Bab 17
Belum tiga puluh menit Kristal pergi dari Rumah sakit Telogorejo menuju ke Perumahan Genuk Indah. Karena dia harus kembali bekerja bersama Adrian. Tapi ternyata, dia dapat panggilan dari Pak Arif.
"Halo, Kristal?"
"Iya, Pak Arif. Ada apa ya, Pak?" tanya Kristal.
Kristal memberikan helm miliknya pada Adrian. Adrian yang mendengar Kristal sedang menerima panggilan dari Pak Arif. Pria itu pun tidak langsung masuk ke rumah kontrakan. Dia menunggu Kristal.
"Kamu bisa ke kantor sekarang?"
"Ada apa ya Pak?" tanya Kristal sedikit cemas.
"Pak Juna akan melakukan rapat, dan beliau ingin mahasiswa magang juga ikut berpartisipasi," jelas Pak Arif.
"Tapi bukankah mahasiswa magang itu orang luar, Pak? Kenapa kami harus ikut?" curiga Kristal.
"Mungkin rapat kali ini tidak begitu pribadi? Jadi bagaimana?"
"Saya akan ke sana, Pak."
Setelah itu, Kristal segera menutup panggilan. Wanita itu mengambil helm miliknya lagi dari tangan Adrian. Adrian yang memahami itu, dia segera memakai helm miliknya lagi.
"Balik ke proyek?" tanya Adrian.
"Iya, ada rapat malam. Nanti aku baliknya bareng Novalia aja," jelas Kristal.
"Yaudah. Tentang tugas, bisa kita kerjain besok," ucap Adrian.
***
"Bisa kamu jelaskan, amplop apa yang kamu berikan pada Kristal?" perintah Juna pada Arif.
Tadi sore, Juna melihat Arif memberikan amplop putih, yang biasanya digunakan untuk memberikan uang atau gaji karyawan. Juna yang melihat itu pun, tidak bisa menahan ras penasaran atas tindakan Arif.
"Kemarin sore, Kristal diperintah untuk membeli kopi St.Bucks sebanyak 6 gelas. Dan kami lupa memberikan uang pada Kristal, sampai Kristal harus meminjam uang pada pacarnya, untuk bisa membeli kopi," jelas Arif.
Arif masih menundukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap ke arah bosnya. Karena Juna dikenal sangat bijaksana, dan membeli hal yang mengarah pada penindasan. Sedangkan apa yang dialami oleh Kristal kemarin, bisa disebut sebagai penindasan.
"Itulah kenapa saya memberikan uang lebih, sebagai ganti permintaan maaf dari kami," lanjut Arif.
Di sisi lain, Juna sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Arif. Pasalnya, terakhir kali Juna menyentuh Kristal di malam pertama mereka. Juna juga memberikan uang yang bisa dibilang, itu sangat banyak. Lima ratus juta hanya untuk satu kegiatan di atas ranjang. Karena begitu Juna bangun saja, Kristal sudah tidak ada di sampingnya.
Makanya dia tidak bisa meminta jatah tambahan. Terus? Hanya untuk 6 kopi saja, kenapa bisa Kristal harus meminjam uang dari bajingan brengsek itu?
"Berikan seluruh informasi tentang Kristal. Entah itu orang tua, teman, atau kuliahnya. Juga semua kegiatan perbankan milik wanita itu," perintah Juna.
"Pak? Apa kita tidak terlalu berlebihan? Kristal hanya mahasiswa biasa, Pak," ingat Arif pada Juna.
"Besok sore harus sudah ada di meja saya," lanjut Juna.
"...." Arif bisa merasakan tumpukan tugas miliknya semakin menggunung di atas tubuhnya. Padahal, dia kira dengan menjelaskan kejadian kemarin, Pak Bos tidak akan memberi tugas tambahan. Kalau seperti ini, Arif jadi menyesal karena harus berurusan dengan Kristal.
Beberapa saat kemudian, di ruang rapat. Kristal dan Novalia duduk di kursi paling belakang, mereka bisa melihat ada tim pelaksana yang tadi mereka temui di proyek. Suasana di ruang rapat yang sempat berisik karena menyiapkan dokumen. Secara cepat berubah menjadi sunyi, tepat ketik pintu di buka.
Di depan sana ada Arif dan Juna, yang baru saja memasuki ruangan. Juna terlihat memberi sorot tegas, dengan wibawa sebagai sosok bos. Kristal yang biasanya melihat sosok Juna yang suka merayu dirinya, tapi sekarang berubah menjadi bos dingin.
Entah kenapa hal itu membuat Kristal tersenyum. Dan ternyata, Mbak Dwi menangkap kejadian itu. Wanita itu jadi merasa jijik dengan tingkah Kristal yang menggoda bos muda mereka.
"Halo, apa kabar malam ini? Kali ini, saya ingin membahas tentang pekerjaan pengecoran di proyek gedung rehabilitasi rumah sakit Telogorejo Semarang," ucap Pak Arif.
"Langsung saja, saya ingin tahu kemajuan pekerjaan pengecoran di lantai atas. Apakah sudah selesai?" tanya Pak Juna.
Kristal mengerutkan keningnya, sampai membuat alisnya hampir menyatu menjadi satu garis. Pertanyaan Juna tidak mencerminkan kalau pria itu ikut mengawasi pengecoran tadi. Padahal, sudah jelas tadi Kristal dan Juna berada di lantai 5, untuk melihat langsung jalannya pengecoran tadi sore. Apakah mungkin Juna datang secara diam – diam?
