Bab 15
Selamat Membaca
"Apaan sih Nov!" Kesal Kristal pada sahabatnya, yang memberikan kopi dingin tepat di pipi Kristal.
"Hahaha. Habisnya, dari tadi pagi sampai siang, kamu ngantukan terus," protes Novalia sambil memberikan kopi dingin pada Kristal.
Melihat merek kopi yang tercetak jelas di gelas plastik itu. Membuat Kristal merasa 'sayang' untuk menikmati minuman, yang senilai 3 kali makan dalam satu hari. Ternyata, memang selama ini, tanpa sadar Kristal juga menikmati minuman mahal itu.
"Kenapa lagi sekarang?" tanya Novalia yang heran dengan sikap Kristal.
"Nggak papa. Aku Cuma merasa sayang buat minum minuman semahal ini," jujur Kristal.
"Mahal? Emang kamu pernah beli sendiri?" tanya Novalia.
Selama ini, selama Novalia kenal Kristal dari jaman sekolah dasar. Sahabatnya itu dikenal sangat perhitungan dalam menghabiskan uang. Bahkan ketika mereka beli jajan saja, paling mahal hanya di burger dan ayam goreng. Itupun Kristal mau beli di sana, karena dua jenis makanan itu bisa memberi rasa kenyang. Dan tentu saja, mereka datang hanya ketika masa promo saja.
"Iya, kemarin. Aku disuruh beliin anak kantor St.Bucks," ingat Kristal.
"Anak kantor bilang gitu?" ucap Novalia terkejut.
"Iya. Beruntungnya kemarin ada Adrian, makanya aku bisa memberi 6 gelas St.Bucks."
"Demi? Emang anak kantor nggak tau, kalo kamu Cuma mahasiswa magang?"
"Kayaknya tau, soalnya dia aja sampai bilang hari pertama aku udah ikut Pak Bos."
"Ya kalo udah tau. Kenapa malah nyuruh? Ehh tunggu, habis itu uangnya diganti nggak? Adrian itu perhitungan loh kalo soal uang. Kayak kamu," ingat Novalia tentang sikap Adrian yang sama – sama perhitungan seperti Kristal.
"Soal itu ... Kayaknya nggak deh."
"Kake'ane!! Itu namanya pemerasan! Ya ampun Kris, kita harus lapor sama Pak Arif. Biar mereka nggak bikin lagi!"
"Nggak! Jangan! Kamu mau, masalah makin runyam?"
"Runyam gimana coba? Kita tinggal lapor sama Pak Arif, nggak perlu ada yang ditutupi, habis itu...."
"Habis itu kehidupan magang aku bakal penuh drama? Haduuuh Nov, pliss. Masalah ini kita tutup aja ya," pinta Kristal.
Kemudian, saat Novalia akan membalas ucapan Kristal. Tiba – tiba saja, seorang wanita yang biasanya memakai kemeja flannel biasa, dengan celana jeans. Kini terlihat memakai setelan blush dengan bawah rok, yang memiliki merek Channel. Wanita itu secara mengejutkan, duduk di samping Novalia.
"Thanks ya, Nov," ucap Vera.
"Apa nih? Kamu menang lotre atau habis jual saham?" tanya Kristal, yang terkejut melihat penampilan Vera.
"Well, ini semua berkat Novalia. Kalo kamu mau kayak aku, pinta aja pekerjaan sama Novalia. Yaudah ya, aku naik ke atas dulu," ucap Vera.
Novalia terdiam melihat kepergian Vera, yang dia yakini wanita itu akan pergi naik ke lantai atas. Tadi malam, Arif menghubungi dia, meminta untuk dikirimkan seorang wanita perawan lagi. Novalia kira, wanita perawan itu akan bermain dengan Arif. Tapi, begitu melihat hasil yang didapatkan oleh Vera. Sudah dapat dipastikan, kalau Vera pasti bermain sama Juna.
"Kris, Pak Juna masih ganggu kamu nggak?" tanya Novalia.
"Hm? Sejak kemarin belum ketemu sih. Mungkin sudah nemu yang baru? Atau udah bosan sama aku," jawab Kristal santai.
Ada rasa lega, begitu mendengar ucapan Kristal. Padahal, melihat kondisi Juna yang hanya bermain dengan wanita perawan, dan sepertinya bukan hanya satu wanita perawan saja. Sudah dapat dipastikan, kalau Juna hanyalah pria hidung belang.
Jadi, sebelum melangkah lebih jauh, yaitu sebelum Kristal terjerat dalam pesona pria itu. Alangkah baiknya, Kristal jangan berdekatan dengan pria itu. Lebih bagusnya, kalau memang benar Juna sudah bosan dengan Kristal.
"Terus, hari ini kamu disuruh ngerjain apa?" tanya Novalia.
