Chapter 03
Komaeda berlahan membuka matanya. Ia melihat langit-langit asing yang gelap. Ruangan tempatnya berada hanya di terangi oleh cahaya lampu kapsul yang di tidurinya.
Tak memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya, ia memilih untuk mencari tahu. Pemuda itu membuka pintu kapsul lalu duduk, mengeluarkan setengah badannya. Tidak hanya dia seorang yang berada di ruangan tersebut. Saat memperhatikan sekitar, ia menemukan teman-teman sekelasnya yang juga baru bangkit dari dalam kapsul.
Mereka semua saling bertukar pandang. Tak ada seorang pun yang tahu akan situasi dimana mereka berada saat ini. Dari 15 buah mesin kapsul, hanya ada satu yang belum terbuka. Orang pertama yang mendekati kapsul tersebut adalah Kazuryu. Pemuda berpakaian jas hitam itu mengintip dari kaca pelindung, wajahnya menunjukan keheranan.
"Siapa....dia?" tanyanya lalu menoleh ke arah teman-temannya yang lain. Ia tak ingat kalau ada seseorang seperti itu berada dalam satu kelas dengannya. Lelaki yang sedang tertidur pulas itu berseragam familiar, seragam yang dulunya dikenakan oleh adik perempuannya. Seragam dari kelas cadangan. Rambutnya hitam dan panjang. Namun wajahnya terlihat familiar.
Sonia yang berada paling dekat dari Kazuryu ikut mengintip ke dalam kapsul tersebut. Sepasang matanya membelalak kaget. "Eh! Hinata-kun....bukannya dia Hinata!?" serunya sambil menunjuk.
Mendengar nama itu Komaeda meloncat keluar dari dalam kapsulnya dan langsung berlari menghampiri tempat mereka berdua. "Dia...." Seperti yang baru saja di teriakan Sonia. Orang di dalam kapsul itu adalah aku-----bukan. Ia adalah Kamukura Izuru.
Sebelum Komaeda berhasil mengatakan apapun. Suara langkah kaki menggema di ruangan tersebut. Tiga orang berseragam serba hitam berdiri di hadapan mereka. Komaeda dan yang lainnya dikejutkan oleh kedatangan mereka bertiga. Tak ada satupun diantara teman-teman sekelasnya yang tak mengenal tiga orang tersebut.
Salah satu dari tiga orang tersebut, seorang pemuda bersurai coklat berdiri di antara kedua temannya. Naegi Makoto, saat ini dialah orang yang dijuluki sebagai pahlawan. Seseorang yang talentanya di beri nama sebagai Ultimate Hope.
Lalu di sebelah kanannya berdiri seorang gadis bersurai unggu lavender. Komaeda dan gadis itu tak sengaja bertemu tatap. Bola mata sewarna batu safir itu menatap Komaeda datar, setelah itu ia mengalihkan pandangannya kembali ke arah Naegi yang hendak berbicara.
Naegi menjelaskan apa saja yang terjadi pada mereka semua. Tentang game virtual sampai dengan kondisi pemuda yang masih tertidur pulas di dalam kapsulnya. Tak ada yang bertanya mengenai Nanami. Jauh sebelum mereka terjebak di dalam dunia game, gadis itu telah tiada. Terbunuh oleh kesadisan Enoshima Junko.
"Saat ini Hinata-san sedang memperjuangkan identitasnya," lanjut Naegi sambil menyentuh permukan kaca tutup pelindung kapsul. "Sebagai ganti talenta yang luar biasa ia mengorbankan identitasnya sendiri. Namun setelah semua hal yang terjadi pada dirinya dan kalian semua, ia telah berubah pikiran."
Talenta bukanlah segalanya. Menjadi orang biasa bukanlah hal yang memalukan. Pada ronde pertama permainan aku mengetahui bahwa aku--- Hinata Hajime di dalam game hanyalah salah satu personalisasi yang diciptakan dengan meniru Hinata Hajime yang sebenarnya.
Siapa Hinata Hajime yang sebenarnya?
