. Dibuka tas kerjanya dan diambil gawai yang berada dalam saku depan tas kerja miliknya. Beberapa pesan chat masuk dari nomor yang belum tersimpan dalam kontaknya.
[+33......] Dear, gimana kabarmu?
Mata Bayu terbelalak dan terbangun dari tempat tidurnya. Kode negara itu adalah kode negara ... Perancis. Beberapa pesan chat masuk dengan nomor yang sama.
"Citra," desah Bayu.
[+33....] "Dear, maafkan aku meninggalkanmu tanpa pamit.
[+33....] "Aku tahu kamu pasti marah, begitupun dengan keluargamu."
[+33....] "Tapi aku minta maaf, aku sangat menyesal."
[+33....] "And I'm still loving you."
Tubuh Bayu menegang, dadanya bergemuruh dan tangannya bergetar. Sudah satu bulan berlalu, sekarang Citra menghubunginya lagi. Saat dirinya sudah bersama dengan wanita lain. Wanita yang merupakan mempelai pengganti Citra. Tak bisa dipungkiri jika masih ada cinta tersisa di hati Bayu. Bagaimanapun hubungan mereka sudah berjalan selama lima tahun, tak akan hilang hanya dalam waktu sebulan.
Bayu hanya memandangi gawainya nanar. Kepalanya serasa berputar, sekarang tak hanya tubuhnya yang letih, namun pikirannya juga teramat lelah. Pernikahan dengan Kinanthi, kemudian Citra yang hadir kembali dalam kehidupannya meski secara fisik mereka terpisah benua.
Masalah demi masalah yang tengah dihadapinya membuat Bayu semakin merasa letih. Matanya berat, dan rasa kantuk menyerang secara tiba-tiba. Bayu tertidur masih dengan kemeja yang ia kenakan saat berangkat kerja tadi pagi, termasuk kaos kakinya juga.
***
Bayu terbangun karena semerbak aroma masakan dan daun yang terbakar. Kepalanya terasa berdenyut begitu ia berusaha mengangkat tubuhnya ke posisi duduk. Bayu baru menyadari jika dirinya semalam tertidur tanpa berganti baju.
Tubuh Bayu sempoyongan ketika berusaha untuk bangkit dari tempat duduknya. Dilihat jam yang tergantung dinding sebelah di atas pintu kamarnya sudah menunjuk ke angka 6. Mata Bayu terbelalak, biasanya di jam yang sama ia sudah berangkat ke kantor.
Bayu berlari turun menuju ke kamar mandi. Sesampainya di dapur, ia berpapasan dengan Kinanthi yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
"Baru bangun, Mas," sapa Kinanthi lembut dengan senyuman tersungging dari bibir yang terpulas lipstick berwarna nude. Kinanthi sudah rapi mengenakan blazer berwarna hijau tua berpadu rok A line berwarna dan berbahan yang sama. Kepalanya juga sudah rapi berbalut jilbab berwarna hijau muda yang sangat lembut.
"Manis sekali dia hari ini." Tak sadar Bayu memuji penampilan Kinanthi pagi ini. Entah mengapa selalu ada desiran halus merayapi hatinya ketika berpapasan dengan Kinanthi. Penampilannya selalu sederhana, namun kesan lembut dan elegan tak pernah lepas dari diri Kinanthi.
"Kamu mau kemana?" tanya Bayu.
"Kan aku sudah masuk mengajar sejak tiga minggu yang lalu, Mas Bayu tidak membaca pesanku?" Kinanthi berbalas pertanyaan.
"Mengajar? Jadi dia seorang guru?" pikir Bayu bingung.
Sekarang ganti Bayu yang bingung menjawab pertanyaan Kinanthi. Dia sama sekali lupa pernah membaca pesan dari istrinya atau tidak. Dan setelah lebih dari sebulan menikah, dirinya juga baru mengetahui jika Kinanthi adalah seorang guru. Selama ini hanya demi menghindari interaksi dengan Kinanthi, Bayu selalu berangkat pagi dan pulang larut malam. Hingga ia tak mengetahui aktivitas istrinya di luar rumah.
"Aku mandi dulu," ujar Bayu berkelit dari pertanyaan Kinanthi.
