Bab 5
Selamat Membaca
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Juna.
Juna tidak bisa menahan amarahnya, tatkala Kristal menggigit lehernya sampai rasanya sangat perih. Juna sangat yakin, besok dia akan mendapatkan memar pada bagian itu, karena Kristal tidak main - main dengan gigitannya. Hal itu juga yang membuat Juna menatap tajam dengan sepasang netra emas miliknya.
Kristal yang mendapatkan sorot tajam itu, meski dalam hati dia takut, tapi rasa sakit yang dia terima ketika kebanggaan seorang pria milik Juna, yang entah bagaimana bentuk dan ukurannya itu. Benda kejam dan mengerikan itu, dengan berani mendobrak gerbang istana mungil Kristal.
Apanya yang enak dari breaker excavator yang menghancurkan gerbang terbuat baja dan beton? Selain karena polusi yang dihasilkan dari kegiatan itu. Juga perlu biaya besar untuk menyewa alat berat, yang tugasnya untuk merusak. Sama seperti kekejaman Juna yang ingin segera mendatangi singgasana di dalam istana Kristal.
"Rasa sakitmu tidak sebanding dengan rasa sakitku?!" Cok! Lanjut Kristal dalam hati.
Demi warisan hutang sialan yang ditinggalkan oleh ayahnya, yang sudah tidur tenang di bawah tanah basah. Kristal benar - benar sangat menyesali dengan pilihannya, yang menjual kegadisannya. Selain karena dia tidak lagi memiliki mahkota yang dia banggakan selama ini, dia juga harus mendapatkan rasa sakit yang tidak pernah dia duga.
Juna tersenyum ketika melihat melalui tatapan Kristal, dan entah kenapa dia semakin senang, melihat istri pemberaninya menahan rasa sakit dan amarah secara bersamaan. Pria itu kembali mendorong kebanggaan miliknya, yang sebelumnya hanya ujung kepalanya saja yang berhasil masuk.
Tentu saja, dorongan itu kembali membuat Kristal merasakan rasa sakit lagi. Kristal yang membutuhkan pelampiasan atas rasa sakitnya, kali ini dia menggunakan kuku panjangnya, untuk mencengkram kedua lengan Juna, dan memberi cakaran pada lengan kokoh itu.
Rasa perih yang diterima Juna, akhirnya membuat pria itu memilih untuk menekan kuat - kuat dorongan yang sedang dia lakukan. Pria itu sudah tidak peduli lagi, jika Kristal akan meluapkan seluruh rasa sakitnya pada tubuh pria itu. Karena jujur saja, milik Kristal berbeda dengan perawan lain yang pernah menjadi korban Juna.
"Hekkk." Kristal merasa mual, diiringi dengan rasa sesak menghinggapi tubuh Kristal.
"Kenapa?" tanya Juna yang merasa penasaran dengan isi pikiran Kristal.
"Penuh," jujur Kristal.
"Apa itu artinya, aku harus mengeluarkannya?"
"Sepertinya harus seperti itu," balas Krisal.
Juna menarik keluar miliknya, yang sempat memenuhi ruang istana milik Kristal. Membuat Kristal perlahan bisa merasakan tubuhnya kembali seperti semula, tapi sayangnya, hanya selang berapa detik saja. Juna dengan kejamnya mendorong masuk miliknya kembali.
Belum sampai di situ saja, Juna juga menggerakkan tubuh bagian bawahnya mulai bergerak maju kemudian mundur. Kristal tidak paham, kenapa sesuatu yang semula terasa begitu menyakitkan. Anehnya, sekarang Kristal seperti diajak merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.
Pandangan Kristal yang semula begitu tajam, dan sangat membenci perbuatan Juna. Perlahan namun pasti, kini tatapan hitam pekat miliknya berubah menjadi sayu, menatap pada satu titik, bibir Juna yang terus saja memberi senyum miring. Tidak ingin melihat pria itu terus memberi senyum menyebalkan itu, Kristal pun menarik leher Juna.
Lumatan - lumatan itu, entah bagaimana kini berhasil membangkitkan gelora dalam diri Juna. Pria itu semakin semangat dengan kegiatan tubuh bagian bawahnya. Lumatan dari lidah Kristal yang begitu liar, menarik pria itu untuk semakin menggelamkan pikirannya hanya fokus pada Kristal.