Dia adalah Hinata yang menginginkan Izuru. Hinata yang sangat mencintai dan mengagumi harapan dan talenta. Orang kedua yang mungkin dikatakan Komaeda mirip dengannya.
Hinata Hajime yang itu sudah tak terselamatkan. Hanya diriku seorang yang masih mampu untuk memperjuangkan identitasku.
Dan itu semua berkat dorongan dari semuanya. Khususnya Nanami dan Usami, mereka berdua menyadarkanku bahwa talenta bukanlah segalanya. Karena harapan bisa di jangkau oleh semua orang, termasuk orang biasa seperti diriku ini.
Menyadari hal itu. Sebagai teman aku membenci saat Komaeda mengatakan sesuatu mengenai dirinya yang mau menjadi batu loncatan untuk harapan orang lain.
Beruntungnya aku. Sesaat sebelum kesadaranku terlepas dari dalam game, aku mengetahui bahwa Komaeda sedikit mengubah cara pandangnya terhadap ideologi idealnya. Setidaknya setelah ini ia pasti akan memperlakukan dirinya lebih baik daripada sebelumnya.
OXO
Setiap hari Komaeda datang menjengukku. Entah bagaimana, tapi sepertinya ia punya banyak waktu luang. Dari wajahnya terlihat ia punya banyak yang ingin di ceritakan.
Saat ini kesadaranku terapung di dalam tumpukan memori. Walau aku telah berjanji untuk menemui Komaeda untuk kedua kalinya. Namun saat ini aku masih belum menemukan Izuru. Kemana gerangan dirinya? Aku ingin bernegosiasi dengannya.
Tubuh ini tidak bisa menjadi milikku seutuhnya. Namun setidaknya aku ingin Izuru sudi untuk berbagi denganku. Seperti orang pada umumnya, aku tidak mau mati dan menghilang begitu saja dari muka bumi ini.
"Komaeda.....oh di sini kau rupanya," tak lama kemudian Kazuryu mendatangi pemuda yang masih sibuk memperhatikan diriku di dalam kapsul. "Kau pasti mencemaskannya kan? Tentu saja karena kita semua juga sama sepertimu," ujar pemuda bertubuh kecil dan pendek itu. Perawakannya memang tak sesuai dengan talenta Yakuza miliknya, namun kepribadiannya sangatlah menonjol.
"Apalagi si Naegi bilang hanya tinggal dia seorang yang mengingat keseluruhan kronologi cerita selama kita terjebak di pulau itu."
Komaeda mengangguk. "Banyak hal yang ingin kuketahui," sambil tersenyum ia mengelus sayang pada permukaan dingin tutup kapsul.
"Namun saat ini aku hanya ingin dia membuka matanya."
Dari caranya berbicara, ia terdengar seperti ia ingin mengatakan. Siapapun yang bangkit dari dalam kapsul sudah menjadi perkara belakangan untuknya. Sekalipun itu Izuru yang terbangunkan.
Sementara mereka berdua berbicara di luar sana. Kesadaranku mulai tenggelam lebih dalam. Aku sudah tak bisa mendengar suara mereka. Pandanganku menggelap dan kesadaranku mulai menipis. Aku takut, sangat takut apabila dunia memori ini menghisapku dan melenyapkan keberadaanku.
Tiba-tiba aku tersilaukan oleh sebuah cahaya terang. Entah sejak kapan aku menginjak lantai ruang sidang yang terlihat sangat familiar. Di atas kursi tahta lelaki itu duduk. Matanya yang semerah darah tak henti menatapku.
Akhirnya aku menemukannya atau mungkin dialah yang menemukanku.
Nanami menungggu ku di sana. Gadis yang kegemarannya bermain game itu menungguku dengan senyuman. Tangannya terulur, menarik tanganku. Aku berdiri di sebelah gadis itu, bersamanya kami menghadap pada Kamukura Izuru yang masih diam saja di kursinya.
"Apa kau menyukainya?"
