Chapter Tiga Belas | Sisi Manis Dylan

Update, 28 Agustus 2019

Jangan lupa follow instagram supaya tidak ketinggalan info :

asriaci13

***

NOW PLAYING | PUNCH ft Taeyong - Love Del Luna

Selamat membaca cerita MeloDylan

BAGIAN TIGA BELAS | Sisi Manis Dylan

Bahkan untuk menceritakan hal burukmu terhadap orang lain aku tidak sanggup, aku tidak ingin kamu di benci. Mungkin karena aku pernah terlalu sayang, sehingga aku melakukan hal-hal yang membuat aku terlihat mengemis akan cintamu. Tapi, bukannya seharusnya begitu dalam setiap hubungan? Bahagianya saja yang perlu orang lain tau, kesedihan lebih baik disimpan sendirian.

***

TIDAK ada percakapan antara Melody dan Deva setelah Melody mengenakan earphonenya. Beberapa kali Deva mengajak Melody berbicara tapi tetap saja di abaikan oleh Melody, itu membuat Deva kesal, dan Deva mengklaim bahwa Dylan benar. Melody sok cantik, dan itu Deva tidak suka. Deva semakin ingin membuat Melody jatuh ke dalam pesonanya, setelah itu dia tinggalkan membalas dendam karena telah merusak harga dirinya.

Lagipula, Melody tidak secantik cewek-cewek yang menyukai Dylan bahkan jika harus diminta memilih antara Melody dan temannya yang cerewet, Deva akan lebih memilih temannya. Melody terlalu membosankan, benar kata Dylan. Tapi, mengapa cewek membosankan seperti Melody banyak yang menyukai, termasuk Fathur dan Dylan.

Satu tangan jail Deva mengambil earphone Melody secara paksa, membuat gadis itu mau tak mau menatap ke arah Deva. Namun, Deva kini terdiam saat dirinya saling bertatapan dengan Melody, mata Melody benar-benar indah. Mungkinkah Dylan menyukai Melody karena matanya? Deva menemukan sesuatu yang begitu berbeda dan lebih indah daripada mata siapapun.

Ya. Perlu Deva akui, mata Melody menyiratkan banyak hal, dan siapapun yang bertatapan dengan gadis itu akan langsung menyukainya.

"Lo masih suka sama Dylan?" tanya Deva

Tak ada jawaban, Melody hanya menatap Deva dengan sinis.

"Menurut lo, gimana perasaan Dylan yang sebenernya sama lo? Lo mau tau, kan?" pancing Deva dengan seringai kecil yang muncul di bibirnya.

"Untuk apa gue tau?" ketus Melody.

"Gue mau kasih penawaran sama lo," ujar Deva

"Apa?"

"Kita buat kesepakatan buat nguji perasaan Dylan, kita pacaran bohongan gimana?"

Jika Melody setuju artinya dia masih mencintai Dylan dan mempunyai ambisi untuk memisahkan Dylan dengan Alice.

"Gak tertarik."

Deva di buat kesal oleh Melody, dia sudah menurunkan harga dirinya di depan Melody tetapi Melody masih bersikap seenaknya sendiri.

"Kita cuma status aja pacaran padahal aslinya enggak, cuma mau liat reaksi Dylan. Dylan gak suka gue deketin lo, jadi kita harus tau alasannya dong Mel."

"Gak penting." Melody kembali memasangkan earphonenya namun Deva menahannya.

Satu cara lagi agar Melody mau menurutinya. Deva mendekatkan wajahnya ke depan Melody, membuat tubuh Melody gemetar ketakutan. Deva tersenyum saat menatap Melody dalam keadaan sedekat ini.

"Lo gak tergoda gue udah senyum semanis ini?" tanya Deva

Melody masih tidak bereaksi, itu artinya Deva harus melakukan hal ini sampai akhir. Melody benar-benar menantang jiwa liarnya yang sudah lama tidak di bangunkan.

"Kalau lo gak setuju gue bakalan lakuin lebih dari ini." Deva mencengkram kedua tangan Melody agar tidak bisa berontak.

Deva semakin mencongkan wajahnya, dan hidung mereka sudah bersentuhan, Deva hampir mencium Melody.

Melody gemetar hebat, dia menangis di depan Deva namun itu tidak membuat Deva mengurungkan niatnya. Melody menangis semakin membuat Deva gencar melakukan aksi gilanya. Hal seperti ini wajar bagi dia, bahkan Deva pernah melakukan kiss prank. Lagipula ini bukan ciuman pertama Melody, karena gadis itu pernah berciuman dengan Dylan.

"Ini di buka pintunya, apalagi di tutup."

Sial! Dylan datang di waktu yang tidak tepat, tidak bisakah dia kembali saat Deva sudah melancarkan aksinya ini dan Melody sudah menyetujui permintaannya tadi.

