1. Kuning Ceria

Tembok kuning, gerbang kuning, dan genteng bercat kuning.

Komplek bangunan serba kuning amat kontras dengan gedung-gedung di samping kanan-kiri. Tempat serba kuning itu adalah sebuah sekolah menengah pertama, namanya SMP Bang Papgi (dibaca Bang Papji), kependekan dari SMP BerANgkat paGi PulAng PaGI. Ingat, jangan nilai buku dari sampul ..., tapi kalau dari harga, boleh! Nama sekolah Papji bukan berarti murid-muridnya jago bermain gim tembak-tembakan ala PUBG.

Sekali lagi, jangan pandang sebelah mata sekolah berwarna serba kuning ini. Usianya sudah sembilan puluh sembilan tahun, lebih tua daripada negeri kita yang tercinta! Perjalanannya panjang! Karena itu, nama Berangkat Pagi Pulang Pagi dipilih untuk menggambarkan nilai perjuangan yang diangkat oleh para pendiri.

"Pagi, Meme!" sekumpulan gadis menyapa seorang bocah lelaki yang baru turun dari sebuah limusin putih beraksen kuning—atau emas?

Tiap pagi SMP Bang Papgi selalu ramai dipenuhi murid yang hilir mudik turun dari mobil antar-jemput. Kalau dibayangkan, kalian bisa membayangkan berapa panjang kemacetan yang ditimbulkan arus keramaian tiap pagi. Beruntung sekolah ini berada di dalam komplek perumahan tentara. Jadi, macet tak mungkin bisa terjadi, apalagi ketika dia telah tiba.

Seorang bocah lelaki turun dengan kacamata hitam tebal berbingkai kuning. Sepasang sepatu kuning menjejak lapangan sekolah. Tas yang ada di punggung juga berwarna kuning. Bukan karena dia penyuka kartun spons yang tayang tiap pagi sampai magrib di GTV, bocah ini memang menjunjung tinggi warna kuning sedari dulu, sampai SMP Bang Papgi menggunakan warna kuning sebagai warna utama.

"Meme Sayang, cium Mamah dulu yuk!" panggil seorang wanita membuat si bocah penyuka warna kuning menoleh, namanya Meme ternyata.

"Okeh, Mah!" Meme berbalik, lalu bergegas merangkul wanita bersetelan hitam dengan rok ketat di atas lutut.

Muach! Muach!

Wanita yang dipanggil Mamah oleh Meme itu mendaratkan ciuman kencang di pipi kanan dan kiri sang putra. Bibir merah sangat menyala tebal. Tidak perlu risau, warna merah tak menempel di pipi mulus Meme. Sang mamah sudah memakai lipstik antibadai—enggak bulu mata saja ternyata yang antibadai.

"Mamah pulang dulu yahh!" pamit sang mamah melambaikan jari-jari, nada bicaranya sangat manja.

"Siap, Mah! Dadahhh!" Meme membalas sang mamah dengan lambaian yang kencang.

Tak malu dan tak perlu ragu, kasih sayang orang tua memang harus dibalas. Kalian pasti bertanya-tanya, apakah teman-teman—bahkan guru-guru—tak pernah mengejek Meme? Jawabannya, tidak. Seisi sekolah SMP Bang Papgi menyukai Meme, memujanya! Dia adalah maskot sekolah! Kenapa? Jawabannya cuma satu: L U C U!

Meme adalah bayi yang empat belas tahun lalu terlahir dalam keadaan tertawa. Dia bukan manusia biasa. Meme memiliki sebuah kekuatan super, yaitu membaca selera humor. Tiap dia melihat seseorang, di atas kepala orang-orang yang ia pandang, sontak terlihat seluruh momen yang menyebabkan orang itu tertawa: jatuh dari atas pohon, tergelincir pisang, vvibu, dan lawakan artis Korea, dapat ia tonton dari kepala orang-orang. Mengganggu? Kata Meme tidak, setidaknya dia mendapat tontonan lawak gratis setiap hari.

"Meme, katanya kau barusan menang ya di lomba lawak tingkat nasional?" ucap seorang bocah lelaki mendatangi Meme.

Meme mengangguk sembari memasang wajah malu-malu. "Ah, bisa saja kamu, Bambang!"

Eits, tidak perlu emosi. Nama bocah lelaki yang menghampiri Meme memang bernama Bambang. Dia berasal dari keluarga berdarah Jawa yang kental. Tak peduli dibilang katrok bahkan kayak om-om, Bambang bangga dipanggil Bambang!

Bambang adalah satu dari dua teman dekat Meme. Alasan Meme berteman dengan Bambang sangat konyol, yaitu namanya! Tiap memanggil Bambang, Meme selalu tertawa, begitu juga dengan si Bambang. Suara medok Bambang bahkan membuat hari-hari Meme semakin berwarna.

"Walah, pantes! Pas aku datang, kok sekolah langsung berubah jadi kuning!" Bambang menepuk pundak Meme, senyum menyeringai di bibir—bangga! "Ternyata, buat merayakan kemenanganmu toh!"

