Prolog
Bandoeng, 1940
Suasana dingin malam itu seakan membekukan seorang pria dewasa yang tampak tidak bergeming dengan apa yang dia lakukan. Senapan masih setia berada dalam genggaman tangannya dan seorang wanita cantik terbujur kaku dengan darah di dadanya. Raut dingin itu masih menghiasi wajahnya namun tidak memudarkan ketampanan pria keturunan itu walau usianya tidak muda lagi.
Di balik dinding yang memisahkan ruang keluarga ada dua pasang mata gadis muda yang melihat kejadian itu. Gadis yang lebih kecil terlihat shock dan berusaha menahan tangisnya sedangkan yang lebih tua sudah berderai air mata sambil menutup mulutnya.
Tiba-tiba gadis yang lebih tua berteriak tidak bisa menahan emosi juga kesedihan hingga tanpa sengaja membuat guci yang ada di belakangnya pecah.
Mata pria dewasa yang kalut itu langsung tertuju pada sumber suara lalu berjalan dengan cepat sambil menodongkan senapannya dan dia bisa melihat dua orang gadis yang berlarian.
.........
"jiejie... Ayah menjadi jahat, aku tidak percaya ayah sudah membunuh ibu dan ayah juga akan membunuh kita." Kata gadis yang lebih muda. "Jiejie juga tidak tahu... Kenapa ayah menjadi jahat. Lebih baik kita harus berusaha berlari, mei... Minah dan Bi Asih tidak bisa mendengar suara ketukan pintu kita. Padahal kita sudah mengetuknya dengan kuat." ucap sang kakak dengan nafas yang sudah tidak teratur lagi.
DOOORRR.... Bunyi senapan memecahkan kesunyian malam bahkan hewan-hewan malam tidak ada yang terlihat di hutan belakang kebun teh itu. Ternyata dua kakak beradik itu sudah berlari sampai kesana untuk menghindari kekejaman sang ayah yang seperti kerasukan roh jahat. Pria itu terus menembak membabi buta mengejar anak-anaknya sendiri. Wajahnya masih diliputi kekejaman tanpa ada kelembutan sekalipun. "Kenapa kalian terus berlari?!! Sekarang kalian sudah jadi gadis-gadis pembangkang. Jadilah penurut seperti ibu kaliaaaann!!!" teriak sang ayah. Matanya yang agak sipit tidak mampu menutupi tajamnya bola mata yang terus mengincar anak-anaknya sendiri yang dianggap bagai hewan buruan.
DORR....DOOR
Akhirnya tembakanpun mengenai kedua gadis itu dari belakang. Darah mengalir dari tubuh keduanya yang jatuh berdampingan sambil bergandengan tangan.
Sang ayah berjalan mendekati kedua putrinya yang sudah tak berdaya. Perlahan-lahan air matanya luruh. "Ya Tuhan... Maafkan aku, mungkin ini adalah jalan terbaik." Pria itu menodongkan senapan itu kelehernya. Doorrrr!!!
Kini semuanya berganti menjadi kesunyian di malam itu.
......
Seorang pria muda dan tampan dengan kemeja jawanya yang rapi dan arloji kalung di sakunya menatap lurus ke arah pemandangan perkebunan teh miliknya di malam hari. "Malang sekali nasibmu tuan Lie... Hutang dan kebangkrutan menimpamu. Hmmm.... Harta dan Tahta memang mengerikan. Tapi bagiku wanita tidak termasuk." Lalu ia kembali menghisap cerutunya dan mengeluarkan asap-asap yang membumbung ke langit malam.
Prolog
Bersambung....
Cerita historical romance pertama... Dan maaf kalau ada kesalahan... Hehehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top