Dylan masuk ke kamarnya, lalu melepaskan lengan Deva dari tangan Melody. Dylan melihat Melody menatap ke arahnya, dia masih menangis.

"Kenapa gak teriak?" tanya Dylan, kemudian dia menarik lengan Melody dan membantunya berdiri.

"Anak orang lo apain sih sampe nangis gini?" omel Dylan

"Tadinya gue mau cium, tapi dia nangis terus tubuhnya gemetar. Padahal dia kan pernah ciuman sama lo, ini bukan ciuman pertamanya," jawab Deva santai

Benar tubuh Melody masih bergetar hebat sampai sekarang, sepertinya ini membuatnya kaget. Dylan menatap Melody, lagi-lagi Melody masuk secara perlahan ke dalam hidup Dylan lagi. Dylan tau Melody mengapa berekasi seperti ini, dia pernah diperlakukan tidak baik oleh mantan pacarnya dan dia pernah di cium pipinya di depan umum, dan Dylan juga mengerti sekarang mengapa Melody tidak berontak dan malah menangis. Karena Melody sendirian, sedangkan Deva cowok lebih kuat daripada dirinya, jadi satu-satunya kekuatan Melody untuk bertahan dan melawan Deva dia menangis. Karena, jika dia berontak Deva pasti akan melakukan hal yang lebih jahat daripada ini.

"Jangan samakan dia dengan cewek-cewek yang pernah sama lo," ujar Dylan

"Oke, gue paham dia berbeda." Deva mengalah daripada berdebat dengan cowok sinting semacam Dylan, "Bagaimana dengan Alice?" tanya Deva, "Kalian berdua putus?"

"Kami baikan, Alice sudah pulang sekarang." Jawab Dylan

"Lo gak nganterin dia balik Lan?"

"Ya, mana mungkin gue biarin pacar gue pulang sendirian."

"Lucu ya, lo gnganterin cewek lo pulang, tapi lo juga nganterin mantan lo pulang. Dylan cowok sinting yang pernah gue temui."

"Gue yang jemput dia dari rumahnya, itu artinya gue yang antar dia pulang." Dylan menegaskan, lagipula ini hanyalah masalah kecil dan tidak perlu di lebih-lebihkan seperti apa kata Deva barusan.

"Sok Boyfie goals lo najis," cibir Deva

Dylan tidak menganggap cibiran Deva barusan, tidak penting juga untuk di tanggapi. Deva memang sudah seperti itu sifat aslinya, dan Dylan harus benar-benar menyesuaikan mengenal Deva. Padahal saat mereka masih kecil, Deva termasuk anak yang pendiam dan tidak banyak bertingkah. Tapi, setelah keluarganya pindah ke Amerika dia semakin tidak terkontrol dan pergaulannya juga bisa dibilang sudah terlalu jauh tidak sepadan dengan tata krama di Indonesia.

"Gue antar Melody pulang dulu, ajak Angga kita main PS malam ini."

"Siap." Deva langsung mengiyakan perintah Dylan barusan.

"Ayo Melody," ajak Dylan yang sudah lebih dulu jalan keluar dari kamarnya

Melody mengangguk, lalu dia mengikuti Dylan tanpa pamit atau melihat ke arah Deva terlebih dahulu. Masa kelamnya tiba-tiba teringat padahal Melody sudah berusaha melupakan dan memaafkan, tapi rasanya kejadian tadi membuatnya ingat kembali. Deva sialan!

Dylan menatap gadis di depannya itu, gadis itu tak masih menundukkan kepalanya. Kemudian Dylan membuka jaketnya dan diberikannya kepada Melody. Namun, respons Melody hanya diam, tatapan gadis itu terlihat bingung menatap ke arah Dylan. Merepotkan. Tanpa menunggu Melody sadar, Dylan langsung menyampirkan jaketnya di tubuh mungil Melody.

"Jalanan dingin," ucapnya

"Alice?" tanya Melody, ingin tahu.

"Ah, dia trauma naik motor, pernah tabrakan. Jadi kalau sama dia gue gak pernah naik motor."

"Oh..." Melody mengangguk paham.

"Nih." Dylan memberikan helmnya kepada Melody.

Ternyata di balik sisi ketus dan sinis Dylan, sifat manis dan hangat Dylan masih ada. Melody tersenyum ke arah Dylan.

"Makasih kak."

"Dipake bukan dipeluk," ketus Dylan

Dylan naik ke motornya memasangkan helmnya, begitupula dengan Melody. Kemudian dia naik ke motor Dylan, dan Dylan langsung melajukan motornya seperti biasa. Mereka benar-benar saling mendiamkan lagi, padahal baru saja mereka mengalami kejadian yang tidak biasa terjadi.

Gadis itu menatap punggung pemuda yang tengah memboncengnya sekarang. Punggung itu pernah membuat Melody nyaman untuk bersandar, dulu, saat mereka masih bersama. Namun, dia sadar bahwa pemuda itu hanyalah sekadae bayangan yang perlahan akan kembali menghilang.

