Kau Milikku!

Lembayung pagi menghias cakrawala, memberikan kehangatan pada dunia. Bersiap  mengiringi roda sang waktu yang terus berputar dibawah birunya langit. Hari ini Viona dan Racka akan melakukan perjalanan bisnis ke Hongkong. Salah satu investornya —Joseph Lee— mengadakan pernikahan putera sulungnya di sana. Reivan mengizinkan kepergian mereka, lagipula itu tidak lama dan demi kepentingan perusahaan juga.

Mereka pun tiba di Bandara. Sisil, Vere dan Reivan turut serta mengantar kepergian mereka. Rasanya sedikit aneh melihat sepasang kekasih itu berkelana bersama, tetapi itulah yang terjadi. Lampu hijau yang diberikan Reivan membuat ayah Varo semakin bersemangat untuk memenangkan kembali hati Viona.

"Hati-hati di jalan, Sayang," ucap Vere dengan mata berkaca-kaca.

Walaupun Viona bukan putri kandungnya, Vere selalu memperlakukannya adil. Sama seperti Sisil, apapun yang ia berikan selalu sama rata. Padahal Viona hanya akan melakukan perjalanan selama beberapa hari saja.

"Iya, Mom pasti. Viona akan sangat merindukan Mommy di sana."

Tiba-tiba Sisil menarik pergelangan tangan Viona dan berbisik, "Mumpung kalian bersama, gunakan waktu yang ada. Paling tidak dua atau tiga hari, aku tahu kamu masih memendam rasa padanya 'kan?"

Seketika wajah Viona merona, sepupunya itu selalu saja usil menggoda. Ah, memang Sisil suka sekali menjahili saudarinya itu, hingga wajah Viona yang putih bersih menjadi seperti kepiting rebus.

"Sisil!" hardik Viona dengan mata melotot.

Pengumuman bahwa pesawat yang ditumpangi Racka dan Viona akan segera berangkat sudah terdengar, mereka berpisah di sana. Sisil terus tersenyum melihat punggung saudaranya bersama sang mantan. Mungkin ia berpikir, akhirnya Viona meraih kebahagiaannya kembali.
-*
Di dalam pesawat Racka terus menatap Viona lekat. Manik matanya terlihat begitu jernih. Pantulan Viona  terlihat sangat kecil di sana. Hari ini lelaki itu tampak berbeda, bahkan ia menghampiri wanita pujaannya secara langsung, undangan via e-mail yang diterima mereka tadi malam membuat acara hari ini luar biasa bagi ayah Varo itu.

Karena dengan adanya undangan tersebut, secara tidak langsung Racka berkencan dengan Viona, hanya berdua selama perjalanan. Bukankah itu momen romantis yang bisa dibilang kencan?Hmm.

"Vi, kamu merasa lapar tidak?" Racka bertanya sembari memiringkan kepala tepat di hadapan Viona yang duduk di sampingnya.

"Sedikit, apa kamu akan memesan makanan? Jika iya. tolong pesankan aku camilan saja," pinta Viona tanpa sungkan.

Racka menggeleng ringan dan mengerucutkan bibirnya. Andai lelaki itu tahu, wajahnya saat itu hampir mirip donald bebek versi tampan. Ayah satu anak itu memang selalu lepas mengekspresikan dirinya di depan Viona.

"Aku 'kan pernah bilang, jaga kesehatanmu. Jangan terlalu banyak memakan camilan!"

Viona mengernyitkan alis. "Memang kapan kamu mengatakannya?"

"Semalam, dalam mimpi," jawab Racka seenak jidat.

Gurauan Racka itu hanya dibalas kerlingan oleh Viona. Hah! Memangnya  lelaki itu cenayang yang bisa menembus mimpi orang. Aneh-aneh saja kelakukan putra Bu Miranda itu. Atau mungkin sikapnya yang humble daya tariknya? Entahlah, hanya Viona yang memahami.

Tanpa menunda lagi, Racka segera menekan tombol pemanggil awak kabin yang terletak tepat di atas kepalanya. Tak lama kemudian, seorang pramugari cantik datang menghampiri mereka dengan senyuman manis. Posturnya yang semampai dengan bagian dada yang berisi memikat siapa saja yang melihatnya.

