13. Setelahnya

"Aku Genta, salam kenal ya."

"Aku Angkasa, salam kenal juga Genta."

*
"Jadi gimana?" tanya Genta mengulum senyumnya.

"Yes, i will," jawab Angkasa menangis haru. Genta tertawa melepas perasaan gugupnya, akhirnya Angkasa menerima lamarannya.

*
"Selamat untuk mempelai pengantin kita! Genta dan Angkasa, semoga langgeng sampai maut menjeput ya say!" pembawa acara pernikahan dengan heboh memberikan selamat kepada Genta dan Angkasa.

Angkasa tertawa bahagia, dan Genta mengacungkan jempolnya tinggi dengan senyum terlebar selama hidupnya.

Sampai malam tiba, mereka masih asyik berpesta merayakan pernikahan Genta dan Angkasa.

*
"Genta! Kamu bakal jadi ayah!"

"Yang bener kamu?" Genta dengan gamang menerima tiga testpack yang diberikan Angkasa, semuanya menandakan bahwa Angkasa positif hamil.

"Kita jadi orang tua ... kita bakalan jadi orang tua Angkasa! Terima kasih banyak ya...." Genta memeluk erat istrinya, dalam hatinya mengucap banyak syukur atas semua karunia yang Tuhan berikan.

*
"Angkasa maafin aku ya, mungkin bulan ini uang dapur bakalan berkurang banyak," ujar Genta sedih. Laki-laki itu baru saja dipecat karena perusahaan tempat ia bekerja bangkrut.

"Hey, it's okay. Kita janji 'kan cari solusinya bersama?"

"Aku minta maaf, padahal kamu lagi hamil begini." Angkasa memeluk Genta, menenangkan suaminya.

Malam itu Angkasa dan Genta habiskan dengan menangis bersama.

*
"Selamat Pak, anak bapak berjenis kelamin laki-laki, lahir dalam keadaan sehat dan lengkap."

"Angkasa, anak kita laki-laki," ucap Genta haru dan mencium kening istrinya.

*
"Bundaa, tadi waktu pulang di bus sekolah, abang bisikin aku kalau aku ini anak pungut, itu ga bener 'kan Bunda, Ayah aku bukan anak pungut 'kan?!"

Angkasa sedang memasak makan malam langsung tertawa terbahak mendengar Ashilla, putri bungsunya mengomel. Genta juga cekikikan. Sedangkan Gema, putra sulung mereka pura-pura serius makan, padahal dalam hatinya tertawa puas.

Lantas sebuah ide jahil terlintas di benak Genta.

"Adek, maafin Ayah dan bunda ya sayang, sebenernya kamu memang bukan anak kandung kami, kamu ditemukan bunda di teras rumah Nak...."

"AYAH PASTI BOHONG, BUNDAAAAAAA!!!"

*
"Abang lolos ke Toronto Bun! Ayah! Abang bakal jadi mahasiswa University of Toronto!"

"Abang keren banget! Selamat Abang!" Ashilla memeluk abangnya, Genta dan Angkasa ikut memeluk kedua anak mereka.

*
"AYAH BUNDA! Ashilla keterima di Edinburgh!"

"Shilla ambil ga ya? Nanti kalau Shilla ambil yang jagain Ayah Bunda di sini siapa?"

"Anak cantiknya Ayah, diambil ya Nak. Kamu jangan khawatirkan kami."

"Bun...."

"Ambil nak, Bunda tahu ini keinginan Shilla dari dulu 'kan? Shilla belajar bekerja keras demi masuk ke sini masa udah ada kesempatannya dibuang?"

"Maafin Shilla ya Bunda, Ayah. Shilla harus pergi jauh."

"Nak, bahagia kamu adalah bahagianya kami, terima kasih ya Nak."

*
"Mohon maaf Bu, kanker otak Bu Angkasa sudah naik ke stadium empat, kesempatan untuk sembuh semakin kecil. Tetapi kami akan mengusahakan yang terbaik."

