00.Prolog
Author POV
"Byurrr"
Seember penuh air membasahi Kepala dan seragam [Name].
"Hahahaha!! Lihatlah!Dirimu yang begitu menyedihkan!" Tawa seorang anak, sepertinya ia merasa puas akan hal yang ia lakukan.
Yap, [Name] Sedang mengalami perundungan atau juga bisa disebut pembullyan di kamar mandi sekolahnya.
Perundung itu menarik sebagian dari rambut [Name] dengan kasar, "Cih.Nilai paling tinggi di sekolah saja sudah berlagak sombong.Dasar tidak tahu diri!!"
Ia menendang perut gadis bersurai [H/C] itu sehingga [Name] terlempar ke lantai.
Gadis Perundung itu berjalan menuju [Name] yang tubuhnya dipenuhi oleh luka.
Gadis itu mendekati daun telinga [Name].
"Manusia tidak berguna seperti mu sebaiknya mati saja." Bisik nya.
Sebuah senyuman miring terlukis di wajah gadis itu, kedua netra [E/C] nya bersinar membelakangi langit merah dengan gradasi Orange.
Ia mengangkat wajahnya.Mulutnya mulai bergerak, mengeluarkan sebuah suara.
"Kau berkata seperti itu layaknya kau tahu saja rasanya jika mati.Apakah kau pernah mengalami nya? Bagaimana rasanya berada di sana?" Tanya [Name] dengan kurva bibir pucat nya yang semakin mengembang.
"Hah--" perkataan sang perundung terhenti.
[Name] dengan cekatan mengeluarkan sebuah bilah kaca dari saku nya.
Ia meluncur bagai kilat, menancapkan bilahan kaca yang ia bawa di tangannya yang dipenuhi oleh luka parah dan dilapisi oleh perban langsung mengarah ke bagian jantung Perundung itu.
"AKHH-" Perundung itu berteriak histeris, menyerap semua rasa sakit akan tancapan ujung kaca yang diperbuat oleh [Name].Darah merah segar mulai mengalir dari dadanya, menodai seragam sekolahnya.
Merasa bahwa hasrat pembalasan dendam nya belum terpenuhi, [Name] menusuk pergelangan tangan Perundung itu, tepat di bagian pembuluh darah Vena nya.Volume teriakan yang dikeluarkan semakin membesar.
Tanpa harus menaruhnya ke dalam buku ini, [Name] menyiksa Perundung itu sampai hasrat akan pembalasan dendam nya terpenuhi dengan segala jenis penyiksaan.
Setelah ia selesai, netra [H/C] nya menatap datar ke arah korban atau bisa dibilang tadinya sang perundung.
Tangannya bergerak mengangkat tubuh orang yang telah ia siksa dan mencampakkan nya ke dalam toilet.
Jauh di dalam lubuk hatinya, sebenarnya [Name] merasa cemas bahwa akan ada orang yang mendengar teriakan korbannya tadi.
Tapi, ia melihat ke arah jendela, tampak langit senja yang terbentang luas.
Tidak ada satupun murid atau guru di sekolah.
Cleaning Service yang terdapat di sekolahnya sedang membersihkan ruangan yang jauh dari toilet tempat lokasi nya sekarang.
[Name] segera membersihkan bekas darah di sekujur wajah, tangan, kaki, dan seragam nya menggunakan air.
Tangannya bergerak mengambil tas yang ia miliki dan segera bergegas keluar dari wilayah sekolah.
Ia berlari, rasa takut mulai menghantui pikirannya.Seiring matahari senja mulai menghilang, bulan perlahan menampakkan dirinya bersama dengan bintang-bintang di angkasa.Tetesan air mulai turun dari langit.
'Ah..aku tidak membawa payung.' batin [Name] menatap tetesan air mulai membasahi jalan yang ia tapaki.
Nyata nya, ia merasa takut untuk pulang kembali ke rumahnya.
Yap, itu memang rumahnya....tetapi, ia merasa tempat itu bukanlah rumah yang tepat untuknya.
Tes tes tes....
Drushhhh
Suara tetesan air yang tadinya tenang berubah menjadi hujan yang deras.
Seragam sekolahnya, jaketnya, tas yang ia bawa, semuanya menjadi basah.
Ia melihat seseorang dari kejauhan, seperti memanggil dirinya.
Samar-samar, ia melihat bahwa orang tua dari perundung tadi dan seorang polisi menunjuk ke arahnya.
Mereka mulai berjalan mengarah tempat dimana [Name] berdiri.
Rasa panik mulai mengambil ahli, tanpa peduli rasa dingin karena seragamnya yang basah, ia mulai berlari dengan kencang.
'Sialan....apakah sekarang aku adalah seorang pembunuh..?' tanya nya dalam hati nya sembari berlari di tengah derasnya hujan.
Hanyut dalam pikirannya, sehingga ia tidak memperhatikan apapun lagi.
Sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya, [Name] melihat ke sekitarnya, 'mengapa semua orang terlihat terkejut?' begitulah pikirnya.
