Bab 14

Selamat Membaca

"Bawa wanita perawan ke sini!"

 "Sekarang Pak?" 

"Kamu mau dipecat!?" 

Arif menggeleng cepat begitu mendengar bos-nya akan memecat dia. Hanya karena Arif baru saja menanyakan, yang menurutnya adalah hal yang biasa. Pasalnya, biasanya Juna akan memesan seorang wanita perawan, hanya ketika tanggal 2 di setiap bulannya. 

Kemudian, saat ini jarak antara Juna menggunakan Kristal untuk terakhir kalinya saja, hanya selang 2 minggu saja. Jadi, Arif pun bingung, kenapa bosnya meminta hal yang belum waktunya dijadwalkan? 

 "Masih belum pergi? Apa kamu benar-benar ingin dipecat? Ha!" Bentak Juna tampak tidak sabaran. 

"Tidak Pak. Tolong tunggu sebentar." 

Kemudian, Arif pun segera pergi keluar meninggalkan ruang kerja Juna. Meski Arif belum tau akan mencari ke mana wanita perawan pesanan bosnya. Tapi, Arif tetap akan mencoba, mungkin dia bisa bertanya pada Novalia lagi? 

*** 

Sejak Kristal bisa membelikan 6 kopi milik brand St.Bucks, sejak itu pula Kristal bisa pulang dari kegiatan magangnya. Kristal membonceng Adrian, duduk di atas motor sport merek Yamaha. Itu karena Adrian akan membawa Kristal ke base camp anak – anak yang bekerja seperti Adrian.

Tidak butuh waktu lama, dari Telogorejo sampai di Perumahan Genuk Indah. Di Semarang, selain Universitas Diponegoro yang banyak mencetak wisudawan teknik sipil terbaik, ada universitas sultan agung juga, yang bisa dijadikan pilihan ketika tidak lolos masuk di Perguruan Tunggi Negeri. 

Kemudian, di perumahan Genuk Indah, biasanya dihuni oleh mahasiswa dari Universitas Islam Sultan Agung. Seperti saat ini, motor merah milik Adrian memasuki halaman rumah. Di sana tidak ada mobil, hanya ada motor saja. 

"Kita nggak bakal kena grebek kan?" tanya Kristal. 

Adrian menggenggam tangan Kristal, membantu Kristal untuk turun dari atas motor itu. Kemudian setelah turun, Kristal melepas helmnya dan memberikan pada Adrian. 

"Kalo digrebek, tinggal jelasin aja kalo kita sedang mengerjakan tugas. Gampang kan?" jawab Adrian, yang selalu saja memberi jawaban pada Kristal. 

"Adrian apaan sih!!!" kesal Kristal. 

Melihat kedua pipi Kristal yang menggembung, mengerucutkan bibir mungilnya ke depan. Berhasil membuat tangan Adrian yang sudah gemas, akhirnya mengacak – acak pucuk kepala Kristal. 

 "Ayo masuk," ajak Adrian. 

Kristal pun hanya bisa mengikuti langkah Adrian, membiarkan tangannya terus digenggam oleh komting yang dikenal dingin itu. Rumah bertingkat dua ini, ternyata tidak sebegitu rapih seperti dalam pikiran Kristal. Kristal bisa menghirup aroma khas teman cowok, yang selalu menghabiskan di kamar pengap tanpa adanya aroma parfume. 

Demi uang yang ingin sekali Kristal miliki, Kristal ingin sekali menyemprotkan ruangan ini. Padahal, saat ini Kristal dan Adrian baru saja sampai di ruang tamu. 

 "Wiihhh, akhirnya kutub selatan bawa cewek juga," ucap seseorang yang baru keluar dari kamar. 

"Semar mesemnya berguna dong," celetuk orang yang sedang duduk di depan sofa, sambil menggambar menggunakan program gambar. 

Kemudian, bukannya membalas ucapan dua orang itu. Adrian memilih diam, dan hanya terus menggenggam tangan Kristal. Kristal sendiri entah sejak kapan, dia berjalan lebih dekat dengan Adrian. Seperti meminta perlindungan dari Adrian. 

"Hahaha. Ojo ngono to, mengko bocahe ora gelem rene meneh loh!" seru seseorang yang seperti adalah mahasiswa yang lebih tua. 

"Bang Dika, ijin bawa dia ke kamar ya," ucap Adrian. 

"Silahkan," ucap Dika. Begitu sudah mendapat ijin dari orang itu, Kristal dibawa ke dalam kamar milik Adrian. Dan ternyata, kamar Adrian tidak memiliki aroma khas seperti di ruang tamu. Kamar Adrian begitu rapih, dengan hanya ada aroma apel dari pewangi yang terpasang di kipas.