Ketika Bayu sudah siap dengan pakaian kerjanya, Kinanthi menawarkan sarapan dengan senyum termanisnya. Di meja sudah terhidang nasi bakar yang nampak lezat mengintip dari balik daun terbakar. Aroma nasi bakar hangat itu menyeruak masuk ke hidung Bayu, memainkan indra penciumannya dan otak Bayu memerintahkan rasa lapar tak tertahan pada lambungnya.
Di sisi lain meja makan, sudah ada sebuah kotak berwarna merah jambu yang berisi makanan. Ada pula sebuah mangkuk kecil berisi sambal bajak, sepiring tempe goreng, dan Ikan Nila goreng.
"Kamu sudah masak sebanyak ini?" tanya Bayu.
Kinanthi tersenyum sambil mengangguk. Matanya berbinar telah berhasil menyelesaikan masakannya sebelum Bayu berangkat kerja. "Sarapan dulu ya, Mas." Kinanthi menyodorkan sebuah piring tanda tawarannya kepada Bayu.
Tanpa banyak kata Bayu mengangguk dan mengambil tempat duduk. Sementara Kinanthi sibuk membuka daun pembungkus nasi bakar dan meletakkannya di piring Bayu.
"Mau sambel, Mas? Atau ikan juga?" tawar Kinanthi.
Bayu hanya mengangguk. Raganya sudah dikuasai aroma harum nasi bakar, ikan, dan sambal buatan Kinanthi. Rasa lapar yang melanda perutnya karena tidak ada makanan yang masuk sejak kemarin siang membuatnya begitu tergoda dengan makanan di hadapannya.
Bayu menyuapkan satu sendok nasi bakar ke dalam mulutnya. Ternyata di dalamnya masih berisi sambal dan ikan tuna asap. Lidah Bayu bergetar saat nasi bakar buatan Kinanthi menyentuh.
"Ini nasi bakar terenak yang pernah aku makan." Bayu hanya berani memuji dalam hati.
"Kamu suka masak?" tanya Bayu.
"He em," jawab Kinanthi sambil tersenyum.
"Aku sudah bisa memasak sejak berumur delapan tahun, meski awalnya hanya masakan sederhana," tambahnya.
"Wow, hebat sekali," puji Bayu jujur.
Mata Kinanthi terbelalak mendengar pujian dari Bayu. Telinganya tak percaya mendengar kalimat pujian itu keluar dari mulut Bayu yang selama ini selalu dingin dan ketus kepadanya.
"Karena keadaan." Kinanti menghela napasnya ketika menjawab pujian Bayu.
"Maksudmu?"
"Iya, tidak mungkin kan Ayahku bekerja sambil mengurus keperluanku," jawab Kinanthi sambil mengendikkan bahunya.
"Ayah? Bukannya kalian memanggil Papa?" tanya Bayu semakin tidak mengerti.
"Papa atau lebih tepatnya Papa Mbak Hanum dan Mas Prastyo adalah orangtua angkatku. Aku yatim piatu."
"Oh maaf," ujar Bayu terkejut.
"Udah ah, pagi-pagi jangan membuatku baper teringat Ayah. Enak ga nasi bakarnya?" tanya Kinanthi.
"He em enak banget." Kali ini Bayu memilih jujur memuji masakan istrinya yang memang enak dan cocok untuk lidahnya.
Sebenarnya Bayu masih ingin bertanya lebih lanjut mengenai orangtua Kinanthi. Termasuk bagaimana dia bisa menjadi adik angkat kakak iparnya. Juga profesi Kinanthi sebagai guru dan semuanya. Tiba-tiba Bayu ingin mengetahui segala hal mengenai istrinya.
Mendadak Kinanthi bagaikan wanita penuh misteri yang ingin dipecahkannya. Banyak hal yang belum ia ketahui tentang Kinanthi. Dan semuanya menimbulkan rasa penasaran bagi Bayu.
***
Eeaaa ada yang mulai kepo nih? Udah lah Bayu ga usah jaim, kalo penasaran tanya aja.
Tunggu kelanjutannya ya jangan lupa votenya Kakaaa....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top