Sebuah cahaya dari kendaraan besar berada tepat di sebelahnya.Kedua netra [H/C] nya membesar, belum sempat bertanya, ia sudah terlempar ke bahu jalan.
BRAKK
Astaga!!
Seseorang panggilkan ambulans!
Kasihan sekali...
Suara-suara yang tidak ia kenali....
Ia tidak peduli akan dunia ini lagi dan semua isinya.
Semuanya hanyalah kebohongan.
Kesenangan sementara, pertemanan yang palsu, ia tidak perlu semua hal busuk itu.
'Inilah akhirku...menjadi pembunuh dan mati tragis.Hah... sial sekali.' batinnya.
Perlahan, matanya mulai tertutup.
Dan semuanya menjadi gelap.
Di tengah kegelapan itu, muncul lah sebuah cahaya.Menampilkan sebuah kenangan masa lalu yang hampir ia lupakan.
Flashback on
Saat itu, tampak seorang gadis bersurai [H/C].Usianya terpaut kurang lebih 8 tahun.
Ia membuka matanya perlahan.Tampak kedua iris [H/C] yang indah.Melihat ke arah sekelilingnya, rasa bingung muncul.
Tadinya ia berada di atas tempat tidurnya, sedang tidur menikmati dunia mimpi.
Mengapa sekarang ia berada di tempat asing ini?
Bahkan seharusnya sekarang adalah musim panas, dimana suhu dan udara sekitar meningkat drastis.
Sebaliknya, di tempat aneh dan asing ini, dedaunan merah dan coklat berguguran.
Tangan kecilnya meraih salah satu dari dedaunan yang jatuh di tanah yang ia tapaki.
'Daun mapple ini... jenis Acer Shacarum?' batin anak itu menyelidiki jenis dedaunan mapple yang ia genggam.
Bisa saja itu adalah daun mapple merah yang beracun, bukan?
Ia memutuskan untuk menjelajahi tempat aneh ini.Kaki kecilnya ia langkahkan, berjalan menuju arah depan.Dalam perjalanan nya, ia mendengar sebuah suara asing.
Sebuah suara pedang yang diayunkan.
Dengan rasa penasaran yang menghantuinya, ia mendekati arah sumber suara itu dengan waspada.
Netra [H/C] nya menangkap sebuah sosok anak lelaki yang sedang berlatih mengayunkan pedang nya.
Ayunan nya masih amatir, tetapi untuk umurnya yang bisa dibilang terpaut muda, itu sudah cukup hebat.
Karena ia tidak bisa melihatnya dengan jelas, [Name] memanjat sebuah pohon mapple yang berada di sampingnya.
Sampainya di dahan nya, [Name] memutuskan untuk melihat sosok anak lelaki tadi.
Tetapi, ia tidak menemukan apapun di tempat tadi.
'Are..? Dimana anak itu?' batinnya.
Karena ceroboh, ia tidak memerhatikan dimana kakinya berpijak.Dengan sekejap ia kehilangan keseimbangan dan akan terjatuh.
"Aa-" suaranya terputus.
'Ah...Terima saja, pasti sakit' batinnya pasrah.
BRAKK
Tetapi, saat ia jatuh, ia tidak merasakan rasa sakit sedikit pun.Ia memegang bawahnya, merasa memegang sebuah kain...
Ia melihat ke bawahnya, ternyata ia menduduki sosok anak yang tadi berlatih pedang itu.
"A- aduh..." Ringis sosok anak itu.
[Name] terkejut, ia segera turun dan membantu anak itu berdiri.
"Maaf maaf maaf maaf..." [Name] meminta maaf sembari membungkuk kan badannya berkali-kali.
Lawan bicaranya merasa heran, ia membuka suara nya.
"Hei...tidak apa-apa, ini bukanlah rasa sakit yang parah..." Ucapnya.
Suaranya yang tenang dan merdu membuat [Name] kecil menganga, seperti rasanya jatuh ke dalam ilusi.
"E- etto... Anu..." Anak lelaki itu menyadarkan [Name] dari lamunan nya.
"H-ha'i?" Kata [Name] agak tersentak.
"Anu...apakah kau berasal dari sekitar sini? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya." Kata anak itu menyelidiki [Name] dari bawah ke atas.
"E- ehh?? Anu-- sono-" [Name] bingung bagaimana caranya menjelaskan yang sebenarnya terjadi ke anak lelaki yang berada di depannya ini sekarang.
"Anu, apakah kau bisa menjaga rahasia?" Tanya [Name] sembari berbisik ke daun telinga anak itu.
Anak kecil memang polos, langsung percaya pada orang asing (o'・_・)っ
"Eh... Ya?" Balas anak itu.
[Name] segera mengambil tangan anak itu dan mengajak nya pergi dari tempat itu, menuju tempat yang lebih sepi.
Sekarang mereka berada di tempat yang tenang, dikelilingi oleh dedaunan dan pepohonan mapple yang rindang.
Setelah [Name] menjelaskan segala unek unek nya, terjadi keheningan di antara mereka berdua.
