Bila Pagi Berwarna Hitam
Bila Pagi Berwarna Hitam
Mataku tidak sedang terpejam
Ketika kubuka jendela, kulihat hitam
Kupikir ini masih malam
Namun tidak, waktu menunjuk angka tujuh lewat enam
Hanya lampuku saja yang bersinar
Jalanan, rumah tetangga depan, langit, semuanya hitam
Tidak ada bintang bersinar
Aku tenggelam bersama hawa kelam
Pintu kamarku tak bisa dibuka
Seolah beku gagang dibuatnya
Lantai tidak dingin, tidak juga panas
Seisi ruang seolah tak berudara, sulit kutarik napas
Tidak ada seorang berbicara
Tidak ada langkah kaki pula
Kucing-kucing depan rumah tenggelam dalam hitam
Bahkan bulu putihnya ikut terpendam
Air mata tidak dapat mengalir
Meski kupaksa hingga lelah dibuatnya
Kapan semua ini berakhir?
Di mana mereka, matahari juga manusia?
Kegelapan memelukku, bergegas kubuka mata
Waktu menunjuk angka tujuh lewat lima
Cahaya di kamarku padam
Berganti cahaya luar yang tak lagi hitam
Suara kucing bersahutan, terlihat berlarian
Mereka berguling manja di halaman depan
Orang tuaku menyuruh keluar
Terbuka sudah pintu kamar
Berjalan di dalam lorong rumah
Tak ada seorang berbicara
Sang Hitam kembali menyambut ramah
Di dalam kuterjebak tak mengerti apa-apa
Hampa, tanpa suara
Seperti sedia kala
Ah, mungkin jam tujuh lewat enam
Tepat satu menit aku tenggelam
Tujuh puluh enam meter di bawah permukaan laut
Halusinasi tak terbendung
Sampai taring hiu menjadi kemelut
Tabung udara tak lagi kembung
(Tangerang, 20 Mei 2020)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top