Meme dan Bambang adalah duet maut. Setiap guru sering kali tertawa dibuat keduanya. Kalau Meme, tidak perlu ditanya mengapa guru-guru bisa tertawa. Bambang sendiri punya keluguan yang sangaaaaaaaat menggemaskan. Dengan tubuh tinggi dan badan kurus, apalagi kulit sawo matang yang manis, Bambang membuat guru bisa tertawa hanya dengan melihatnya. Mata lebarnya menambah tawa, apalagi kacamata bulat yang ia kenakan, tambah memperbesar mata hitamnya.

"Bambang, tumben udah dateng?" tanya Meme mengangkat sedikit kepala.

"Iya, Me." Bambang berjalan mendahului lelaki di sampingnya. "Aku belum garap PR nih!"

"Lah, kamu kemarin ngapain aja? Ih pasti abis maraton One Piece lagi!" tebak Meme menyipitkan mata, "gimana, udah selesai lihat Luffy [sensor] sampai Kaido [sensor]?"

"Apaan sih, Me! Ngomong kok disensor-sensor!" bantah Bambang menahan tawa, padahal dirinya sedang panik belum mengerjakan tugas. Hal-hal berbau Jepang adalah selera humor Bambang, terutama manga dan anime. Meme sudah melihat di atas kepala Bambang ada adegan pertarungan Luffy melawan Kaido. Gampang, Meme memantiknya untuk menyalakan lelucon.

Meme dan Bambang telah menginjakkan sepatu ke ubin-ubin kuning sekolah, berjejer mengantarkan semua murid ke kelas-kelas. Tak perlu lama, hanya lima puluh lima langkah, mereka sudah dapat mencapai ruangan kelas, 9A.

Tahun ini, Meme akan lulus dari SMP Bang Papgi. Dia adalah seorang murid yang sangat cerdas. Genius! Setiap ujian selalu mendapat nilai di atas sembilan puluh, bahkan kelas 9A yang terkenal memimpin nilai sekolah, dibuat tak berdaya di hadapan Meme. Memang benar kata orang-orang, "orang jenius biasanya humoris!" Meme salah satunya.

"Ayo, Me! Cepat masuk ke kelas! Aku kudu garap PR!" ajak Bambang menarik Meme yang masih menaruh sepatu kuningnya di rak besi, tertata rapi di depan kelas.

Krieet!

Bambang membuka pintu kayu berwarna krem dengan kaca yang bisa dibuat mengintip.

Duugh!

Sebuah tas pink menghantam keras muka manis Bambang. Bocah berdarah Jawa itu hendak marah, tapi ia mengurungkan niat setelah melihat siapa yang melempar tas di depannya. Pelakunya adalah Senorita. Dia sedang bertengkar dengan sang pacar, si cowok emo dengan tinggi badan seratus lima puluh sentimeter, hanya sepundak Meme.

"Ih! Kamu selingkuh di belakangku ya!" Suara melengking Senorita membuat seisi kelas menutup kuping, dia kali ini melempar botol Tupperware.

Si cowok emo tak sanggup membantah. Dia menghindari semua barang-barang yang dilemparkan Senorita dengan lihai. "Psst! Sini!" Bambang mengode kepada si cowok emo agar bisa keluar dari kelas. Jangan risau, dia adalah anak kelas sebelah, 9B. Si cowok emo ini biasa datang ke 9A untuk menemui sang pacar. Nahas, hari ini malah terjadi lempar-lemparan, bukannya mesra-mesraan.

"Thank you!" ucap si cowok emo kepada Bambang, dia berhasil kabur.

Melihat sang kekasih kabur, Senorita menjatuhkan tubuhnya duduk di bangku belakang yang ada di dekat jendela. Ia menelungkupkan wajah. Suara terisak terdengar samar-samar. Meme dan Bambang pun berlomba duduk di sampingnya. Senorita 'lah teman dekat Meme selain Bambang.

"Norit, tidak apa-apa! Jangan menangis!" hibur Bambang kepada Norit—nama panggilan Senorita. Demi sang sahabat, ia melupakan PR yang belum dikerjakan.

"Norit, jangan menangis, ada hal yang sebaiknya kamu lakukan!" Meme membujuk Norit sembari menyenggolkan siku, seolah-olah memancing si gadis yang sedang menangis. "Si Bambang belum ngerjain PR lho!"

Daarr!

"Apa!" Norit memukul meja keras-keras, lalu berteriak kencang. Norit adalah seorang penggila pengetahuan! Kau bisa bilang, humornya tipe humor kutu buku. Selera humor yang dilihat Meme di atas kepala Norit hanya tumpukan tulisan buku—membosankan.

"Tahu nih! Padahal, sudah balig lho! Masa belum bisa bikin tugas sendiri!" imbuh Meme mengedipkan satu mata kepada Bambang agar membantu rencananya untuk menghibur Norit. "Kemarin bu guru sudah menerangkan, cowok usia empat belas tahun pasti akan mulai balig!"

"Meme, kamu kok bisa tahu sih?" sahut Norit berbinar-binar—senang.

"Lah, kamu bukannya sudah empat belas tahun? Seharusnya sudah balig dong!" balas Bambang mencucuh.

"Aku kan masih balita!" timpal Meme menirukan wajah anak kecil.

"HAHAHA!!!" Norit mengakak keras. Wanita berambut kuncir-dua ini tak bisa menahan kegelian yang menggelitik kotak tertawa, melupakan kesedihan yang dibuat oleh sang pacar. Meme menyelamatkan semuanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top