Bab 2
Selamat Membaca
"Bawakan aku wanita perawan! Hanya perawan! Apa kamu sudah bosan hidup?"
Tangan Juna mencengkeram kuat leher asistennya yang bernama Arif. Tidak ada rasa kasihan melihat asistennya kesakitan, merasakan cengkeraman tangan miliknya terus mengikis pasokan udara pria itu. Karena, melihat kesengsaraan orang di bawah kuasanya, menjadi kesenangan tersendiri bagi Juna.
"Ma--af, Pak, tapi--" ucap Arif terbata-bata, kesulitan mengucapkan permintaan maaf yang tidak bisa menurunkan amarah sang bos.
"Hanya setiap tanggal 2, tapi kamu cuma bisa bilang maaf?"
Arif bergetar ketakutan, dia tidak menyangka kalau bos yang selama ini selalu baik dan bijaksana di setiap urusan pekerjaan. Bahkan semua orang begitu menyanjung kebaikan bos itu, tapi ternyata ... dibalik semua itu, ada sisi yang tidak bisa diperlihatkan di depan publik. Sisi gelap dari orang yang selama ini menilai, kalau uang bisa membeli segalanya. Segalanya.
Sebelumnya, ketika mereka berada di Jakarta, Arif memiliki koneksi untuk selalu mendapatkan pesanan yang diinginkan oleh Juna. Karena memang Arif besar dan kuliah di Jakarta, jadi sangat paham dengan dunia prostitusi di kota besar sana. Tapi, lain halnya dengan Semarang, kota yang beberapa hari ini baru Arif datangi.
"Ini di Semarang, Pak," ingat Arif.
Detik itu juga Juna melempar tubuh Arif seperti sebuah barang rongsok yang tidak memiliki harganya. Tapi Arif tidak peduli, karena dia lebih peduli untuk menghirup rakus udara di sekitarnya. Dia butuh oksigen banyak - banyak, takut kalau dia akan kembali dicekik seperti tadi.
"Sampai nanti malam kau tidak menemukan perawan untukku. Aku akan memastikan besok hari terakhirmu bekerja di Orlando Jaya Perkasa."
"Jangan Pak! Cicilan rumah dan cicilan mobil belum lunas."
"Kalau begitu, kerjakan tugasmu dengan benar," perintah Juna dengan nada santai.
Setelah itu, tanpa pamit, Arif memilih untuk pergi. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, artinya dia tidak memiliki banyak waktu untuk mencari pesanan Juna. Apalagi, wanita perawan yang dipesan oleh Juna bukan sembarang wanita, artinya ada ciri khusus yang wajib dimiliki oleh wanita itu. Ciri itu yaitu, memiliki mata dengan pupil hitam pekat.
***
"Ya Allah, turunkan uang seratus juta padaku," mohon Kristal.
Tapi, bukannya yang diterima oleh Kristal uang seratus juta, ternyata hanya seratus ribu dari wanita yang tadi malam, membuat Kristal sangat kecewa padanya. Novalia berdiri di depan Kristal dengan begitu santainya, sambil membawa map plastik berwarna merah muda, yang sepertinya berisi syarat - syarat untuk pendaftaran Kerja Praktik di Lapangan.
"Ngapain di sini? Mau nawarin tadi malam?" tanya Kristal dengan nada tidak suka, sambil tangannya menyimpan uang berwarna merah itu ke dalam tas.
Novalia yang melihat itu, sedikit terkekeh, meskipun Kristal marah sekalipun, tapi temannya itu tidak akan membuang kesempatan untuk dapat uang.
"Aku kesini cuma mau minta anterin ke TU, buat ambil surat yang harus aku kirim ke perusahaan," ucap Novalia.
"Sama yang lain aja. Aku sibuk," balas Kristal memilih untuk bangkit dari kursi taman sebelah gedung fakultasnya.
"Anak - anak lain udah balik, Kristal. Ayolah, cuma anterin," mohon Novalia.
"Nggak. Aku mau cari pinjaman," tegas Kristal.
"Kris, seratus juta itu nggak sedikit. Kamu kira, ada orang bodoh yang mau minjamin uang cuma - cuma sama mahasiswa pengangguran seperti kita?"