"Nanti sore Pak Arif mau ngajak aku keliling. Mau lihat proses pengecoran plat lantai di lantai 5," ucap Kristal.
"Bagus deh. Soalnya, hari ini aku gantian di kantor," ucap Novalia.
***
Sore ini, karena Kristal harus berada di lapangan. Sepasang kakinya sudah memakai sepatu safety, kemudian tidak lupa dia memakai rompi dan juga helm pada kepalanya. Dia sudah berada di lantai 5, menunggu kedatangan Pak Arif yang tumben belum juga datang.
Sambil menunggu, Kristal memilih melihat pekerja yang sedang sibuk memasang alat pompa cor beton.
"Ternyata, kalau mau ngecor bagian atas, ada alat tambahan lagi," ucap Kristal, kemudian menulis di buku kecil yang dia bawa.
Meski di kampus, Kristal menguasai materi hitung – hitungan seperti Struktur Baja hingga Struktur Beton. Tapi, dalam persoalan praktek lapangan, Kristal belum paham. Dia justru merasa tukang di lapangan lebih paham dibanding dirinya. Tapi, dengan adanya kegiatan ini. Kristal yakin, dia akan bisa memahami praktik di lapangan. Sebagai bekal ilmu yang akan dia gunakan saat bekerja.
"Sepertinya udah mau mulai, aku ke sana aja deh," ucap Kristal.
Genggaman tangan dari Juna, berhasil menghentikan langkah yang sempat diambil oleh Kristal. Meski Kristal tidak melihat wajahnya, tapi dia masih mengenal goresan tangan Juna pada tubuhnya.
"Mau ke mana?" tanya Juna.
"Aku mau lihat lebih dekat, Pak," ucap Kristal.
"Kamu hanya akan mengganggu mereka. Jadi tunggu di sini bersama saya," perintah Juna.
"Tapi, saya hanya ingin mencari Pak Arif, Pak," balas Kristal, yang sebenarnya ingin kabur dari Juna.
"Arif ada di bawah. Dia harus melakukan slum test lebih dulu, untuk memastikan kalau beton yang kami pesan dan yang kami terima, memiliki karakteristik yang sama," jelas Juna.
"Jadi gunanya slump test di lapangan itu seperti itu?"
Di praktik teknologi beton konstruksi, saat itu sebelum Kristal memasukkan adonan beton ke dalam cetakan. Kristal diminta untuk memasukkan adonan beton ke dalam slump, wadah berbentuk kerucut yang memiliki lubang di bagian atas dan bawah.
Uji slump saat itu dilakukan, untuk melihat apakah adonan beton yang dibuat, memiliki tingkat kekentalan yang sesuai dengan prosedur, atau belum. Karena jika tidak memenuhi standar yang ditetapkan, maka harus membuat ulang lagi.
"Kalau kamu belum paham cara kerja di lapangan, kenapa kamu tidak menunggu di bawah saja?" ucap Juna yang gemas dengan sikap Kristal.
"Besok masih ada pengecoran kan, Pak?" tanya Kristal.
"Nanti malam juga masih ada. Mau ikut melihat uji slump lagi?" tawar Juna.
"Nanti malam?" ulang Kristal
Sebenarnya Kristal ingin melihatnya, tapi masalahnya dia memiliki jadwal kerja dengan Adrian. Sudah ditetapkan, kalau Kristal dan Adrian akan bekerja mengerjakan setiap tugas, ketika mereka selesai melakukan kegiatan magang. Itu artinya hanya ketika malam hari saja. Jadi, sudah pasti Kristal tidak akan bisa menerima tawaran Juna.
"Kenapa? Apa kamu memiliki janji dengan pacarmu?" tanya Juna yang terdengar sinis.
"Pacar? Bapak udah ketemu Adrian kemarin?" tebak Kristal.
"Oh jadi bajingan itu namanya Adrian?"
Kristal langsung melihat ke sekitar, beruntung suara pengecoran begitu keras. Jadi tidak ada yang mendengar ucapan Juna yang sangat kasar.
"Namanya Adrian! Dan dia bukan bajingan. Bahkan dia selalu memastikan hubungan kami aman, tanpa adanya sentuhan yang menjurus seks!"
"Oh, sekarang kamu membanding – bandingkan aku dan bajingan itu?!"
"Buk---"
Belum sempat Kristal menjawab, tubuhnya secara kasar didorong ke dinding. Sudut tempat yang begitu gelap, dan tidak ada orang selain mereka berdua. Juna membungkus bibir Kristal dengan begitu kasar, dan sangat rakus. Kristal mencoba memberontak, logikanya memberi perintah untuk segera menghentikan tindakan Juna. Namun, ketika mulut Kristal terbuka, itu menjadi kesempatan Juna untuk melilit lidah Kristal.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top