Bab 3
Selamat Membaca
"Tenang aja, sayang. Kamu nggak bakal dipecat," ketik Novalia pada seseorang.
"Jangan panggil sayang. Aku meminta tolong padamu, karena aku tidak tau harus meminta bantuan pada siapa lagi," balasan dari orang bernama Arif.
Novalia menyimpan ponsel buble tiganya ke dalam tas mungil miliknya. Wanita itu sedikit kesal dengan sikap keras kepala Arif, yang masih jual mahal seperti seorang pria suci. Dia kemudian ke arah tirai yang menutupi ruang ganti, yang sedang digunakan oleh Kristal. Tadi, setelah mengurus urusan kampus, mereka memang langsung meluncur ke salah satu mall di Kota Semarang, Paragon City Mall.
Hingga begitu tirai di buka, betapa terpananya Novalia melihat sosok yang ada di depannya. Dia memang menyadari kalau Kristal adalah salah satu mahasiswi dengan paras cantik, apalagi dengan mata hitam pekat miliknya yang menjadi ciri khas. Novalia seperti melupakan gender miliknya, yang ingin segera mengurung Kristal untuknya.
"Kris, mending kamu jadi wanita simpanan aku deh. Nanti aku pajang di dinding kamar," celetuk Novalia.
"Ndasmu!" satu kata bahasa jawa yang sangat mewakili isi otak Novalia.
"Ya habisnya kamu cantiknya nggak ngotak. Mana kamu ternyata punya badan bagus lagi, tapi kamu malah pakai kemeja kebesaran dengan celana jeans kuno," keluh Novalia.
"Nggak kebesaran dan nggak kuno ya. Itu namanya gaya retro," bela Kristal tidak terima kalau gaya pakaiannya, dianggap kuno. Padahal Kristal menyukai gaya retro.
Novalia berdiri dari sofa, mendekati Kristal yang masih berdiri di depan sana. Jujur saja, Novalia tidak menyesal telah banyak menghabiskan uang miliknya untuk mengubah upik abu menjadi cinderella panas. Justru dia menyesal, karena sosok cinderella yang bersamanya ini, akan berubah menjadi Belle yang bertemu dengan Beast.
"Tapi, Nov. Dress ini nggak terlalu terbuka ya? Lihat aja, aku kayak sundel bolo--hmpp," Ucapan Kristal langsung berhenti begitu tangan Novalian membekap mulutnya.
"Yang akan kita temui itu, orang yang rela memberi uang banyak. Jadi ada baiknya, kalau kita harus memberi sampel sebagai bahan pertimbangan," ucap Novalia.
Kristal memutar tubuhnya melihat ka arah pantulan cermin. Terlalu banyak bagian yang terlihat, dari mulai bahu hingga pinggang bagian belakang Kristal, tidak lupa dengan belahan depan yang begitu rendah, sampai Kristal yakin sepasang gundukan kembar miliknya, siap untuk memamerkan diri di depan semua orang. Kristal tidak suka dengan jenis pakaian ini.
"Tidak. Jika memang dia ingin wanita suci, maka, aku harus datang sebagai wanita suci," tegas Kristal yang memiliki ide lain.
***
Arif sudah berjalan mondar - mandir dengan pikiran penuh kegelisahan. Ini sudah jam 6 sore, sudah saatnya wanita yang dipesan dari salah satu pekerja malam untuk datang. Dia sangat cemas jika sampai wanita pesanannya tidak datang, karena itu artinya dia akan menjadi pengangguran banyak hutang.
"Hai, maaf menunggu lama," ucap Novalia yang baru saja datang.
Dari Jalan Pemuda menuju Pleburan, Simpang Lima tidak memakan banyak waktu, hanya saja tadi permintaan Kristal berhasil menambah waktu untuk mengganti pakaian. Arif menatap ke arah Novalia, sebelum kemudian dia terkejut ketika melihat sosok yang berada di belakang Novalia.
"Kamu serius?" tanya Arif yang tidak tau dengan rencana Novalia.
Novalia tersenyum, dia sendiri bingung harus menjawab apa. Karena semua ini adalah ide dari Kristal, sedangkan Kristal sendiri memilih untuk melanjutkan langkahnya, menuju satu pintu kamar hotel yang khusus untuk dirinya dengan sang pria yang sudah memesan dirinya.