Genta mengeratkan genggaman tangannya dan Angkasa, seolah menyalurkan segala energi yang tersisa.

Pulangnya, Genta meminta Gema dan Ashilla pulang ke Indonesia.

*
"Terima kasih Genta, aku bahagia karena aku menghabiskan hidupku bersama kamu. Maafkan aku ya? Sebagai istri dan ibu, aku banyak kurangnya."

Genta mengigit bibirnya keras untuk menahan tangisnya. Angkasa mengelus wajah suaminya. Lalu wajah kedua anaknya.

"Maafin Bunda ya sayang? Bunda bahagia sekali karena kalian. Bunda selalu bangga punya kalian."

Malam itu, Angkasa menghembuskan napas terakhirnya di atas kasurnya. Kasur di kamar Genta dan Angkasa.

*
"Turut berduka cita Pak Genta, semoga mendiang istri Bapak diampuni segala dosanya dan diterima segala ibadahnya, yang tabah Pak."

"BUNDA BELUM LIAT ABANG WISUDA BUN!"

"Ayah padahal Bunda janji jalan-jalan bareng sama Adek ke Edinburgh, kok malah pergi sih?! Adek belum siap ditinggal Bunda!"

*
Genta tersenyum menatap batu nisan yang bertuliskan nama istrinya, kemudian membersihkan rumput-rumput yang tumbuh tidak karuan. Memanjatkan doa untuk sang istri, mendoakan Angkasa untuk selalu tidur dengan tenang.

"Selamat siang Angkasaku, kamu cantik sekali seperti biasanya."

Dua jam Genta berada di makam Angkasa, tidak bosan-bosannya dia bercerita walau tahu bahwa tidak ada yang akan menjawab. Tapi Genta percaya di atas sana Angkasa pasti merespon segala ceritanya. Angkasanya selalu mengawasi dirinya di atas sana.

Genta pulang, rumah hening setelah kepergian Angkasa. Tidak ada nyanyian Angkasa bila perempuan itu memasak. Tidak ada tawa renyah dari Angkasa ketika Genta melontarkan lelucon.

Sebulan setelah kepergian Angkasa, meja makan benar-benar kosong, Genta tidak nafsu makan. Hanya makan ketika dirinya lemas karena berhati-hari tidak mendapat energi dari asupan makanan.

Gema dan Ashilla sempat tidak mau balik ke negara tempat mereka menimba ilmu, tapi Genta menasehati mereka.

Setiap malam sebelum tidur Genta selalu meraba kasur di sebelahnya, tempat di mana Angkasa tidur di sampingnya.

Dingin, setelah kepergian Angkasa kasur itu dingin.

Setiap malamnya Genta selalu menyemprotkan parfume yang Angkasa selalu gunakan, sehingga kasur itu tetap wangi bunga khas Angkasa.

Biasanya Angkasa selalu memeluk Genta sebelum laki-laki itu pergi bekerja. Namun setelahnya Angkasa pergi, baju perempuan itu selalu tergantung di depan lemari pakaian. Genta akan memeluk baju itu sebelum pergi kerja, seperti obat pelepas rindunya.

Hingga ketika Genta menua dengan semua rambutnya yang memutih, tidak ada seorang pun yang mengisi sisi kasur yang dahulu ditiduri Angkasa.

Genta masih meraba sisi kasur Angkasa, masih terasa dingin dan harum karena Genta menyemprotkan parfum Angkasa rutin.

Genta masih memeluk baju Angkasa, menatap wajah di foto Angkasa yang terpajang di dinding kamar.

Pada malam itu, Genta menghembuskan napas terakhirnya yang disaksikan Gema dan Ashilla, memeluk baju Angkasa dan tangannya berada di sisi kasur Angkasa.

Genta siap bertemu Angkasa, di dunia barunya.

------------

Bagian ini terinspirasi dari mendiang Kakek dan Nenek saya (cielah) dan untuk memenuhi challenge dari zenetijenulala

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top