Suara Izuru mengagetkanku. Tiba-tiba saja ia mulai berbicara. Kiranya aku yang harus memulai pembicaraan.
"Menyukai kehidupanmu sebagai Hinata Hajime. Pemuda normal yang tak punya talenta ataupun harapan. Oh tapi sepertinya kau sudah mendapatkan harapan itu...."
Hinata yang sebelumnya----Hinata yang sekarang merupakan Kamukura Izuru adalah seseorang yang bertolak belakang denganku. Dia membenci dirinya sendiri, membenci dirinya yang tak mampu melakukan sesuatu yang spesial seperti anak-anak Ultimate lainnya.
"Ku ucapkan terima kasih padamu," balasku dengan dua tangan yang mengepal erat. "Berkat dirimu. Aku menyadari ada yang lebih penting daripada talenta ataupun harapan....."
Sesuatu yang lebih berharga daripada talenta ataupun harapan. Seharusnya Izuru juga menyadari maksud dari perkataanku. Kalau tidak, mana mungkin aku melihat sosok Nanami di sebelahku.
Izuru mengangguk pelan. "Jadi kau masih ingin hidup rupanya," perkataannya terdengar mengerikan di telingaku. Di alam bawah sadar ku, dia bagaikan Tuhan yang agung. Apapun bisa terjadi asalkan dia berkehendak.
Nanami menyadari tubuhku yang mengigil ketakutan. Gadis itu mengelus punggung ku, sentuhannya terasa lembut dan hangat. Membuatku ingin meneteskan air mata.
"Aku.....AKU MASIH INGIN HIDUP!" teriakan ku menggema di ruangan. Menahan tangisanku, aku mengumpulkan seluruh keberanian untuk melanjutkan kalimatku.
"Aku yakin kau masih ingin melihat banyak hal yang bisa ku lakukan," mengadahkan kepalaku aku bertatapan langsung dengan Izuru yang diam-diam tersenyum dari balik bayangan.
"Aku yakin aku tak akan mengecewakanmu. Jadi kumohon...." tanganku terulur, berusaha mengapai Izuru di kursi tahta. "Kumohon pinjamkan aku kekuatanmu!" seruku untuk terakhir kalinya. Aku hanya bisa berdoa agar Izuru bersedia melakukan apa yang kuinginkan.
OXO
Nanami memberitahuku bahwa dirinya bisa menjadi NPC di dalam game berkat ingatan teman-teman sekelasnya, sekaligus ingatan dariku. Keberadaannya ada karena kami semua masih mengingat sosoknya di saat ia masih hidup sebagai manusia.
Aku terlahir sesaat setelah memasuki dunia game. Aku tak yakin apabila diriku lah yang ikut menyumbangkan ingatan ke AI Nanami. Pastinya ada orang lain yang melakukannya dan orang itu kemungkinan besar adalah Kamukura Izuru, dimana Hinata Hajime yang sebenarnya bersembunyi.
Selama ada diriku. Hinata Hajime yang itu tidak lah mati sepenuhnya.
".....nata-kun!"
"Hi....kun!"
"Hinata...."
"Hinata-kun!"
Seluruh tubuhku seperti tersengat aliran listrik. Kelima inderaku memaksaku untuk membuka mata. Otakku tak mampu memproses dengan cepat. Mengabaikan suara-suara di sekelilingku, aku memperhatikan tempatku berbaring. "Ukh...." kepalaku merasakan sakit yang luar biasa. "Kapsul? Iya...aku berada di dalam kapsul pendingin," bisikku lemah.
"K-kau baik-baik saja Hinata-kun!?" Komaeda tergesa-gesa membuka penutup kapsul. Tanpa sempat diriku berkutik, pemuda itu sudah mengendongku keluar dari dalam mesin.
Setelah sekian lama terkurung di dalam mesin pendingin itu akhirnya aku bisa merasakan kehangatan tubuh orang lain. Sementara Komaeda berteriak meminta pertolongan ke yang lainnya, aku merangkul leher pemuda tersebut.
