Bab 10
Selamat Membaca
"Kamu pasti sengaja kan?" tuduh Kristal.
Juna sedang mengendarai mobilnya, pria itu melirik sekilas ke arah Kristal. Dalam pandangan pria itu, sikap Kristal yang memberi tatapan tajam, dipadukan dengan alis yang mengerut, hampir menyatu. Sungguh, itu adalah pemandangan yang begitu indah.
Padahal mereka bertemu baru 3 kali, itupun di waktu dan tempat yang berbeda. Tapi, kesan yang didapatkan dari Kristal, berbeda - beda. Pertama, di malam pertama mereka, di mana saat malam itu, Kristal tampak seperti pengantin baru yang begitu polos, tapi juga pemberani. Sangat bisa diandalkan dalam urusan ranjang.
Kemudian, pertemuan kedua adalah di kampus Universitas Semarang. Juna yang sebenarnya ingin membahas sampel beton miliknya, yang sedang diuji tes di laboratorium teknik milik Universitas Semarang. Dia justru bertemu Kristal, dengan tampilan anak kuliahan, dengan kemeja flanel dipadukan dengan jeans biru. Sisi Kristal yang terlihat cerah, menimba ilmu di kampus.
Dan yang ketiga, yaitu sekarang. Kristal menjelma seperti seorang kekasih yang sedang merajuk, karena pacarnya membuat dia kesal. Karena memang Juna yang membuat Kristal harus berada di perusahaan miliknya, dan tentu saja Kristal tidak bisa membatalkan keinginan Juna.
"Kita di tempat kerja, Kristal. Kamu tidak seharusnya berkata seperti itu pada saya," ucap Juna.
Kristal membuka mulutnya, setengah melongo, begitu mendengar ucapan Juna yang terdengar seperti meminta Kristal untuk bersikap profesional. Padahal, yang pertama tidak bersikap profesional adalah Juna, tapi seolah Kristal duluan yang bersikap tidak profesional.
Kesal dengan hal itu, Kristal pun menggigit bibir bawahnya, dan segera memutar kepalanya ke arah luar jendela mobil. Kristal kesal bukan main, karena merasa dipermainan dengan pria menyebalkan seperti Juna. Ingin rasanya Kristal mencekik pria itu.
"Dan tolong jangan gigit bibirmu," lanjut Juna.
"Kenapa? Ini 'kan bibirku," ucap Kristal. Tapi masih tetap menatap ke luar jendela.
"Karena, hanya aku yang boleh menggigit bibir kamu, istriku," tegas Juna.
Tadi Juna bilang, Kristal tidak boleh membahas hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Sampai Kristal yang ingin protes pada Juna, harus diurungkan dulu. Karena memang saat ini mereka masih berada di jam kantor. Tapi, kenapa sekarang Juna bersikap tidak profesional?
Bos mana yang akan mengatakan akan menggigit bibir karyawannya, selain Juna?
"Jadi, ini semua pasti ulah kamu kan? Kenapa kamu sangat ingin membuat aku masuk ke perusahaan kamu?" tanya Kristal dengan bertubi - tubi.
Inilah yang membuat Kristal sangat penasaran, dari sekian banyak mahasiswa pintar di Universitas Semarang. Kenapa Juna justru memilih Kristal dan Novalia yang masuk dalam golongan mahasiswa biasa saja, alias tidak termasuk dalam mahasiswa pintar.
Justru kalau Juna memasukkan Adrian yang merupakan pemegang IP 3,9. Kristal sangat setuju dengan hal itu, karena itu menunjukkan bahwa Juna bersikap profesional. Tapi kenapa Juna justru memasukkan Kristal?
"Nilai seluruh mata kuliah kamu, yang mengambil struktur adalah A."
"Struktur?" tanya Kristal yang masih kurang paham.
"Struktur bangunan 1 dan 2, kemudian Struktur Baja, Struktur Beton. Jadi, aku anggap kamu memiliki bekal untuk masuk di perusahaan aku, hanya tinggal kita lihat praktik di lapangan saja," jelas Juna.
Mendengar penjelasan Juna barusan, yang mengatakan tentang nilai mata kuliah milik Kristal. Entah kenapa, tanpa sadar Kristal menarik bibir merah mudanya, hingga membentuk lengkungan senyum yang belum pernah Juna lihat.
