Kashf
Kata neneknya, tiga belas adalah angka abnormal, sesuatu yang tidak semestinya ada di sana, tetapi tetap bertahan meski seluruh semesta menekannya.
Ernaline tak percaya akan hal itu. Tidak sebelum ia mulai membersihkan loteng rumah tiga belas jam setelah neneknya dikuburkan. Saat itulah ia menemukan jurnal peninggalan neneknya: usang, lusuh, kuning kecoklatan, dan penuh dengan simbol-simbol arkais yang tak ia pahami. Terkadang ia akan kebingunan melihat simbol-simbol tersebut berubah bentuk ketika halaman dibalikkan dan cahaya menembus lembaran-lembaran rapuhnya.
Saat sampai pada halaman ketiga belas, ia berhenti. Matanya menyisir dan membaca tulisan neneknya, dan sumber obsesinya selama tiga belas tahun terakhir. Jam ketiga belas. Satu jam yang terselubung antara jam dua belas malam tepat dan jam satu dini hari—sebuah dimensi terselubung yang hanya bisa disaksikan oleh segelintir orang yang benar-benar beruntung.
Neneknya menjelaskan, bahwa kita sebagai manusia hidup dalam semesta empat dimensi—tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu. Maksudya, kita bisa berjalan maju-mundur, ke kanan dan ke kiri, serta ke bawah dan ke atas dalam suatu ruang. Namun, manusia hanya mampu berjalan searah dalam waktu.
Ketika seseorang yang beruntung berhasil menyingkap selubung realita dan masuk ke bagian terluar dari jam ketiga belas, maka tubuhnya akan tertinggal di belakang sementara mata batinnya menembus lapisan reaita yang benar-benar baru. Di sini, waktu tidak lagi terlukis bagai aliran sungai searah atau linear, tetapi kumpulan momen masa lalu, masa kini, dan masa depan yang terjadi secara serentak.
Bulu kuduk Ernaline meremang. Mestinya saat itu ia bakar saja buku ini. Namun, bodohnya, gadis itu tetap melanjutkan penyelidikannya.
Dalam jurnal tersebut, neneknya memberikan instruksi mendetail perihal bagaimana seseorang bisa sampai ke gerbang jam ketiga belas. Seseorang tersebut tidak boleh tidur, makan, atau minum selama enam jam menjelang tengah malam—ini untuk menjaga agar tubuh dan pikiran siap, katanya. Lalu, satu jam sebelum tengah malam, ia mesti tidur di tempat minim cahaya dan suara. Di sinilah instruksinya mulai terdengar aneh.
Orang itu diwajibkan untuk menutup mata, menutup mulut, mengatur napas, dan berusaha sekuat tenaga agar tidak bergerak sedikit pun selama proses transisi dari jam sebelas malam menuju tengah malam—layaknya penderita narkolepsi yang tengah terlelap. Hanya saja, pikirannya harus tetap terjaga selagi tubuhnya beristirahat. Jika ia tertidur dalam prosesnya, maka tak akan terjadi apa-apa. Namun jika dalam prosesnya ia berhasil untuk tetap berpikir selagi tubuhnya tertidur, maka gerbang realita akan terbuka untuknya.
Yang tidak Ernaline ketahui soal ritual ini, adalah, tidak ada jaminan ia akan kembali seperti sedia kala atau utuh-utuh begitu melakukannya.
Kini, ia terbaring seperti orang tertidur pulas di kasurnya. Dadanya masih kembang kempis, tubuhnya masih hangat, tetapi pikirannya terdampar di antah berantah, menyaksikan gelembung alam semesta mahaluas bergesekan dengan samudra kegelapan, di mana waktu dan tempat tidak pernah ada. Di salah satu bagian dinding gelembing, Ernaline mampu melihat jutaan, tidak, miliaran manusia dengan berbagai macam rupa terjahit bersama. Mereka saling merintih, menjerit, dan memukul dinding alam semesta—seperti kawanan belatung yang terbakar—berusaha keluar dari penjara keabadian.
Mereka, jiwa-jiwa manusia yang telah mati.
-----
Dun, dun, dunn!
Hari ini temanya adalah mitos angka tiga belas. Aku udah lama ngga bikin ficlet dan drabble. Jangan lupa tekan bintang di bawah dan tulis apa pendapat kalian ya gaes!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top