Bab 19

Selamat Membaca

"Cemburu?" tanya Kristal

"...." Juna tidak mengatakan apa - apa, pria ini lebih senang menikmati reaksi wajah Kristal, yang terlihat tidak senang dengan pembicaraan mereka.

"Dengar, Pak. Aku masih sangat sadar, untuk hidup nyaman sebagai mahasiswa biasa saja. Jadi, jangan tarik aku dalam kehidupan 'old money' seperti bapak," ucap Kristal.

Bagi Kristal, yang sudah pernah mengalami memiliki hutang senilai lima ratus juta. Tentu saja, hal itu mampu menciptakan mind set bahwa uang adalah sumber masalah. Kristal tidak ingin terjerumus dalam kehidupan orang kaya, yang memiliki banyak ranjau di dalamnya.

Jadi, dari pada mengharapkan hal yang tidak pasti. Lebih baik Kristal fokus dengan kuliahnya, dan mencari pekerjaan di luar negeri. Agar kelak, ketika dia sudah tua, dia hanya perlu menggunakan uang pensiun miliknya untuk masuk ke panti jompo. Berkumpul dengan sesama orang tua, bermain, dan tidak perlu memikirkan masalah lain.

Sederhana sekali bukan keinginan Kristal?

Untuk itulah, meski di depan Kristal sekarang sedang berdiri pria paling tampan yang pernah Kristal lihat. Selain tampan, dompet pria itu juga sangat tebal, karena berani membeli keperawanan Kristal senilai lima ratus juta. Tapi tepat saja, Kristal akan mencoba untuk teguh dengan prinsipnya.

Kemudian, Kristal pun memilih berjalan meninggalkan Juna. Dia ingin mendatangi kasir, untuk mengambil barang yang sudah dibelikan oleh Juna. Kesempatan mendapatkan barang gratis, harus tidak boleh terlewatkan.

"Kenapa? Kenapa kau tidak tertarik dengan kehidupan aku? Bahkan kamu datang padaku saja, itu karena uang kan? Tapi kenapa sekarang kamu menghindar?"

Ucapan Juna berhasil menghentikan langkah Kristal, wanita itu terdiam sejenak. Sampai akhirnya Juna harus melangkah mendekati Kristal, kembali berdiri di depan wanita yang sangat angkuh ini. Karena semakin besar penolakan yang diberikan Kristal, semakin meluap hasrat Juna untuk menyeret Kristal ke dalam hidupnya.

"Kenapa, Kristal?" tanya Juna lagi.

"Iya. Aku akui, aku mendatangi kamu karena uang milik kamu. Tapi, untuk menjadi bagian hubungan yang nantinya menciptakan rasa cemburu... lebih baik aku mundur. Karena selain uang, cinta juga membawa masalah dalam hidupku," jelas Kristal.

Kristal sudah tidak peduli lagi dengan kelanjutan hubungan yang belum tercipta ini. Tapi yang pasti, meski apapun yang terjadi, lebih baik sekarang Kristal pulang lebih dulu. Mengamankan prinsip miliknya, agar tidak tergiur dengan godaan dari pria kaya seperti Juna.

"Pak, apa bapak ingin mengantar Nona?" tanya pengawal milik Juna.

"Tidak perlu. Tapi, pastikan salah satu pengawal, mengikuti dia," perintah Juna.

***

Pagi hari yang cerah, untuk jiwa pencari uang seperti Kristal. Kristal melipat mukenah yang sebelumnya dia pakai, sebelum kemudian dia menatap ke arah papan yang baru selesai dia pesan. Ada tulisan "Terima Kos Putri".

Karena rumah besar ini, membutuhkan makan seperti kebutuhan listrik, air, dan iuran komplek. Jadi, Kristal pun memilih untuk membuka kos khusus untuk perempuan saja. Sekalian dia juga bisa mendapatkan teman untuk tinggal di rumah besar ini.

Kemudian Kristal pun membawa papan kayu itu ke depan pintu gerbang, berencanan untuk memasangnya di depan gerbang. Namun, begitu sampai ternyata ada Adrian yang baru saja menghentikan motornya di pinggir jalan. Kristal pun menghentikan rencananya sejenak.

"Ini masih pagi, Adrian. Ngapain kamu datengin rumah cewek sepagi ini?" tanya Kristal.

"Kamu sendiri mau ngapain, bawa tangga sendirian?" balas Adrian, yang langsung membantu Kristal membawa tangga.