Mendengarkan teriakan Komaeda. Tak butuh waktu lama semua teman-temannya berbondong-bondong memasuki ruangan. Tsumiki langsung meminta Komaeda untuk membawaku ke ruang kesehatan, sementara yang lainnya harus menunggu untukku kembali siuman.
"Tidak ada yang salah dengan kondisi fisiknya. Namun butuh waktu untuk memulihkan kesadarannya," jelas Tsumiki kepada teman-temannya. "Namun melihat dirinya yang sudah sempat siuman. Kurasa dia akan baik-baik saja," tambahnya untuk menenangkan yang lainnya. Khususnya Komaeda.
Setelah keluar dari dalam kapsul aku tertidur selama seminggu penuh. Dan selama itulah aku membuat teman-temanku khawatir. Begitu siuman aku akan meminta maaf pada mereka semua.
OXO
Aku tidur terlalu lama. Saat aku terbangun, aku menemukan diriku sedang berada di atas ranjang putih. Duduk sendirian di ruang kesehatan.
Tanganku menyentuh ujung rambutku yang panjang. Benar juga. Mulanya tubuh ini punya Izuru.
"Setelah ini aku harus potong rambut," gumamku lalu turun dari atas ranjang. Di pojok ruangan ada wastafel. Merasa sedikit penasaran, aku melihat wajahku di cermin.
"Hmm....kurasa aku berhasil meyakinkannya," komenku saat mendapati sepasang mataku yang kini berbeda warna. Manik berwarna hijau melambangkan kehadiran Hinata Hajime, sedangkan yang berwarna merah melambangkan kehadiran Kamukura Izuru.
Sekarang aku bisa memakai kekuatan Izuru. Daripada hidup sebagai manusia normal. Sebaliknya, aku malah terlahir kembali sebagai seorang manusia super. Walau membiarkanku hidup, namun Izuru tak seluruhnya mengikuti permintaanku.
Tanpa pikir panjang aku berdalih menuju ke lemari penyimpanan. Kuambil sebuah gunting. Tanpa berpikir untuk kedua kalinya, aku langsung memotong rambutku.
Berdiri di depan kaca aku memotongnya sampai sependek rambutku yang sebelumnya.
"Hinata-kun!"
Sesaat setelah aku selesai merapikan potongan rambutku, suara perempuan memanggil namaku. Suaranya diikuti dengan suara laki-laki dan suara bantingan pintu yang buru-buru di buka.
"Maaf membuat kalian semua mencemaskanku," ucapku seraya tersenyum lembut. "Eh?" Belum sempat aku bereaksi lebih. Aku sudah berada dalam pelukan Komaeda.
"Waaa HInata-kuuun!" Tak lama kemudian Tsumiki ikut menubrukku. Tak sanggup menahan beban dua orang, badanku terjungkal ke belakang. Alhasil kita bertiga jatuh menubruk lantai dan suaranya cukup nyaring dan menarik perhatian seisi kapal.
OXO
Aku berhutang banyak penjelasan pada teman-temanku. Tentang bagaimana bisa mereka semua tertangkap oleh Future Foundation, tentang kenyataan bahwa Naegi dan yang lainnya bekerja sama untuk menyembunyikan kita semua dan memaksa kita bermain simulasi permainan konyol.
Diikuti dengan penjelasanku pada game ronde pertama. Aku menjelaskannya secara rinci dan detail. Siapa korban pertama, siapa pelaku pertama, dan betapa putus asanya mereka pada saat itu. Tak lupa aku menyinggung kelakuan Komaeda yang membuat onar selama sidang kelas maupun saat investigasi.
"Kalian pasti ingat kalau aku bukan teman sekelas kalian," aku masih memasang senyuman yang di paksakan. "Pada pertengahan ronde pertama Komaeda membongkar identitasku dan kalian semua. Ah khususnya Kazuichi. Kau sangat mencurigaiku," mengingat masa lalu aku tak bisa menahan tawaku.
