Bab 13
Selamat Membaca
"Ya ampun, Nov. Kenapa aku bisa lupa sih?" protes Kristal pada diri sendiri.
Mendengar ucapan Kristal, tangan Novalia segera menutup laptopnya. Karena Kristal dan Novalia masih mengikuti kuliah, jadi mereka membagi waktu, pagi sampai siang di kampus. Kemudian siang hingga malam, mereka akan bekerja sebagai mahasiswa magang.
Itulah kenapa, sekarang Novalia dan Kristal sedang berada di kantin. Novalia yang sebelumnya sedang memindahkan file dari hardisk ke laptop. Sedangkan Kristal, terkejut membaca pengumuman dari website kampus.
"Sekarang apa lagi, Kris?" tanya Novalia.
"Nih lihat," ucap Kristal menunjukkan layar ponsel miliknya yang masih menyala.
Novalia pun kemudian mengambil ponsel milik Kristal yang ada di atas meja. Wanita itu membaca sebuah pengumuman, yang menurutnya tidak ada yang aneh.
"Tidak ada yang aneh, emang kenapa?"
"Lihat di situ, Nov. Deadline pembayaran semester 6, dipercepat."
"Hm? Loh iya ikk, padahal biasanya kita bisa dapat toleransi sampai satu bulan pertama," ucap Novalia.
"Terus gimana dong?"
"Apanya yang gimana?"
"Astaga, Novalia Jolie. Temenmu ini tidak punya uang sebesar 6 juta. Mau bayar pakai apa coba?"
"Aku ada uang, tinggal pakai uang aku dulu aja," jawab Novalia santai.
"Terus, aku bayar hutang ke kamu pakai apa?"
"Kristal, sahabatku yang cantik. Kamu nggak perlu pikiran tentang bayar hutang ke aku, yang penting kamu bayar kuliah dulu. Nah, habis itu, kita bisa cari pekerjaan buat kamu," jelas Novalia, mencoba memberi penjelasan agar Kristal tidak boleh panik.
"Aku denger ada yang butuh kerjaan," ucap Adrian yang tiba - tiba muncul.
Secara bersamaan, Kristal dan Novalia pun menatap ke arah Adrian. Pria pintar incaran mahasiswa teknik sipil ini, tiba - tiba saja duduk di samping Kristal, sambil meletakkan susu rasa strawberry di depan Kristal. Sedangkan Adrian sendiri, memiliki menikmati susu kotak rasa coklat.
"Adrian, perasaan ini bukan jamnya kita ketemu deh," ucap Kristal.
"Emang," balas Adrian santai.
"Tunggu, ketemu? Kalian sering ketemuan di belakang aku?" selidik Novalia.
"Nggak. Buktiknya sekarang kami ketemuan di depan kamu," jawab Adrian.
Bukan hanya Novalia saja yang kesal dengan jawaban dari Adrian. Kristal sendiri juga ikut merasa tidak senang, dengan jawaban yang terkesan menyebalkan itu. Apa setiap orang pintar, akan menggunakan kalimat menyebalkan ya?
Ohhh tunggu dulu. Bukan itu yang penting sekarang, tapi barusan Adrian mengatakan tentang pekerjaan kan? Seolah menyadari hal penting yang harus dibahas, Kristal pun segera menanyakan maksud ucapan Adrian tadi.
"Tadi kamu bilang kerjaan? Kamu tau ada pekerjaan yang cocok buat mahasiswa pengangguran macam aku?" tanya Kristal.
"Kamu percaya sama si songong ini?" tanya Novalia.
"Apa salahnya? Selama pekerjaan itu menghasilkan uang, dan aman untuk keselamatan aku. Aku akan mencobanya," ucap Kristal, seperti menyindir pekerjaan yang pernah ditawarkan oleh Novalia.
"Jadi, apa pekerjaannya?" tanya Novalia pada Adrian.
"Mengerjakan tugas mahasiswa lain," jawab Adrian.
"Utek'ke! Emang nggak ada yang bener sama Adrian. Udah Kris, mending kita pergi aja," ajak Novalia.
"Kenapa? Hanya mengerjakan tugas mereka, dan kamu bisa mendapat uang. Tenang aja, setiap soal memiliki harga yang berbeda, tergantung dengan tingkat kesulitan soal itu," jelas Adrian.
"Ya ampun, Dri. Aku tau, kamu si gila, tapi jangan ajak - ajak Kristal sama pekerjaan ilegal kamu!" seru Novalia.
"Aku menawarkan ini, karena lihat kemampuan daya pikir Kristal. Dia menguasai materi kuliah, yang memiliki harga tinggi di setiap tugas yang diberikan dosen. Anggap saja, ini seperti melatih kemampuan Kristal."