Meski Adrian dan Kristal berada di satu kamar yang sama, ternyata Adrian tetap membiarkan pintu kamarnya terbuka. Adrian seperti ingin memberi ruang nyaman, bagi Kristal yang memang tidak suka berduaan saja. 

"Kamu ngontrak di sini?" tanya Kristal. 

"Yap. Kamu duduk aja dulu, sambil nunggu aku buka laptop," pinta Adrian. 

Kristal pun akhirnya duduk di atas ranjang, karena memang di kamar itu hanya ada satu kursi belajar yang sedang digunakan oleh Adrian. Sambil menunggu, Kristal mencoba melihat buku – buku koleksi Adrian. 

 Di rak buku itu, ternyata banyak buku materi kuliah yang pernah Adrian tunjukkan pada Kristal. Kristal sampai menggeleng – gelengkan kepalanya. Meski Adrian memiliki tampang dan otak yang encer, ternyata pria itu tidak jauh seperti dirinya yang suka menyimpan buku materi kuliah.

"Nggak ada komik atau novel gitu, Dri?" tanya Kristal. 

"Nggak. Aku biasanya kalo bosan sama belajar, mending balapan," ucap Adrian. 

"Hehhh??" 

 Kemudian Kristal bangkit dari ranjang, dia mendekati tempat Adrian duduk. Di belakang Adrian, Kristal bisa melihat layar laptop Adrian memiliki banyak file 'pekerjaan' yang dia lakukan. Adrian sendiri tidak menyadari, kalau ternyata Kristal sudah berada di samping wajahnya. Mereka sama – sama melihat layar laptop, fokus dengan nama tugas yang akan Kristal kerjakan. 

"Kristal sini---" perintah Adrian. 

CUP. 

Baik Adrian dan Kristal, dua orang yang tidak pernah berdekatan lebih dari gandengan tangan. Secara mengejutkan, Adrian yang sedang menoleh untuk memanggil Kristal. Nyatanya, justru membuat membuat bibir Adrian bertemu sapa dengan pipi mulus Kristal. 

Dengan cepat Kristal bergerak mundur, menciptakan jarak di antara mereka. Otak Adrian yang biasanya selalu memiliki ide untuk mencairkan suasana, entah kenapa kali ini dia merasa menjadi pria bodoh. Dia bingung dengan situasi yang sangat canggung ini. 

"Adrian!" seru Bang Dika di pintu. 

"Iya, Bang," jawab Adrian pada Dika. 

"Kamu lihat soal itu ya, coba kerjakan sebisa kamu dulu. Aku keluar bentar," ucap Adrian pada Kristal. 

"Mmmm iya, Dri," balas Kristal yang ikut canggung. 

*** 

Gemuruh amarah dalam diri Juna tidak lagi bisa terbendung. Masih jelas dalam ingatannya, bagaimana istri kecilnya yang seharusnya hanya bisa tersenyum manis padanya. Nyatanya, wanita itu tidak ada bedanya dengan wanita lain. 

Juna murka! Juna marah dengan sikap Kristal yang berani bermain dengan pria lain. Di saat Juna tidak berada di samping wanita itu. Apa memang Kristal selalu seperti ini? Mendekati pria untuk mendapatkan uang? 

Oh iya. Bukankah sebelumnya Kristal mendekati Juna juga untuk mendapatkan uang dari Juna? Jadi sudah pasti Kristal mendekati si brengsek itu, karena menginginkan uang dari dia. Tapi! Tapi, berapa uang yang ditawarkan si brengsek itu pada Kristal? Kenapa Kristal lebih terlihat nyaman dengan si brengsek itu? Apa uang yang ditawarkan oleh si brengsek itu lebih besar dari yang ditawarkan oleh Juna? 

"Permisi, Pak," ucap Arif yang berjalan memasuki ruang kamar Juna. 

"Saya berhasil membawanya, hanya saja ...." 

"Hanya saja?" 

"Dia berbeda dengan wanita yang kemarin," ucap Arif. 

Kemudian tidak selang berapa lama, terlihat seorang wanita memakai mini dress berwarna hitam yang begitu ketat. Wanita itu sangat jauh berbeda dengan Kristal, yang sebelumnya memperlihatkan sosok sebagai pure virgin. 

Setelah itu Arif pun berjalan ke luar kamar, pria itu sudah menyelesaikan masalah yang hampir membuat dia kehilangan pekerjaan. Semoga saja, besok pagi Pak Juna kembali menjadi sosok bos baik dan bijaksana. 

"Toloooong!!!" 

Namun! Baru 3 detik saja, Arif menutup pintu, suara wanita itu menggema seperti kesakitan. Ini sangat berbeda ketika Kristal yang masuk sebelumnya. 

 "Maaf. Tapi akan aku bayar sesuai dengan keinginan kamu," ucap Arif, yang merasa bersalah pada wanita itu.   

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top