Madeia

[PERINGATAN KONTEN: CERITA INI MENGANDUNG GAMBARAN EKSPLISIT KEKERASAN PADA ANAK DI BAWAH UMUR DAN IMPLIKASI BUNUH DIRI.]

-------

[Babak I]

Kamu adalah canduku, sayang. Afsun matamu tak berbohong ketika pandanganku menimpa dirimu di Bar Enaville malam itu. Rambut hazelnutmu dan beludru di dadamu melamunkan diriku yang berada di bawah kerlingmu yang menguntai-untai sukmaku. Malaikat perawan yang jatuh tepat ke dalam sarang penculikan. Sendirian. Seorang perawan yang malu-malu pula. Bagai mawar biru di antara barisan mawar merah yang ranum, engkau lebih jelita daripada klien-klien asli Idaho yang pernah kulayani. Sungguh hari keberuntungan bagiku untuk mendapat satu malaikat yang akan kujinakkan dan kucicipi di tengah-tengah alam semesta.

[Babak III]

Dadamu penuh dengan aroma keringat yang kental. Harus kukatakan, jebat pilihanmu terbukti manjur mengikat para perawan di kota ini. Oh, jangan lupakan tonjolan-tonjolan maskulin itu. Tak heran segerombolan wanita berdesas-desus tidak enak ketika lengan kekarmu menggandengku ke kamar pribadimu. Ah, ya! Haruskah kulonggarkan korsetnya sedikit saja? Tidak, tidak, kaulah yang akan melakukan pekerjaan kotor itu.

[Babak VIII]

Hari ini sungguh hari yang menggembirakan! Hasil tesnya positif! Haruskah aku memberitahumu lewat surat dengan kertas warna merah muda yang sudah disemprot parfum? Jangan. Itu terlalu kuno. Bagaimana jika aku datang langsung ke rumahmu dengan membawa hasilnya langsung? Ah, 'tapi biasanya kau yang datang duluan. Tidak enak bagiku untuk menyiarkannya langsung di depan orang tuamu yang tak tahu-menahu soal status hubungan kita.

Tidak, akan lebih baik jika kuundang kau minggu besok untuk merayakannya di kampung halamanku. Lagipula, sabtu depan aku sudah kembali dari bandara. Bisa jadi aku akan membeli kue kering kesukaanmu dan mungkin akan memakai gaun translusen kesayanganku malam ini. Ah, sangat banyak yang perlu kurencanakan. Aku mesti bersiap-siap dari sekarang.

[Babak IX]

Jason, sayang, apa kau sudah pulang?

11.29 Read

Ugh, dentang notifikasi itu lagi. Sudah jam setengah dua belas dan terhitung ada tiga belas dering telepon genggam dari tadi. Untungnya tidak membangunkan orang yang ada di samping kasurku. Bisa-bisa kesetanan dia. Demi semesta, pribumi di sini memang tidak punya etika. Aku bersumpah, jika ini lelucon bulan April, siapapun yang melontarkankannya benar-benar pikun.

Tunggu. Tiga miscall dan sepuluh pesan dari ... kontak yang tidak diketahui?

Blokir.

[Babak XIV]

Sudah sebulan ini aku tak menerima telepon dari putriku. Kenalannya—yang belakangan kuketahui sebagai guru sekolah menengah atas—sudah kuhubungi dan mengatakan ia tidak melihat Deia keluar dari rumah beberapa hari ini. Padahal aku ingin menyempatkan untuk berkunjung ke Wallace bersama Adler akhir minggu ini. Berkompromi dengannya adalah hal terakhir yang ingin kulakukan di tengah malam. Agak mengesalkan, memang, 'tapi aku yakin dia pasti senang melihat kami berdua bersama lagi seperti dulu sebelum kami bercerai. Kuharap Adler datang sendirian dan tepat waktu seperti janjinya di bandara. Kalau tidak, aku terpaksa harus memberitahunya untuk menyusul nanti.

[Babak XIX]

Bisakah kau melihatnya, sayang?

Parasit yang mengerogoti tubuhku--kutukan darimu akhirnya lepas! Kaudengar itu, sayang? Lepas! Lepas sepenuhnya!

Kepalanya kubenamkan ke wastafel berkali-kali dan dia sama sekali tak menangis seperti yang lainnya. Hmph. Kurasa untuk melenyapkan ingatan tentangmu tak semudah itu.

Oh, tunggu. Separuh dari kutukan ini adalah milikku--milikku! Aku tak sudi melepaskannya. Akan kucongkel bola matanya dengan garpu dan kukunyah sampai puas. Siapa tahu, rasanya kenyal dan gurih. Baiklah, jangan buang waktu lagi.

Hahaha! Persetan, persetan dengan Tuhan! Kaudengar itu? Kauakui dirimu religius sekarang? Makhluk ini akan membusuk di bawah makammu nanti, akan kupastikan itu. Lihat betapa lemahnya dia! Baru kurobek abdomennya, dan kini lalat-lalat berpesta ria di dalam rusuknya. Dia bahkan masih bisa menamparku dengan senyuman kakunya. 'Tapi itu tak jadi masalah buatku. Kaulihat betapa lemah monster kecilmu sekarang?

Ah, lihatlah makhluk menyedihkan ini. Sama seperti tuannya yang memalukan. Sekarang tinggal satu pekerjaan lagi. Setelah itu aku akan melebur bersama angin, dan kau akan lenyap untuk selamanya.

[Babak tanpa nomor]

"Aku adalah bagian darinya sebagaimana dia adalah bagian dariku. Tidak ada alasan baginya untuk memungkasiku. Aku terlalu kecil untuk mengancam kehidupannya."

"Wahai Cinta, kenapa dia membunuhku?"

Hening. Tidak ada balasan dalam selimut cahaya.



-----

Mawar biru, penculikan, dan guru. Itu kata-kata yang perlu ada dalam cerita hari ini. Agak berbeda dari cerita-cerita yang lain, cerita ini kuakui memang kelam, penuh backstabbing dan agak kotor. Makanya aku kasih peringatan di awal. Well, aku pengen mengetahui pendapat kalian soal cerita ini. Soalnya kejadian macem gini masih sering banget terjadi. Jangan lupa juga tekan tombol bintang di bawah, hehe.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top