Bab 8
Selamat Membaca
Ting!
Baru kali ini, mendengar suara dentingan lift, membuat Kristal merasa bersyukur. Dia pun segera melepas paksa pelukan dari Juna, dan berlari ke luar lift. Dalam pikiran wanita itu, yang terpenting saat ini adalah dirinya harus bisa kabur dari pria menyeramkan ini.
"Hallo?" jawab Juna, yang harus menerima panggilan masuk dari temannya.
"Kamu ada di mana Juna? Kamu bilang ingin bertemu di ruangan saya, kenapa sampai sekarang belum sampai?"
Juna hampir lupa, kalau perjalanannya dari jalan pleburan menuju ke telogosari adalah bertemu dengan teman lamanya-- Dimas Anggoro. Orang yang sekarang sudah menjadi Dekan Fakultas di Universitas Semarang. Tapi, karena pertemuan dengan Kristal, Juna sampai lupa dengan hal itu.
"Saya ada di lantai satu," balas Juna.
"Kalau begitu kamu tunggu di lobi. Saya yang akan ke sana," pinta Dimas.
"Hm."
Akhirnya Juna pun memilih duduk di salah satu kursi di lobi. Hal itu ternyata membuat para mahasiswi yang baru saja selesai dengan mata kuliah mereka, dan berniat ke luar dari gedung itu, untuk menuju ke gedung kantin, harus dihentikan dengan wajah tampan Juna.
Lobi yang tadinya sepi, dan hanya dijadikan tempat lalu lalang. Kali ini berubah menjadi tempat yang begitu ramai, tapi meski begitu, pandangan Juna memilih untuk menatap ke luar gedung. Pandangannya terus tertuju pada si penunggang motor matic dengan plat motor H1886FA.
Juna belum mengetahui nama wanita yang menjadi istrinya itu, karena pertemuan mereka saja selalu memiliki kendala. Tapi, setelah melihat plat motor itu, Juna yakin setelah ini dia akan lebih mudah menemukan identitas istrinya itu.
"Kristaaal!!!" seru seorang wanita yang berlari menuju ke luar.
Juna mengamati istrinya yang menoleh ke arah gedung fakultas, tidak berapa lama wanita yang berteriak tadi, ternyata berlari mendekati. Tanpa disadari, Juna menarik bibirnya hingga membentuk garis tipis. Hanya karena sebuah nama saja, membuat Juna bisa tersenyum.
"Assalammualaikum," sapa seseorang yang menghampiri Juna.
"Waalaikummussalam," balas Juna.
"Udah nunggu lama? Ayo langsung ke laboratorium teknik saja," ajak Dimas.
"Iya," jawab Juna.
***
Kristal meletakkan keranjang bunga yang sudah dia tabur di atas tanah makam ayahnya. Dalam posisi jongkok, tangan Kristal menyentuh batu nisan bertuliskan nama ayahnya, yaitu Suyadi.
"Ayah, sekarang ayah di sana udah nggak ditagih buat bayar hutang lagi kan?" ucap Kristal.
Tadi setelah ke luar dari kampus, Kristal sudah lebih dulu membayar seluruh hutang milik ayahnya di Bank Merdeka. Pihak Bank sempat mempertanyakan dari mana Kristal bisa mendapat uang sebanyak lima ratus juta, hanya dalam hitungan beberapa hari saja.
Jadi, meski Kristal tidak mau berbohong, demi menyelamatkan harga dirinya, Kristal hanya mengatakan kalau dia meminjam uang dari temannya. Itulah kenapa, sekarang Kristal bisa datang ke makam ayahnya, dengan perasaan sedikit lega.
"Tapi ayah, sama halnya dengan ayah yang tidak meminta maaf karena mengambil hutang dengan atas namaku. Aku juga tidak akan meminta maaf, karena menjual kesucianku," akui Kristal.
Kristal tau, kalau apa yang dia lakukan, pastilah tidak akan bisa mendapat jawaban. Karena orang mati, tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan orang yang masih hidup bukan? Lalu, kenapa Kristal tetap datang ke sini?