"Selamat siang, Pak. Apakah Anda membutuhkan sesuatu?" tanya awak kabin itu dengan ramah.

"Benar sekali, saya ingin memesan beberapa makanan," jawab Racka dengan aksen formal yang dibuat-buat.

Pramugari cantik yang bername tag Shellin itu lagi-lagi tersenyum memamerkan gigi gingsulnya. Ia dengan cekatan menyodorkan daftar menu makanan.

"Silakan, makanan apa yang mau Anda pesan."

Ekor mata Viona memperhatikan gesture tubuh Racka yang seolah ingin terlihat keren di depan wanita bertubuh semampai itu. Entah mengapa, ia merasa sedikit terganggu dengan kehadiran pramugari yang notabene memang bertugas untuk melayani mereka. Kerlingan mata awak kabin itu seperti sengaja menggoda Racka, sungguh menyebalkan!

"Saya ingin memesan satu chicken rice dan ... kamu apa, Vi?"

"Roti jala," jawab Viona tanpa menoleh ke arah Racka.

Putra Bu Miranda itu tahu jika wanita pujaannya sedang tidak enak hati. Bukannya menenangkan Viona, ayah Varo itu malah semakin bertindak jahil. Ia dengan sengaja melontarkan kalimat-kalimat rayuan yang membuat kuping Viona memerah.

"Ada lagi, Pak?" tanya sang awak kabin seraya membungkukkan tubuhnya.

"Tidak, itu saja cukup. Namun, jika boleh saya ingin meminta foto selfi dengan Anda sebagai kenang-kenangan," ucap Racka sembari menatap lekat awak kabin itu.

Pramugari yang sedari tadi tampak tertarik dengan Racka itu tersipu, kemudian mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah ayah Varo itu.

"Mohon maaf, ketika dalam penerbangan Anda tidak diperkenankan untuk memainkan ponsel, kecuali jika Anda mau menunggu ketika pesawat landing. Kita bisa melakukannya di luar pesawat."

Mendengar jawaban pramugari yang genit itu, Viona sontak menoleh dan mencengkeram tangan Racka.

"Haha, maafkan kawan saya. Dia baru saja mengalami benturan di kepala, sehingga lupa akan peraturan dalam pesawat. Bisa tolong Anda segera mengantarkan pesanan kami? Saya merasa sangat lapar."

"Oh, baiklah. Akan saya antarkan sebentar lagi," ujar awak kabin itu dengan senyum khasnya, kemudian melenggang santai.

"Terima kasih, Cantik," ucap Racka dengan genit.

Sementara Viona hanya memutar bola matanya malas dan tidak mengucapkan apapun lagi. Merasa puas mengerjai Viona, Racka berlagak tidak tahu apa-apa. Ia malah asik bersiul tidak jelas, menoleh ke arah wanita pujaan saja tidak. Moment seperti ini jarang terjadi, ada secercah harapan untuknya.

Enam jam tiga puluh lima menit berlalu, akhirnya mereka tiba di Bandara Chek Lap Kok. Selama perjalan itu Viona membisu, beberapa kali Racka mencoba untuk menggoda wanita itu. Namun, Viona tetap tidak merespon dan memilih diam seribu bahasa. Agaknya rasa dongkol lebih mendominasi perjalanan mereka.

Sesuai dengan detail undangan, mereka menginap di salah satu resort, yakni Noah's Ark Resort yang terletak sekitar enam belas kilo meter dari Bandara Chek Lap Kok. Sungguh tempat yang begitu strategis.

Manik mata Viona membulat sempurna ketika ia melihat pemandangan di sekitar tempatnya bermalam. Jajaran bangunan yang menjulang tinggi, diimbangi dengan langit yang mulai gelap bertaburan bintang. Apalagi deburan ombak yang berkejaran di sepanjang pantai. Ya, lokasi resort itu memang berada di tepi pantai. Menghadirkan suasana yang penuh romansa.

"Ah, sungguh menenangkan," ucap Viona sembari melipat kedua tangannya.

Racka menghampiri wanita itu dan berbisik. "Kamu menyukainya?"

"Hmm." Viona hanya menjawab dengan deheman dan berlalu pergi, ia mulai memasuki lobby dan menunjukkan undangan eletroniknya.

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya. Tolong tunjukkan undangan elektroniknya," sapa sang penerima tamu yang berdandan bak butler itu.

