Bonus 1: Duduk di Belakang
Meme datang pagi-pagi, pukul tujuh. Lebih tiga puluh tapi. Kelas sudah dimulai. Bahkan, layar PPT sudah sampai di slide delapan. Eh, atau enam mungkin ya? Kamu lho ya yang tanya, Meme sih nggak.
Dengan malu-malu, tapi malu. Meme menelisik sekitar. Menindih tembok putih dan memantati teman-teman, ia berjalan kepiting ke kursi paling belakang. Dia ini anak rajin. Rajin telat kata bu guru. Dia bilang, kimia itu suaminya nyimia. Dia nggak mau dapat bagus di sana. Alasannya Meme nggak mau jadi pelakor. Ibunya pasti bangga. Kalau ibumu gimana?
Dia duduk di belakang mau tak mau. Jelas mau lah! Lagipula, sama saja di depan atau di belakang, sama-sama bakal ketiduran. Meme selalu curhat, dia cuma bisa bertahan setengah jam setiap pelajaran. Matanya perlahan memerah. Kalau biru bekicot.
Meme lagi-lagi menenangkan dirinya. "Nggak apa-apa tidur, yang penting ujian dapat bagus!"
Bagus bisa lulus, dapat A siapa tahu. Nyatanya, dia diam-diam tak tidur semalaman. Dia menghabiskan satu bab setiap malam. Pensil, buku, dan kalkulator ia siapkan rapi. Siap disantap! Ditambah kecap Bang Ao lebih sedap.
Oke, cukup. Kembali ke hari Meme datang pagi-pagi pukul tujuh, tapi lebih tiga puluh, bu guru sontak mengubah slide presentasi. Dari kejauhan, slide yang mulanya berisi mol, berubah jadi excel yang berisi angka nol nol nol. Waduh, ini nilai kuis! Stoikiometri! Kata Meme, ini cuman pelajaran ngitung atom. Jadi, gampang-gampang sulit-sulit lah!
Delapan puluh, gas! Benar! Angka itu adalah tulisan berwarna merah yang membubuhi secarik kertas berisi coretan pulpen kuning-biru. Meme lupa bawa pulpen hitam saat ujian. Beruntung, dia bawa pulpen DIY yang ia tonton di Instagreaaam.
Dengan bangga, tapi dia nyatanya masih jomlo bukan sama abang-abang, Meme kembali ke kursi belakang. Kau tahu, di sampingnya ada mantan peserta olimpiade kimia! Sayang, dia terlalu baik, jadi diputusin. (Masih) agak malu, Meme menyembunyikan nilai kuis. Tahu dirinya tak akan mendapat dorprize dua juta rupiah, dia mau melanjutkan tidurnya dengan mata merah. "Semoga tidur ini nggak mimpi basah. Amin."
"Meme!"
Suara melengking guru berhijab krem, berbaju pink, bercelana ....
Meme nggak tahu, bawahannya nggak kelihatan dari belakang, membangunkan makhluk bermata merah yang seperempat sadar ini.
"Angkat tangan, Sayang!"
'SWEEESH!'
Dengan menggebu, Meme mengangkat tangan kanan. Tak tahu malu, seharusnya ia sadar sudah tiga hari ia tidak menyabun sekujur tubuh. Oh, anakku. Si mantan peserta olimpiade yang ada di sebelahnya sampai menyengir sedap ketika mencium aroma yang seolah menggesek-gesekkan hidungnya ke arah ketiak Meme.
"Oke, bagus, Sayang. Sekarang, turun."
Meme syok. Sepertinya bu guru yang selalu memanggil "sayang" ini tahu kalau dia tidur lagi. Padahal, dia sudah menemukan pintu kamar mandi di alam sana. Tak apa lah, setidaknya dia dipanggil "sayang" hari ini. Besok, siapa tahu "daddy".
Eh, sudah selesai? Cuma tiga orang? Curiga. Namun, seandainya si anak olimpiade dipanggil juga, bukan curiga kata Meme, curempat.
"Tadi adalah tiga orang kesayangan Ibu yang mendapat nilai delapan puluh!"
Oh, gitu. Meme selamat kali ini. Selamat pagi.
Tahu tidak, bu guru memanggil sebenarnya mau tahu tempat duduk orang-orang pintar. Hanya saja, Meme selalu merusak rencana. Di belakang, dia malah dapat delapan puluh. Kalau di depan, nggak mau!
Judulnya "Di Belakang" soalnya.
***
Pesan yang bisa diambil: jangan beralasan bodoh ketika di belakang! Kalau di depan,
ya jangan juga!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top