Zamharir

-------

Di ujung air matanya, begitu tombak Jibrahil merobek ulu hatinya, Abu Murrah dengan jelas bisa menyaksikan kilatan cahaya di atas cahaya.

Usailah tugasnya sebagai penggoda sekaligus instrumen Hyang Suksma.

Ia, yang disebut beriringan dengan Nama-Nya, hanya mampu membayangkan pelukan Samudra Cinta.

Meskipun mungkin itu hanya sekadar ilusi untuk menenangkan dirinya.

-------

Selamat datang di kisah ke-28 di Membakar Surga, Menyiram Neraka. 

Sudah sebulan kita bersama mengarungi dan menyelami kisah-kisah luar biasa, mistik, dan aneh. Namun, berkebalikan dengan tema hari ini--yakni akhir dari segalanya dalam lima puluh kata--aku yakin untaian kisah ini tidak akan berakhir sampai di sini. Tidak di tanganku, tidak di tangan siapapun.

Sebab selama ada orang yang membaca ini, kalian akan menutup buku ini dengan membawa sedikit bagian darinya, meski sekecil satu butir pasir, sepercik api, atau setetes air. Aku percaya sebutir pasir itu bisa menjadi mutiara; sepercik api menjadi pelita; dan setetes air menjelma mata air. 

Terima kasih sudah menempuh perjalanan ini. Masih ada perjalanan lain yang lebih jauh nan sulit, maka bersiap-siagalah. Kita akan bertemu lagi pada kesempatan berikutnya.

Salam kedamaian untuk semuanya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top