Ucapan Novalia berhasil memberi tamparan tidak kasat mata pada wajah Kristal. Uang seratus juta, yang bahkan Kristal saja belum pernah melihatnya secara langsung, itu jumlah yang sangat banyak. Orang - orang masih memiliki hubungan darah dengan Kristal, seperti bude dan pakde aja, mereka lebih menyarankan agar Kristal membiarkan rumah Kristal diambil oleh bank. Mereka juga justru menyalahkan Kristal yang percaya dengan Pak Suyadi.
Andai saja Kristal bukan orang yang perasa, yang menganggap kalau pemberian orang tua adalah hal yang harus dijaga. Sudah pasti Kristal akan memilih jalan untuk melepas rumah itu. Sayangnya, hati dan pikiran Kristal begitu kompak, untuk berusaha mempertahankan rumah itu.
"Kalo pada akhirnya harus jual diri, nggak sekalian aja kamu kasih aku lima ratus juta?"
Mendengar ucapan Kristal yang sepertinya sudah mulai termakan dengan rayuan nikmat dari Novalia. Wanita yang memiliki rambut yang menyentuh bahunya, dia semakin yakin kalau Kristal akan segera masuk dalam dunia miliknya.
"Aku nggak tau harga tertinggi seorang gadis, karena dulu aja aku kasih kegadisanku secara gratis," jelas Novalia.
"Hah? Maksud kamu?"
"Aku ML sama mantan pacarku, giliran udah dikasih, malah kabur," ucap Novalia jujur.
"Ya ampun, aku turut prihatin ya," kata Kristal yang tidak tau harus mengucapkan apa.
"Nah, makanya, dari pada kamu berakhir seperti aku, yang menjadi gadis bodoh karena menyerahkan kegadisan hanya demi cinta. Lebih baik, kamu gunakan kesempatan emas ini untuk mendapatkan harga yang sepadan."
"Seperti kamu? Aku aja nggak minat buat jalin hubungan sama cowok, buat apa juga menyerahkan kegadisan aku sama pacar yang tidak aku miliki?"
"Duh, Kris. Maksud aku, kalau nantinya kamu punya pacar, terus kalian khilaf sampai melakukan dosa. Mending, kamu jual aja kegadisan kamu sekarang, toh kalo masalah dosa, mau gratis atau dibayar, tetap dosa juga kok."
Kristal terdiam, lagi - lagi entah bagaimana ucapan Novalia terasa seperti benar. Jangankan melakukan hubungan intim, melakukan ciuman dengan lawan jenis dengan pasangan yang belum halal saja, itu sudah disebut dosa. Kemudian, meski sama - sama melakukan hal itu, tapi pihak wanita yang akan mendapat cap buruk. Padahal, tanpa adanya sosok pria, tidak mungkin hubungan intim bisa tercapai. Sungguh dunia yang aneh.
"Yaudah. Aku mau pergi," ucap Kristal.
"Hm? Ke mana?' tanya Novalia bingung.
"Mau ke makam bapak, mau bilang kalo hutangnya bakal aku bayar dengan dosa yang sama, seperti bapak lakukan sama pacarnya," ucap Kristal santai.
"Astaga. Bapak kamu bisa bangkit dari alam kubur, Kris. Udah mending kamu pergi sama aku aja," ajak Novalia, yang langsung menggandeng tangan Kristal.
"Kalo langsung bangkit, itu lebih bagus. Jadi biar bapak aja yang ngurus hutangnya," ucap Kristal yang lebih senang kalau Pak Suyadi bangkit dari alam kubur.
"Iya. Habis itu ada video viral pocong keluar dari kuburan? Hih serem. Mending kita ke ruang TU dulu, habis itu langsung ke Paragon," saran Novalia.
"Buat apa?"
"Ya shopping dulu dong. Kamu juga perlu dipermak, biar kamu beneran bisa dapat lima ratus juta. Ingat ya, target malam ini harus lima ratus juta, jadi kamu tidak harus pusing mikirin hutang milik bapak kamu."
Kristal mengangguk pasrah, meski dia sendiri tidak begitu paham dengan dunia prostitusi. Tapi, Novalia tidak mungkin membohongi Kristal kan?
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top