"Aku hanya lah murid dari kelas cadangan," ujarku yang kali ini menoleh ke arah Komaeda. Dari penjelasanku seharusnya ia menyadari jawaban dari apa yang kukatakan sebelumnya. Komaeda Nagito yang mengagumiku sudah lama tiada.
"Dan aku lah yang patut kalian salahkan akan segala insiden yang terjadi di ronde pertama. Kamukura Izuru---- diriku yang lain lah yang membajak program game virtual itu. Seperti yang dikatakan Enoshima Junko. Aku lah yang menyebarkan virus Monokuma."
Setelah aku menyelesaikan penjelasanku. Aku berencana untuk meninggalkan kapal ini. Walaupun kita semua sudah tidak dalam kendali Enoshima Junko. Kita adalah buronan dunia. Future Foundation lebih mengincar diriku. Keberadaanku hanya akan menjadi pengganggu di sini.
"Ada apa Komaeda?" tanyaku pada pemuda bersurai perak yang mencengram erat pergelangan tanganku. Menghalangiku untuk membuka pintu.
"Bukannya seharusnya kau bertanggung jawab atas kelakuanmu dan eh--- Izuru itu?" Ini pertama kalinya Komaeda menatapku dengan mata setajam itu. Kurasa sekarang ia marah padaku, dan pantas mendapatkannya.
"Tanpa kau memintanya pun aku tetap akan bertanggung jawab," ku berusaha menarik tanganku. Tapi Komaeda bersi keras menahan pergerakanku. "K-kau! Jangan bilang kau mau mengurung ku di sini?" tanyaku tak percaya. Aku harus cepat enyah dari kapal ini. Keberadaanku turut menyusahkan Naegi dan kawan-kawannya.
"Oi Hinata kau bertingkah seperti ingin kabur dari kapal ini," Kazuryu mendekat. Tatapannya tak kalah tajam dari tatapan Komaeda.
"Mengingat kepribadianmu. Hinata-kun.... kau pasti memikirkan hal yang tidak-tidak kan?" tambah Tsumiki terlihat sedih.
"Onii aku tak akan pernah memaafkanmu kalau kau sungguhan kabur dari sini!!" teriak Saionji seraya berlari mendekatiku. Gadis kecil itu ikut menahan tanganku yang satunya.
"A-apaan ini....kalian sadar apa yang kalian lakukan?" tanyaku masih tak mempercayai kelakuan orang-orang yang kuanggap teman.
"Membiarkanku menetap di kapal ini sama saja dengan bunuh diri," ujarku berusaha meyakinkan. Aku tidak berusaha untuk mengkhianati mereka, sebaliknya aku hanya ingin melindungi mereka semua.
"Hinata-kun...... bukan seperti itu caranya bertanggung jawab," tanpa sepengetahuanku Koizumi berdiri di belakangku.
"Saat ini turuti saja kemauan Komaeda dan yang lainnya. Aku yakin kau tidak akan menyesalinya," bisiknya tepat di sebelah telingaku.
".....eh tapi Koizumi-san?" Binggung bagaimana mengutarakan rasa keberatanku. Aku hanya bisa menyerah. Karena sebagian dari diriku menyetujui perkataan Koizumi.
Mulai hari ini aku akan menghabiskan waktu berlayar dengan teman-temanku. Menghabiskan hidup diatas kapal yang mengapung di tengah lautan dunia yang telah di telan oleh kekacauan.
Membayangkannya saja sudah membuatku tidak sabaran.
To be Continue
A/n:
Binggung? Saya pun di buat binggung. Karena Saya tipe yang suka mengambar dengan coretan sketsa yang acak-acakan, mungkin jadi berpengaruh ke alur cerita yang random? Oke itu gak ada hubungannya sepertinya.
Hmm....meskipun saya berusaha sebaik mungkin agar para karakter di sini tetap pada karakternya. Saya masih belum yakin.....antara Hinata atau Komaeda kelihatannya jadi OOC atau mungkin karakter lainnya.
Nah abaikan rancauan saya yang gak jelas. Saya ucapkan terima kasih bagi yang masih membaca sampai pada chapter ini~
Happy Reading!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top