Tanpa bisa dicegah oleh Kristal, satu tetes air mata berhasil lolos dari mata indahnya. Memberi kabut bening yang membuat pandangannya sedikit mengabur. Kristal mendongakkan wajahnya ke atas, agar dia tidak harus meneteskan air mata lagi.
"Ya Allah, tolong ampuni dosa ayahku, dan ibuku. Jangan berikan balasan pada mereka, atas dosa yang aku perbuat di dunia ini. Biarkan dosa dan keburukan yang aku lakukan, tetap menjadi tanggung jawab aku," pinta Kristal.
Tidak dapat dipungkiri, meski ayahnya telah berbuat jahat pada Kristal. Tapi hati nurani Kristal tetaplah mencemaskan keadaan kedua orang tuanya, yang sudah berbeda alam dengannya. Kristal tidak mau, apa yang dia lakukan, justru akan membuat hidup orang tuanya di akhirat, menjadi tidak tenang.
Meski Kristal akui, kenikmatan dari dosa yang dia lakukan dengan Juna, tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan apa pun. Tapi, jika pada akhirnya, kenikmatan itu akan menyakiti kedua orang tuanya, Kristal benar - benar sangat menyesalinya.
Lebih menyesal lagi, ternyata tadi Kristal sempat terlena dengan ciuman dari Juna lagi.
"Kalau begitu, aku pergi dulu, ayah, ibu."
Setelah mengatakan itu, Kristal pun bangkit dari posisi jongkoknya. Tidak lupa tangannya kembali membawa keranjang kosong itu. Di perjalanan menuju motor, ponselnya bergetar di balik celana. Dia pun segera mengambil ponsel itu, dan membuka isi pesan.
"PT. Orlando Jaya Perkasa?" ucap Kristal.
Kristal terkejut ketika membaca pesan, kalau dirinya diterima di PT. Orlando Jaya Perkasa sebagai mahasiswa magang. Kristal yang selama ini hanya pulang pergi ke kampus, tanpa tau nama - nama perusahaan besar. Tentu saja, Kristal merasa heran, ketika dia bisa diterima.
Tunggu. Seingat Kristal, dia hanya mengajukan permohonan pembuatan surat pengantar dari kampus, untuk ditujukan pada perusahaan yang akan menerima Kristal, sebagai mahasiswa magang. Tidak ada nama perusahaan PT. Orlando Jaya Perkasa di surat itu, karena Kristal belum tau harus masuk ke perusahaan mana.
Terus, kenapa bisa Kristal dapat pesan dari PT. Orlando Jaya Perkasa.
"Kayaknya, aku harus nyari tau profil perusahaan PT. Orlando Jaya Perkasa deh," ucap Kristal.
***
Di sebuah ruangan, kamar yang sempat dijadikan sebagai tempat peraduan Juna dengan Kristal. Juna tidak bisa melupakan begitu saja, alunan indah suara Kristal yang menikmati kegiatan mereka. Meski saat itu Juna hanya melakukannya satu kali, karena Kristal sudah lebih dulu pergi, sebelum Juna bangun.
Hanya saja, dari hal itu, membuat Juna tidak bisa melupakan begitu saja. Justru keinginan dan hasrat pria itu, untuk menakhlukkan Kristal, membawa wanita itu ke atas ranjang mereka lagi, semakin besar dan tidak bisa dibendung. Juna bertekad, kalau Kristal akan kembali ke sini, ke atas ranjang mereka.
Kemudian, pandangan Juna beralih ke atas meja kerjanya. Ada profil mahasiswa yang akan masuk ke perusahaannya, sebagai mahasiswa magang. Seorang wanita yang memakai kaca mata besar, dengan bibir yang tertutup tanpa senyum. Ekspresi yang berbeda ketika Kristal menjadi istrinya saat malam itu.
Jika dilihat dari nilai akademik Kristal, sebenarnya Kristal bisa masuk ke perusahaan milik Juna dengan mudah. Karena Juna menyukai orang - orang pintar, yang mau dibentuk oleh pola pikir perusahaannya. Di tambah lagi, Juna juga bisa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan istrinya.
"Kita lihat saja, apa setelah ini kamu akan tetap kabur dari suami kamu, Kristal Berliana Amber?" tantang Juna.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top