"Jadi..." Anak lelaki itu membuka suaranya terlebih dahulu, memecah keheningan.
"Kau berasal dari dunia lain? Di duniamu ada sebuah kendaraan yang bisa bergerak dan besar?" Tanya anak itu dan dibalas dengan anggukan oleh [Name].
"Wah, sepertinya duniamu sangat canggih" balas anak itu.
"Tidak juga, banyak yang korupsi dan tidak patuh akan peraturan negaranya, ketika negaranya rusak, pihak yang disalahkan adalah pemerintah.Bahkan orang dewasa bisa bertindak bodoh begitu." Jelas [Name], anak lelaki itu hanya ber sweatdrop.
Kruyukk
Terdengar suara perut yang kelaparan, suara itu datang dari [Name].
Keduanya hanya dapat berdiam diri.
Di sisi [Name], ia menanggung malu.
Di sisi lain, anak itu ingin tertawa, tapi takut akan menyakiti perasaan [Name].
Anak itu merogoh saku nya, mengeluarkan sebuah bungkus makanan, ketika dibuka, [Name] dapat melihat beberapa buah Takoyaki.
[Name] yang merasa lapar pun hanya bisa menahan iler nya agar tidak keluar.
"Apakah kau mau mencoba nya? Ini.. ibu ku yang membuat nya." Kata anak itu.
"Apakah boleh??" Tanya [Name] dengan mata berbinar-binar dan dibalas anggukan oleh anak lelaki itu.
Mereka berdua memakan takoyaki itu dengan lahap.Setelah itu, [Name] tidak lupa untuk berterimakasih atas jamuan singkat yang ditawarkan kepadanya.
"Apakah kau suka takoyaki?" Tanya anak itu penasaran.
"Hum!! Takoyaki adalah makanan kesukaanku.Rasanya lembut di dalam, tetapi jika ditaburkan dengan sausnya di luar rasanya menjadi gurih dan nikmat." Kata [Name] antusias menceritakan nya.
Anak itu hanya tersenyum hangat menanggapi kebacotan [Name].g
"Ah, selain itu." Anak lelaki itu mengangkat suara.
"Apakah..kau mau menjadi temanku? B-bukan apa-apa, kau terlihat...kesepian.." kata anak itu.
Seketika [Name] merasakan angin berhembus dengan sejuk, ada sebuah daun mapple terjatuh di atas pucuk kepalanya.
"Ada daun di atas kepala mu-" anak itu mengulurkan tangannya, mengambil sehelai daun itu.
Usai mengambil daun itu, ia bertanya lagi.
"Jadi...apakah kau mau menjadi temanku?"
[Name] membalas nya dengan anggukan kecil, menandakan bahwa ia menyetujui nya.
Anak itu tersenyum manis, 'ah, rasanya seperti aku melihat malaikat' batin [Name].
Anak itu mengulurkan tangannya, menyambut rasa penasaran dari [Name].
"Ayo berjabat tangan, tanda bahwa kita berteman dan tidak akan menyakiti perasaan satu sama lain." Kata anak itu.
[Name] mengulurkan tangannya juga.
"Ayo berjanji, bahwa kita akan selalu saling menjaga, dimanapun dan kapanpun itu.Saat kau datang, mari kita makan takoyaki bersama." Kata anak itu.
"Hum! Janji, ya!" Kata [Name].
"Iya, aku berjanji." Kata anak itu.
Ketika senja ingin menghilang, berganti dengan bulan yang akan menghiasi malam, perlahan tubuh [Name] berubah menjadi butiran-butiran cahaya.
"T-tubuhmu?!" Anak itu terkejut.
[Name] yang reflek melihat keadaan tubuhnya pun menjadi tersentak dan tidak bisa berkata-kata.
Anak itu meraih tangan [Name], tidak bisa merelakan teman barunya untuk pergi.
"Jangan pergi!! Kita sudah berjanji akan saling menjaga, bukan?" Anak itu berseru.
[Name] mengambil pita hiasan pada rambutnya, memberikannya pada anak itu.
"Ambil lah, entah mengapa aku yakin kita akan bertemu lagi suatu hari nanti." Kata [Name].
Anak itu dengan cekatan memeluk [Name], gadis itu dapat merasakan pelukan hangat nya, pelukan pertama yang ia dapat dari anak lelaki misterius.
Seiring dengan hilangnya senja, tubuh [Name] menghilang total.Hanya pita hiasan rambut nya yang tersisa pada anak lelaki itu.
Anak itu memeluk pita itu dengan erat, seakan tidak rela membiarkan nya menghilang.
Flashback Off
'anak itu... entah bagaimana kabarnya sekarang.. aku harap ia baik-baik saja, dan...... maaf jika aku tidak dapat memenuhi janji ku.' batin [Name].
Dan semuanya menjadi gelap.
TBC
Mwehhehhe ada yg bisa tebak itu siapa?
1752 kata
Senin, 21 Juni, 2021
Genshin impact by : Mihoyo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top