"Awas saja, kalau setelah ini aku dipecat," ancam Arif.
"Tenang saja, uangku bisa memperkerjakan kamu," ucap Novalia santai.
"Terima kasih," sarkas Arif.
"Sama - sama, sayang," balas Novalia dengan senang hati.
Novalia dan Arif bisa melihat, Kristal sudah membuka pintu kayu di depannya. Hal yang membuat mereka tidak bisa lagi melihat sosok Kristal lagi. Sampai Kristal yang sudah masuk ke dalam ruang kamar, membiarkan pintu tertutup sendiri akibat tangannya sempat mendorongnya. Meski ada rasa gugup sampai tangan Kristal terasa begitu dingin, seperti menyentuh balok es. Tapi, wanita muda itu tetap teguh untuk melangkah maju.
"Apa ini? Kamu kabur dari pernikahan kamu?"
Tidak ada yang salah dengan ucapan pria itu, Kristal harus mengedarkan pandangannya, mencari sosok dalam pencahayaan remang ini. Di depan dinding kaca, dengan segelas cairan berwarna ungu gelap, yang sepertinya itu adalah minuman wine atau anggur? Sepasang mata emas tajam menyorot pada Kristal, seperti ingin melucuti pakaian Kristal sekarang juga.
"Aku koreksi sedikit, Tuan. Bukan kabur. Tapi, aku datang sendiri untuk menemui suami satu malamku," ucap Kristal blak - blakan.
"Hahaha."
Malam ini, Kristal sengaja memilih untuk memakai gaun putih gading, dengan kerudung putih yang menutupi wajahnya. Dia merasa kalau kesucian yang diinginkan oleh 'pemesan' bukan hanya sekedar wanita perawan saja. Tapi juga, keadaan seperti malam pertama yang dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru menikah.
Kemudian tangan kanan Juna mulai terulur ke arah Kristal. "Kemarilah, aku ingin melihat lebih jelas istri pemberaniku," perintah Juna.
Dari sekian banyaknya wanita perawan yang pernah menjadi korban Juna, baru kali ini pria itu merasa tertarik dengan calon korbannya. Hanya tertarik. Karena Juna yakin, setelah mereka melakukan hubungan intim, Juna akan kembali seperti semula.
"Lima ratus juta," ucap Kristal.
Hening sejenak, ketika Kristal mengucapkan harga yang dia patok untuk tubuhnya. Atau lebih tepatnya, untuk keperawanan yang akan dia serahkan pada pria di depannya. Meskipun dalam cahaya remang itu, memperlihatkan siluet tubuh atletis milik Juna. Tapi, Kristal tidak tau paras Juna tergolong jelek atau sangat jelek. Jadi, sebelum melakukan transaksi, lebih baik Kristal langsung mengatakan keinginannya.
"Lima ratus juta? Hanya untuk wanita sepertimu?"
Kristal sama sekali tidak tau, berapa harga tertinggi untuk sebuah kesucian yang diambil oleh 'pemesan'. Bahkan Novalia saja memberikan kesuciannya secara cuma - cuma. Hanya saja, saat ini Kristal sangat membutuhkan uang, untuk bisa mengambil sertifikat rumahnya dari Bank Merdeka. Jadi, Kristal harus bisa memenangkan taruhan ini.
"Kalau tidak mau. Aku akan pergi," tegas Kristal yang begitu berani.
"Sombong sekali. Kalau begitu, kita lihat, apa lima ratus juta milikku, sepadan dengan barang yang kamu sodorkan padaku?"
Meskipun Juna tidak suka ada orang yang lebih sombong darinya, tapi dia masih merasa penasaran dengan barang ditawarkan oleh Kristal. Apalagi, Kristal benar - benar berperilaku seperti sosok yang dia inginkan, pengantin baru yang suci. Tidak lupa dengan getar langkah Kristal yang bisa ditangkap oleh Juna.
Sampai di depan Juna, tangan Juna menyentuh kerudung putih itu, menariknya ke atas hingga membuat Juna bisa melihat mata hitam pekat yang sangat dia inginkan, ditambah lagi sorot pemberani yang akhirnya membuat Juna tersenyum.
"Jangan menyesal, kalau setelah ini kau akan membenci aku, istri satu malamku," ucap Juna.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top