"Aku mau pasang papan, mau buka kos-kosan di rumah," ucap Kristal sambil menunjukkan papan kayu.

"Nggak terima kos putra juga? Lumayan, aku bisa pindah ke sini," saran Adrian.

"Nggak!" tegas Kristal.

Kristal masih mengingat dengan jelas, bagaimana aroma tempat kontraka milik Adrian dan teman-temannya. Kemudian, Adrian menyarankan kalau Kristal harus membuka kos putra? Bisa pingsan kalau Kristal harus menghirup aroma apek itu setiap saat.

"Hahaha. Yaudah sini papannya, biar aku yang manjat," ucap Adrian.

Kristal memberikan papannya tepat setelah Adrian sudah berada di atas. "Nah di situ aja," perintah Kristal.

"Tapi emang ada kamar berapa di dalam? Biar aku bantu promo ke anak - anak juga," ucap Adrian.

"Cuma ada 3 kamar kosong," ucap Kristal.

Setelah memasang papan kayu, Adrian pun kemudian turun dari atas tangga. Pria itu melipat tangga besi itu, dan membawa masuk ke dalam.

"Ehhh, nggak usah Adrian. Kamu bawa motor kamu masuk aja, nanti langsung ke ruang tamu sendiri bisa kan?" pinta Kristal yang merebut tangga besi itu.

"Aku cowok, Kristal," ucap Adrian.

"Iya. Dan aku cewek, Adrian. Jadi tolong kamu bawa motor kamu masuk aja. Aku nggak lihat kasus kehilangan motor," ingat Kristal.

"Hahaha. Yaudah, kamu bawanya hati - hati," ucap Adrian.

Beberapa menit setelah Kristal menyimpan tangga besi di gudang, dan Adrian sudah menaruh motornya di dalam halaman rumah. Kini Adrian masuk ke dalam rumah Kristal, dan terkejut dengan paper bag bertuliskan Chanel. Adrian sangat paham, kalau Kristal belum memiliki uang yang cukup untuk membeli barang mewah itu.

"Kamu habis belanja?" tanya Adrian.

Kristal meletakkan es teh yang baru saja dia buat, dan juga ada sepiring omlete mie yang masih panas ke atas meja. Dia kemudian mengambil paper bag yang belum sempat dia simpan ke dalam kamar.

"Iya. Karena orang itu merusak gaun aku, jadi aku meminta ganti padanya," jawab Kristal.

"Kamu dianiaya di kantor?"

"Apaan sih, Adrian. Jangan berburuk sangka, rusak bukan berarti karena aku dianiaya. Jadi, sekarang lebih baik, kamu membuka laptop kamu, okay?" pinta Kristal yang kemudian harus pergi dulu.

Adrian masih penasaran, tapi mengingat tugas yang harus segera mereka kumpulkan, akhirnya pria itu memilih untuk membuka laptop. Sambil menunggu Kristal yang harus masuk ke kamar dulu.

Tidak berapa lama, Kristal muncul dengan rambut yang diikat tinggi seperti baru selesai mandi. Ada aroma sabun yang cukup jelas di penciuman Adrian. Di tambah lagi, leher jenjang Kristal tampak begitu terekpos, sampai Adrian akhirnya melepas jaket dan melempar ke Kristal.

"Pakai baju yang bener. Aku juga cowok normal, dodol!" kesal Adrian.

Tapi bukannya marah, Kristal justru memakai jaket pemberian Adrian. "Makasih, tau aja aku kedinginan. Harusnya tadi aku mandi pakai air hangat aja," jelas Kristal.

Kristal duduk di samping Adrian, mulai mengerjakan soal yang mereka dapatkan. Suasana terasa sepi karena dua orang ini terlalu larut dengan soal tugas itu, hingga tidak menyadari dengan jarak di antara mereka yang sudah begitu menipis.

"Dri, soal yang ini gimana?" tanya Kristal menoleh ke arah Adrian.

Dan benar saja, begitu Kristal menoleh, hal pertama yang dia terima adalah kecupan dari Adrian. Bibir mereka menyatu, membuat Kristal bisa merasakan hangatnya bibir Adrian. Kemudian entah setan dari mana, Kristal memiringkan wajahnya, bersaman dengan bibirnya yang mulai bergerak. Pria kedua yang berciuman dengan Kristal.

"EHEM!!!"

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top