Ini mungkin terdengar seperti lelucon, tapi jujur saja, meskipun Juna sudah terbiasa bermain dengan gadis perawan. Baru kali ini, Juna merasakan kalau Kristal bukan hanya sekedar wanita perawan biasa. Gadis yang sudah kehilangan kegadisannya ini, dia semakin menarik pikiran logis Juna, untuk terus tenggelam dalam kenikmatan ini.
Ahhh.
Uuuhh.
Desahan - desahan yang tertahan, seolah Kristal tidak ingin mengeluarkan desahannya. Berhasil menjadikan suara itu sebagai alunan panas, yang begitu Juna damba. Pria dingin yang biasanya tidak suka korbannya mendesahnya ini, kali ini, dia lebih senang kalau Kristal tidak menahan desahannya.
"Apa yang kamu rasakan, istriku?" tanya Juna, yang masih setia memanggil Kristal sebagai istrinya.
"Hmm."
Kristal tidak menjawab, dia lebih memilih untuk menarik kepala Juna. Bibirnya terus saja mencium bibir Juna, mempertemukan lidah mereka dalam gerakan tarian yang begitu intim. Semakin cepat pergerakan bagian bawah Juna, menjelajahi setiap ruang istana mungil Kristal, semakin cepat pula gerakan bibir Kristal pada bibir Juna.
Detik demi detik, tubuh Kristal yang didekap erap dengan kedua tangan kokoh Juna. Sampai kedua puncuk gundukan kembar yang sejak tadi sudah menegang, terasa begitu ditekan. Bersamaan dengan ciuman Kristal yang tidak mau berhenti, sampai sesuatu dalam diri Kristal terasa aneh.
Kristal bisa merasakan, kalau kebanggaan seorang pria yang berani memasuki istana megah Kristal, seperti bergerak cepat menekan keras sesuatu yang begitu dalam. Dan sesuatu itu seperti sedang memberontak, mengamuk ingin segera dilepaskan. Tapi apa itu?
"Bisa ahhh kamu berhenti duluhh??" ucap Kristal di sela - sela ciuman mereka.
"Kenapa? Apa ini kurang nikmat?"
Kristal menggeleng, tapi kemudian Juna kembali menarik kepala Kristal. Pria ini sepertinya sudah kecanduan dalam lumatan Kristal yang begitu intens. Wanitanya ini, istri satu malamnya, entah bagaimana berhasil menjadikan pria ini sangat memuja peraduan mereka.
"NO! Ini sangat ...! Aku mau buang air kecil dulu."
Juna paham itu, bagi orang awam yang tidak mengenal atau belum mengetahui orgasme, pasti akan mengira kalau dia akan buang air kecil. Juna semakin menyukai ini, jadi dibanding melepaskan tubuh istri satu malamnya, Juna lebih memilih untuk semakin mempercepat gerakkannya.
Sebagai suami satu malamnya, Juna sangat ingin memberikan kenikmatan yang belum pernah Kristal rasakan sebelumnya. Juna akan membuat Kristal terus mengingat hubunga ini, sampai wanita pemberani ini akan mengemis padanya.
"Apa kau sudah meminum obat kontrasepsi?" tanya Juna.
"Obat yang rasanya anyir itu? Tentu saja, ahhh lepaskan, aku sudah tidak tahan," ucap Kristal terburu - buru.
Kemudian, Juna yang sudah mendengar itu, dia pun mencium bibir Kristal dengan begitu rakus. Bersamaan dengan dorongan keras dan cepat, yang menghantam relung terdalam istana Kristal. Hal itu membuat Kristal yang sudah tidak berdaya, dia pun memilih untuk memejamkan matanya.
Kristal sudah tidak peduli lagi jika nantinya dia disebut sebagai wanita jorok. Tapi yang pasti, Kristal hanya ingin melepaskan sesuatu yang sudah tertahan ini.
"Aaaahhhh."
Desahan yang begitu panjang, terdengar bersamaan dengan bagian dalam Kristal yang dialir dengan semburan panas dari milik Juna, yang bersatu padu dengan semburan dari dalam diri Kristal. Menjadikan istana Kristal yang sudah sempit, semakin sempit dipenuhi dengan lautan hasrat mereka.
Ya. Tidak ada cinta dalam hubungan panas ini.
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top