Rubanah

Ada lima aturan yang tidak boleh dilanggar seorang perampok: jangan pernah datang ke rumah yang sama dua kali, satu kamar pada satu waktu, tidak lebih dari lima menit, lari jika engkau berpikir dirimu telah dipergoki, dan pulanglah dengan tangan kosong jika engkau tidak menemukan apa-apa. Aturan ini berlaku bagi semua perampok, tak peduli dari mana engkau berasal atau kapan engkau melakukannya. Malam ini, Jasus tak sengaja melanggar salah satunya.

Awalnya, dia terpukau begitu masuk lewat jendela kamar yang sedikit terbuka. Guci-guci antik, sepatu bayi, dan beberapa patung dengan pose aneh berjejeran di ruangan itu. Namun, sebenarnya bukan itu target Jasus. Tangan kanannya memegang sebuah mesin portabel yang bisa digunakan untuk mencari, memilah, dan mengidentifikasi kode brankas yang akan ia bobol.

Melalui pengamatannya minggu lalu, rumah ini tak terlalu besar seperti rumah dinas bupati yang berhasil ia bobol sebulan sebelumnya, sehingga menemukan brankas itu akan lebih mudah. Apalagi, janda tua yang tinggal di rumah ini sudah pergi berlibur untuk menjenguk anaknya di pulau seberang. Dugaannya ternyata benar, walaupun beberapa lampu di pekarangan masih menyala dan gantungan kunci motor milik janda itu tergeletak di meja ruang keluarga, suasana rumah tetap benar-benar hening.

Tak perlu lama, begitu ia menuruni tangga dari lantai dua menuju rubanah di lantai dasar. Rubanah itu memiliki satu jendela kaca yang bisa ia gunakan sebagai jalan keluar—tak terlalu tinggi dan mudah digapai. Senyuman Jasus mengembang begitu matanya bertaut pada sebuah kotak baja mengilap di pojok ruangan. Kali ini ia tak perlu lagi susah-susah menggunakan teknik pilih kunci atau perkakas sederhana. Ia hanya perlu menancapkan alat ini di atas dua belas tombol nomor kombinasi, kemudian mesin akan memproses dan menentukan kira-kira kombinasi apa yang cocok. Kurang lebih begitu kata rekannya yang menjual barang ini di pasar gelap.

Layar mesin tersebut baru saja menunjukkan angka tujuh puluh lima persen ketika Jasus mendengar bunyi kecipak-kecipuk air dari atas rubanah—mungkin datangnya dari arah dapur. Tak mau mengambil risiko, lelaki itu segera menaiki tangga dengan hati-hati dan melayangkan pandangannya pada sekeliling ruang keluarga—masih utuh dan tak tersentuh sama sekali. Ia hampir saja membalikkan badan jika mata elangnya tak melihat lampu rumah yang berkedip-kedip.

Jantungnya hendak melompat dari tulang dadanya saat ia mendengar depak-depak dari lantai dua, semakin dekat dan keras. Sesuatu tampaknya tahu bahwa ada yang telah memasuki kediamannya, dan dia tampak tak senang dengan kehadiran Jasus. Dalam kepanikan, perampok itu langsung berlari dan menutup pintu rubanah rapat-rapat. Ia mesti mengambil mesin kecil itu terlebih dulu, ia tak sanggup membayar tagihannya. Lebih baik ia mati merampok daripada hidup dalam mimpi buruk.

Mata Jasus bertemu dengan sebuah lemari plastik kecil di pojok ruangan lainnya, dan tanpa pikir panjang, ia segera menarik lemari tersebut sebagai ganjalan di pintu masuk rubanah, berharap ia bisa memperlambat siapapun itu yang mengincarnya. Pria itu berpikir, ia masih bisa selamat dengan estimasi waktu kurang dari lima menit. Dengan tergesa-gesa, dihampirinya mesin kecil yang masih tertancap di brankas itu.

Identifikasi kode: 100%.

Mengabaikan derap langkah yang semakin dekat, ia bernapas lega dan memasukkan kode yang telah disediakan oleh mesin di brankas. Jasus terkekeh-kekeh, ia akhirnya bisa mendapatkan uang untuk membayar utang dan tagihannya. Kedua tangannya bersiap-siap membuka gagang brankas ketika sebuah kalimat muncul di layar mesin.

Langkah 1 dari 13: Selesai.

Melanjutkan ke: Langkah 2.



-----

Amanatnya, ndak usah nyolong ehehehe.

Buat tema hari ini, kita diminta membuat cerita yang mengandung tiga kata: Gantungan Kunci, Mimpi Buruk, Pulau. Kali ini aku coba bawa narasi ke arah yang berbeda dari biasanya, semoga meskipun sedikit, terornya bisa efektif. Gimana guys, menurut kalian?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top