"Belum, masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Saat ini, kami sedang menyelesaikan pengecoran tiang-tiang struktural dan plat lantai," balas Pak Arif, sambil menunjukkan gambar pengecoran tadi sore.
"Bagus! Apakah ada masalah atau kendala yang muncul selama proses pengecoran tersebut?" tanya Pak Juna.
"Sebenarnya, ada sedikit kendala dengan cuaca yang tidak menentu. Hujan beberapa hari terakhir menghambat proses pengecoran. Namun, kita berhasil menyesuaikan jadwal dan memaksimalkan waktu ketika cuaca memungkinkan," jelas Mbak Dwi yang kini ikut membalas pertanyaan Pak Juna.
"Apakah ada langkah apa pun yang diambil untuk memastikan kualitas pengecoran? Mbak Kristal silahkan beri kami saran," pinta Pak Juna.
Kristal melirik ke arah Pak Arif, karena pria itu seperti sedang mengerjainya. Sebab tadi Pak Arif bilang, Kristal hanya akan datang sebagai pengamat. Terus kenapa sekarang Kristal justru harus memberikan saran?
"Pak, biar saya yang menjawab---" ucapan Pak Arif dipotong dengan tangan Juna yang menginterupsi.
"Maaf sebelumnya. Jika saran dari saya berbeda dengan pendapat Bapak dan Ibu di sini. Hal pertama yang perlu di perhatikan adalah, memastikan bahwa persiapan dan persyaratan pra-pengecoran terpenuhi, dari penempatan bekisting hingga pemasangan besi tulangan. Selain itu, kita juga melakukan uji kualitas beton sebelum pengecoran dilakukan dan terus memantau proses pengecoran dengan cermat," jelas Kristal yang mengingat ucapan Juna, bahwa sebelum melakukan pengecoran harus melakukan uji slump lebih dulu.
Seolah belum puas, Juna kembali melayangkan pertanyaan yang lebih sulit. "Itu sangat penting. Terus, apa saja yang dilakukan pada proses manajemen waktu agar proyek dapat berjalan tepat waktu?" tanya Pak Juna.
Seluruh orang yang berada di ruang itu, semakin merasa penasaran dengan kemampuan analisis Kristal. Apalagi, pertanyaan dari Juna bisa dikatakan cukup sulit, untuk mahasiswa yang baru magang. Kecuali, jika mahasiswa itu sudah mengalami kerja praktik sebelumnya.
"Untuk melakukan proses manajemen waktu, kita bisa melihat target pengecoran. Setelah itu, pembagian tugas pada pekerja, dari mulai pemasangan bekesting, pemasangan besi, hingga akhirnya bisa dilakukan pengecoran. Setelah itu, dibagi lagi, di titik mana saja, mereka harus bekerja sesuai dengan tiga poin itu," jelas Kristal.
Juna menganggukkan kepalanya.
"Tapi, meski kita sudah memiliki jadwal pekerjaan, tetap kita harus tetap mengantisipasi adanya faktor lain, seperti cuaca dan kemungkinan masalah teknis yang muncul, Pak," ingat Kristal.
Mendengar jawaban itu, semua orang yang ada di ruangan mengangguk setuju. Ternyata meski Kristal baru beberapa hari melakukan kerja praktik, tapi wanita itu bisa memahami jalannya pekerjaan di lapangan.
Sedangkan Juna sendiri, ingin rasanya dia menampilkan senyum atas apa yang telah Kristal pahami. Pria itu ingin memberi apresiasi pada kemampuan Kristal. Namun, dia tidak bisa melakukannya, karena dia tidak mau dianggap bos yang memberi perhatian berlebih pada anak buahnya.
"Saya mengerti. Apakah ada hal lain yang perlu diketahui atau perhatikan dalam pekerjaan pengecoran ini? Pak Arif?" tanya Pak Juna yang sekarang menatap ke arah Pak Arif lagi.
Jujur saja, meski Juna tampak dari luar menatap tajam ke arah Kristal. Tapi pria itu merasa bangga, karena istri satu malamnya, mampu memberikan jawaban yang tepat.
"Ya, selain memastikan kualitas dan kuantitas beton yang tepat, penting juga untuk mengatur aliran lalu lintas di sekitar area pengecoran dan menjaga keamanan para pekerja. Kami juga harus memperhatikan kebersihan dan pengelolaan limbah yang dihasilkan selama proses pengecoran."
"Saya menghargai informasinya. Terima kasih atas pembaruan mengenai pekerjaan pengecoran. Semoga semuanya berjalan lancar dan proyek dapat selesai sesuai jadwal," ucap Pak Juna.
"Terima kasih! Kami akan terus bekerja keras untuk mencapai hasil yang terbaik. Jika ada perkembangan lain dalam pekerjaan pengecoran, saya akan segera memberitahumu."
"Baik, terima kasih. Kalian bisa kembali bekerja sesuai shift kalian," perintah Pak Juna.
Rapat pun selesai, semua orang mulai kembali bekerja sesuai shift mereka. Beberapa ada yang langsung pulang ke rumah, ada yang harus kembali ke proyek untuk mengawasi jalannya pekerjaan. Namun, lain halnya dengan Kristal yang harus terperangkap di ruang yang sama dengan Juna. Kristal melirik ke arah Juna yang belum juga keluar dari ruang rapat. Padahal Kristal kira tadi sudah tidak ada orang.
"Harusnya aku nggak masuk ke sini," batin Kristal.
"Mau sembunyi sampai kapan, istriku? Apa kau tidak lelah duduk di bawah?" tanya Juna tiba – tiba.
Ketahuan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top