"Contohnya?" tanya Kristal.
"Perhitungan struktur baja. Kamu tau kan, banyak angkatan adik tingkat kita yang mengeluh materi itu sulit," ucap Adrian.
"Kris, pliss jangan mau," mohon Novalia.
"Tapi aku butuh uang, Nov. Dan saat ini kita sedang magang, jadi nggak mungkin aku bisa bekerja di kafe atau di minimarket," jelas Kristal tentang keadaannya.
"Good girl. Hubungi aku, kalau kamu selesai magang. Aku akan menjemput kamu," ucap Adrian, yang kemudian bangun dari posisi duduknya.
"Kamu mau ke mana emang?" tanya Kristal.
"Kenapa? Mau ikut?"
"Hih! Sana gih pergi," perintah Kristal
***
Kristal menatap fokus pada layar laptop miliknya. Setelah kejadian di kampus, kini Kristal harus mengerjakan gambar proyek rehabilitasi Rumah Sakit Telogorejo. Sebenarnya gambarnya sudah jadi, hanya saja Kristal diminta merevisi gambar detail saja.
Melakukan kegiatan ini, entah kenapa membuat Kristal merasa seperti sedang bekerja sungguhan. Tapi, saat dirinya baru saja selesai dengan tugasnya hari ini, tiba - tiba ada karyawan wanita yang mendatangi mejanya.
"Anak magang!" panggil Mbak Dwi pada Kristal.
"Iya, Mbak?" jawab Kristal yang sudah berdiri lebih dulu.
"Beliin kopi buat seluruh orang di sini," perintah Mbak Dwi.
Kristal melihat ke sekelilingnya, kurang lebih ada 6 orang yang berada di dalam ruangan ini. "Uangnya mana, Mbak?" tanya Kristal.
Oh ayolah, Kristal hanya mahasiswa magang, yang biasanya bekerja secara gratis di perusahaan. Jadi, sangat tidak mungkin Kristal yang tidak punya uang, bisa membelikan kopi untuk seluruh orang di sini.
"Pakai uang kamu dong. Kan kemarin kamu habis diajak pergi Pak Bos, pasti dapat uang dari beliau kan?"
"Ng--"
"Ingat ya, belinya di St.Bucks ya," perintah Mbak Dwi yang kemudian langsung melangkah pergi meninggalkan Kristal.
Kristal membuka dompet miliknya yang hanya memiliki satu lembar uang berwarna biru, yang memiliki nilai lima puluh ribu rupiah. Demi apa, uang milik Kristal, pastilah hanya bisa membeli satu minuman saja. Sedangkan dia diminta untuk membeli 6 minuman.
"Ya ampun, cuma 1 minuman kopi aja, harganya bisa sepuluh kali harga di kucingan," ucap Kristal.
"Katanya nggak punya uang. Tapi mau ke St.Bucks," sindir orang yang lagi - lagi datang.
"Kamu itu setan atau apa? Kenapa selalu muncul di samping aku?" protes Kristal kesal dengan kedatangan Adrian.
"Aku kan mau jemput kamu. Tapi aku lihat kamu keluar dari Telogorejo. Ternyata pas diikuti, kamu malah ke CL," jelas Adrian.
"Kamu ada uang nggak?" tanya Kristal langsung to the point.
"Kenapa? Mau pinjam?"
"Iya. Kalo bisa, pinjamin aku uang sebanyak harga 6 minuman dari St.Buck," ucap Kristal.
"Gila. Kamu dirundung di tempat kerja kamu?" tanya Adrian terkejut dengan ucapan Kristal.
Tentu saja, tanpa mengatakan kalau Kristal mendapat perintah dari karyawan di sana, untuk membeli minuman dari St.Bucks sebanyak 6 gelas. Pastilah Adrian langsung paham, karena memang kondisi keuangan Kristal tidak memungkinan wanita itu memberi minuman gratis.
"Mau pinjamin nggak?" tanya Kristal.
"Ayo masuk bareng," ajak Adrian yang langsung menggenggam tangan Kristal.
Kemudian, tidak butuh waktu lama, Kristal dan Adrian sudah masuk. Mereka memilih untuk duduk menikmati secangkir kopi yang dibelikan oleh Adrian. Karena mereka harus menunggu pesanan kopi yang akan mereka bawa pulang.
Tapi, tanpa di sadari mereka berdua. Ada sepasang mata yang menatap tajam, seolah ingin menguliti Adrian detik itu juga. Pria itu tampak terganggu melihat Kristal tertawa bersama pria lain, sedangkan ketika bersamanya saja Kristal selalu memberi tatapan tajam.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top