Prolog

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

🕊🕊🕊

Allah itu memang luar biasa, dengan mudahnya bisa membolak-balikan hati seorang hamba. Seperti, Marwah yang beberapa bulan ke belakang ini gemar mengikuti kajian rutin yang ada di masjid dekat komplek rumahnya. Berawal dari mamanya yang memaksa untuk ikut, yang awalnya Marwah kira itu membosankan menjadi rasa ingin tahu yang mendalam. Apalagi, setiap materi yang disampaikan selalu menjadi tamparan keras untuknya.

Memang tidak mudah yang namanya bermuhasabah diri. Tetapi, jika hidayah bisa dijemput, mengapa harus menunggu? Sedangkan kematian datang tanpa ada yang tahu.

Ada satu kisah menginspirasi dari sahabat Nabi, yaitu kisah Salman Al-Farisi yang harus melewati lika-liku yang cukup panjang dulu untuk menjemput hidayah-Nya? Padahal, ia dikenal sebagai pengikut yang taat pada ajaran agama sebelumnya.

Lantas, bagaimana bisa Marwah tidak bersyukur? Sudah diberi nikmat menjadi muslim sejak lahir tanpa harus melalui lika-liku dulu? Hanya tinggal taat, menjalankan kewajiban, dan sunah-Nya. Apa sulitnya? Jelas sangat sulit apalagi untuk istiqomah. Tetapi, Marwah harus memulainya sesulit apapun itu. Lagipula, Marwah hidup untuk itu kan dan ia pun membutuhkan Allah.

"Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." (QS. Fathir : 15)

Namun, ada hal lain yang menghambat tekat kuat Marwah untuk bermuhasabah diri. Hubungannya dengan Agha, hubungan yang memang sudah terjalin cukup lama. Hal itu yang membuat Marwah terkadang ragu, tetapi, bukankah itu muslihat setan? Andai hidayah datang lebih awal, demi Allah, Marwah tidak akan pernah menjalin hubungan itu.

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Israa’ : 32)

"Kita putus!" ucap Marwah penuh keyakinan, bahwa apa yang ia ucapkan barusan memang keputusan yang tepat.

"Kamu bercandakan?" tanya Agha memastikan.

"Nggak! Aku serius! Ini semua salah, Agha."

"Salah apa? Bukannya kita saling mencintai?"

Marwah terdiam sejenak.

"Buktinya kamu nggak bisa jawab. Aku nggak mau putus! Aku cinta banget sama kamu."

"Agha, tidak ada hubungan antara dua orang yang saling mencintai selain pernikahan. Agama kita melarang hubungan kita ini."

"InsyaAllah, kalau memang kita berjodoh pasti dipertemukan kembali. Kalau gitu, aku permisi," lanjut Marwah lalu meninggalkan Agha begitu saja.

Marwah percaya Allah itu pembuat skenario terbaik, mungkin Agha sebagian skenario untuk pelengkap hidupnya walaupun meninggalkan Agha seperti memeluk luka. Marwah juga percaya bahwa janji Allah itu nyata, jika memang Agha jodohnya pasti akan dipertemukan kembali bagaimanapun caranya.

Seperti kisah cinta Putri Zulaikha dan Nabi Yusuf. Ketika Putri Zulaikha mengejar cinta Nabi Yusuf, Allah jauhkan Nabi Yusuf untuknya, namun saat Putri Zulaikha mengejar cinta Allah, Allah datangkan Nabi Yusuf untuknya.

🕊🕊🕊

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, alhamdulillah, aku bisa menulis kembali. Senangnya, MasyaAllah.

Jazakumullah khairan, sudah bersedia mampir. Semoga bisa menghibur dan bermanfaat ya.

Sangat-sangat menerima kritik, tetapi, jangan lupa berikan saran terbaik.

Jalin silaturahmi @poppytaayunrs

~Jadikan Al-Qur'an bacaan utama~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top