Tidak ada salahnya kan, kalau kita merasa bangga pada diri sendiri? Karena selama ini saja, Kristal sudah mengorbankan waktu tidurnya yang begitu berharga, hanya untuk bisa mengerjakan tugas, serta memahami materi kuliah yang kalau dipikir kembali sangat sulit.
Juna yang melihat itu pun, ikut tersenyum sambil melirik ke arah Kristal.
"Terus kita mau ke mana?" tanya Kristal.
Belum sempat mendapatkan jawaban, mobil yang dibawa oleh Juna, berbelok ke dalam halaman gedung Orlando Luxury. Pria itu tidak memarkirkan mobilnya ke dalam gedung, seperti tamu hotel. Padahal, seingat Kristal, Juna tinggal di lantai paling atas gedung ini.
"Kita serius ke sini?" Kristal memberi sorot mata tajam, tidak suka dengan tindakan Juna.
"Tidak bisakah, istriku memahami kalau dalam kepalaku tidak hanya ranjang?" ucap Juna gemas dengan semua tuduhan, yang sejak tadi terus saja Kristal tuduhkan padanya.
Meski Juna sendiri memang menginginkan kegiatan ranjang dengan istri satu malamnya itu, tapi saat ini Juna sedang berada di jam kerja. Pria ini tetaplah seorang pekerja, yang harus memutar uangnya, untuk bisa mendapatkan keuntungan.
Juna percaya, tidak ada hal yang namanya uang bergerak sendiri. Bagi Juna, manusialah yang harus menggerakkan uang, bukan uang yang menggerakkan manusia.
Juna keluar lebih dulu, diikuti oleh Kristal. Pengawal dan pelayan yang melihat Juna membawa wanita, mereka tampak terkejut, tapi berusaha mengabaikan hal itu. Pasalnya, Juna memang dikenal tidak akan membawa wanita ketika sedang bekerja. Jadi tentu saja, hal ini membuat beberapa pelayan saling berbisik.
"Di mana Kak Bayu?" tanya Juna pada seorang pria yang datang menyapanya.
"Beliau saat ini sedang berada di restoran, Pak," jawab manager hotel.
Setelah itu, Juna langsung berjalan menuju lantai 2, tempat restoran itu berada. Kristal hanya bisa mengikuti Juna di belakang, tidak ada percakapan di antara mereka. Membuat Kristal seperti benar - benar bekerja sebagai mahasiswa magang, yang mengikuti bos-nya pergi ke mana pun.
Sampai di lantai 2, Kristal bisa melihat seorang pria yang memiliki wajah yang mirip dengan Juna. Hanya saja, pria itu memiliki warna mata coklat gelap, berbeda warna mata milik Juna coklat terang.
"Duduk, Juna. Dan siapa yang di belakang kamu?" tanya Bayu.
"Dia salah satu anak magang di Orlando, Kak," jawab Juna.
Bayu mengangguk. "Kalau begitu, ayo duduk juga, siapa namanya?"
"Saya Kristal, Pak," jawab Kristal.
"Kristal?" tanya Bayu, tapi melirik ke arah Juna.
Juna mengabaikan tatapan dari Bayu, yang seperti ada sesuatu dengan nama milik Kristal. Kemudian, pelayan pun datang, memberikan buku menu, yang tidak memiliki nominal harga. Kristal bingung harus memesan apa, karena dia saja tidak memiliki uang.
"Kamu pesan apa?" tanya Juna, yang berada di sebelah Kristal.
Kristal mendekati telinga Juna, membisikkan satu kalimat yang ternyata tetap bisa didengar oleh indera pendengaran Bayu. "Tapi yang bayar bapak kan?" tanya Kristal.
Bayu yang mendengar itu pun, harus menoleh ke lain arah, untuk menutupi bibirnya yang siap meledakkan tawa. Baru kali ini, Bayu bertemu wanita yang berani menanyakan hal itu, karena biasanya wanita yang dekat dengan keluarga orlando, tidak ada yang menanyakan hal itu.
"Aku mahasiswa pengangguran, Pak. Mengertilah," ucap Kristal kembali.
"Pesanlah apa yang kamu mau, dan jangan khawatirkan biayanya," pinta Juna.
"Beneran? Tapi habis ini jangan pecat saya ya," kata Kristal yang ternyata mengkhawatirkan hal lain.
"Tidak akan," jawab Juna penuh pengertian.
"Sepertinya mereka memiliki hubungan khusus," batin Bayu yang melihat interaksi Juna dan Kristal.
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top