Memeluk Trauma
🎻🎻🎻
Sudah hampir satu tahun lebih Lizyna tinggal di panti asuhan Sekar Wijaya. Gadis umur 16 tahun yang sebentar lagi menginjak kelas satu SMA itu lebih akrab dipanggil Lizy oleh teman-temannya, seorang pemain biola kenamaan yang selalu sukses menyihir para penontonnya.
Masih ingat saat Lizy menampilkan Turkish March dengan biolanya diajang perlombaan musik dua tahun lalu. Ia berhasil menyabet juara pertama dan membawa pulang medali emas sekaligus piala sebagai bentuk kemenangannya. Hampir seluruh media dipenuhi berita tentang Lizy, tak sedikit yang memuji kepiawaiannya bermain biola untuk ukuran anak yang masih di bawah umur. Namun, semua itu hanyalah masa lalu bagi Lizy dan mungkin tak akan pernah terulang kembali.
Denting sendok yang mengenai piring perlahan membuat Lizy tersadar dari
lamunannya. Bahkan Mira yang duduk di sampingnya merasa bak patung karena tak dihiraukan sama sekali. Lihatlah sekarang, bibirnya sudah monyong-monyong lucu lantaran tak ada tanggapan dari Lizy setelah panjang lebar dirinya mengajak bicara. Gadis berambut sebahu itu menghela napasnya, mencoba sabar. Agaknya tak perlu terkejut lagi jika Lizy bersikap seperti itu terhadapnya.
“Lizy, bagaimana? Kamu mau?” tanya Mira sekali lagi. Lizy diam, bibirnya terkunci rapat tanpa mengiyakan.
“Aku akan dukung kamu, Lizy. Kamu bisa jadi seperti dulu lagi,” ucap Mira
lemah lembut.
Lizy tetap diam, ia tak membuka mulutnya. Hingga tanpa pamit, gadis itu menggerakkan kursi rodanya, membawanya pergi meninggalkan Mira yang menatapnya nanar.
“Sabar Kak Mira ….” ujar Nina yang duduk di sebelahnya. Mira mencoba mengangkat kedua sudut bibirnya. Sementara dari kejauhan, Bu Yuli memperhatikan setiap gerak-gerik mereka.
Lizy bergegas menuju ke kamar dengan kursi rodanya, ia pun langsung menutup pintu dengan hati dongkol karena ucapan Mira tadi. Bohong jika ia tak mendengar jelas semua ucapan Mira kepadanya. Jika menyangkut semua tentang ‘Biola’ Lizyna memang menjadi sensitif. Gerak pupilnya tertarik menatap biola di pojokan kamar. Biola usang yang sudah tak pernah tersentuh tangan sama sekali. Biola miliknya yang menemaninya menjemput kemenangan di perlombaan musik yang pernah ia ikuti. Lizy menghela napasnya, sebelum akhirnya bergerak menuju ke dekat jendela kamar dan menatap pemandangan luar Panti Asuhan Sekar Wijaya dari sana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top