Viona dan Racka serempak menunjukkan undangan mereka di ponsel. Wajah keduanya tampak bersemu merah, mungkin karena ucapan sang penerima tamu. Apakah mereka terlihat bagai sepasang suami istri?

"Baik, terima kasih. Selamat beristirahat, jangan lupa acara akan di mulai jam delapan malam," tutur sang penerima tamu dengan bahasa Indonesia yang lancar.

Tampaknya penerima tamu itu  adalah bawahan Pak Lee dari Indonesia yang khsus melayani tamu dari negara agraris itu. Sehingga tidak menyulitkan dalam berkomunikasi, karena tidak semua orang fasih berbahasa Tionghoa.

"Ini kunci ruangan Tuan Racka, dan ini milik Nyon— ah, maaf maksud saya, Nona Viona."

Pihak resort memberikan masing-masing kunci kamar mereka dan akhirnya sepasang mantan kekasih itu berpisah di aula. Karena memang letak kamar mereka yang berbeda. Selanjutnya Viona memilih untuk membersihkan diri, begitu pula dengan Racka yang mulai merasa risih.

Viona telah selesai dengan ritual membersihkan diri, ia mengenakan long dress berwarna burgundy yang memikat. Bagian punggung yang sedikit terbuka, mempertontonkan kulitnya yang mulus nan putih. Surai panjangnya sengaja disanggul minimalis dengan menyisakan anakan rambut. Polesan lipstik berwarna merah maroon menambah sempurna penampilannya malam itu. Ia melangkah kembali ke aula, semua mata tertuju pada Viona.

Tiba-tiba seorang lelaki berperawakan tegap dengan wajah indo menghampirinya. "Kamu Viona 'kan?"

"Iya benar. Astaga, kamu Gerald?" Viona bertanya balik sembari mengernyitkan alis.

Manik mata Viona bergerak ke sana ke mari. Mencari sosok Racka, tetapi lelaki itu belum menampakkan batang hidungnya. Apa mungkin dia tertidur? Jika benar, betapa hebatnya lelaki itu tidur di antara alunan musik yang menggelegar.

"Yup, kamu semakin bertambah cantik dengan gaun itu, Vi. Maukah kamu berdansa denganku malam ini?" tanya Gerald sembari mencium punggung tangan Viona.

"Boleh."

Gerald dan Viona naik ke lantai dansa, di sana ada beberapa pasangan yang sudah memulai dansa terlebih dahulu. Wanita itu tampak menikmati setiap hentakkan kaki mereka yang serempak mengiringi alunan musik. Ya, Gerald sudah cukup lama mengenal Viona sejak di Aussie, mereka bahkan pernah berkencan.

"Bagaimana kamu bisa ada di sini, Gerald?" tanya Viona di sela-sela dansa.

Gerald tersenyum, lalu mendekatkan bibirnya di telinga Viona. "Joselyn adalah sahabatku, mempelai wanitanya."

Dari kejauhan Racka yang baru saja bergabung melihat dengan jelas keintiman mereka  pun memanas. Lelaki itu bergegas menghampiri Viona dan Gerald yang masih dalam posisi berbisik-bisik, karena suara musik membuat mereka tidak bisa mendengar dengan jelas.

"Maaf, Tuan. Bisa Anda menjauh dari kekasihku?" Racka menepuk keras bahu Gerald dengan sorot mata yang tajam.

Gerald tersentak dan melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Viona.

"Sorry, aku tidak tahu bahwa Vio sudah memiliki kekasih."

Tanpa basa-basi lagi, Racka langsung menarik tubuh Viona dalam dekapannya dan menggantikan posisi Gerald untuk berdansa. Sesaat tatapan mereka beradu, alunan musik jazz dan aroma lavender memenuhi seluruh ruangan.

"Ingat Viona, kamu milikku. Jangan sekali-kali membiarkan lelaki lain menyentuh tubuhmu!" bisik Racka dengan menekankan kata.

------------

NASKAH BAGIAN DEPAN SUDAH DIUNPUBLISH KARENA TELAH TERIKAT KONTRAK DENGAN PIHAK DREAME ATAU INNOVEL.

SILAHKAN MAMPIR YA KAK, BANYAK NASKAH YANG COMPLETE DAN GRATIS DI SANA 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #romance