Pertemuan mereka hanya untuk menegaskan, bahwa hanya Melody yang berharap lebih.

Dylan menepikan motornya di depan gerbang rumah Melody. Gadis itu turun dan sedikit berbincang dengan Dylan, tak sadar bahwa ada sepasang mata yang memperhatikannya dari jendela rumah. Kemudian pintu rumah terbuka, membuat Melody menoleh.

"Dianter siapa Dy?" tanya Nada saat mendapati anaknya pulang diantar orang asing. Karena biasanya, Melody hanya pulang dengan Louis, Fathur atau tidak Kate.

Dylan membuka helmnya, dan turun dari motor. Kemudian dia menyalim punggung tangan Nada, "Maaf Dylan nganterinnya kemalaman, tadi latihannya terlalu asik latihan."

"Ya ampun, kamu toh. Dylan apa kabar? Kok gak ngabarin tante pulang kesini? Gimana kuliah kamu? Tambah ganteng sekarang." Nada memberikan bertubi-tubi pertanyaan kepada Dylan, membuat Dylan tersenyum kaku ke arah Nada.

Meskipun Nada tau hubungan Dylan dan Melody kini sudah tidak bersama lagi, tapi menurut dia Melody dan Dylan masih berhubungan baik padahal tidak seperti itu kenyataannya. Melody tidak pernah bercerita tentang Dylan yang berubah dan sudah mempunyai pacar yang baru.

"Kuliah lancar tante, kabar baik. Tante gimana?"

"Tante juga baik, gimana udah punya pacar di sana? Tante senang kamu sama Ody meski udah putus tetep bisa sama-sama, ya, kan putus bukan berati putus saling silaturahmi ya, Lan."

Dylan tersenyum, "Syukur tante kalau baik. Iya, Dylan udah punya pacar. Begitulah, gak ada salah tetap temenan."

"Makasih ya nak, udah antar Ody pulang ke rumah dengan selamat. Kapan-kapan mampir ke rumah lagi ya."

"Iya tante, Dylan duluan ya." Pamit Dylan, kemudian dia kembali ke motornya dan langsung melajukan motornya meninggalkan perumahan rumah Melody.

Secara mudah Dylan mengatakan bahwa dia sudah mempunyai pacar lagi dan reaksi Nada biasa saja, dia tidak marah ataupun kesal kepada Dylan sedikitpun. Jika saja Nada tau apa yang sudah Dylan lakukan kepada Melody selama ini, akankah Nada masih bersikap biasa saja kepada Dylan?

"Dylan cowok yang tanggung jawab, dan dia gentle. Bunda suka," kata Nada, "ayo masuk."

Kejadian hari ini, rasanya bermacam-macam. Melody tidak mengerti mengapa bisa seperti ini. Dylan membuatnya bingung, namun sudah beberapa kali Dylan menegaskan bahwa dia berpacaran dengan Alice. Itu artinya Dylan memang sudah menutup akses untuk Melody menuju hatinya.

Meski Dylan barusan bersikap baik kepadanya, itu hanya tidak lebih dari sekedar prinsip yang memang di pegang Dylan. Dylan hanya mengantarnya pulang, dia tidak pernah mengatakan masih mencintai Melody. Jangan buat persepsi-persepsi yang akan membuatnya kembali mengulang kebodohan di masa lalu, saat Dylan mengatakan bahwa Melody adalah cewek mudah baper.

"Louis tadi ke rumah, nanyain kamu. Kamu gak bilang pergi bareng Dylan?"

"Ah iya, Lou pasti gak suka aku pergi bareng kak Dylan," jawab Melody

"Kamu baik-baik aja ketemu sama mantan yang tambah ganteng kaya gitu?"

"Apasih bunda, random banget." Melody menyembunyikan perasaan salah tingkahnya, dia langsung naik tangga.

"Jaketnya mau dipake tidur ya? Biar wangi Dylan."

"Tauu ah," balas Melody dengan sedikit nada kesal.

Tapi, Melody baru sadar bahwa jaket Dylan masih dia kenakan. Hangat, berasa di peluk sama yang punya. Melody mengeluarkan ponselnya lalu dia mengirimi pesan kepada Dylan.

Melody : Makasih kak, jaketnya aku cuci dulu.

Setelah itu dia menggantungkan jaket Dylan di belakang pintu, mencuci muka dan mengganti bajunya. Setelah itu dia kembali mengecek handphonenya, ada beberapa pesan disana.

Louis : Kalau kemana-mana itu kabarin, biar aku gak khawatir, by😫😫

Melody : Iya maaf, aku gamau ganggu kamu latihan basket abisnya😅

Semakin lama semakin membosankan. Tiba-tiba ada satu notification yang membuat Melody tersenyum.

Kak Dylan : Ok.

Hanya dua huruf. Namun tak lama, ada pesan susulan.

Kak Dylan : Lupain kejadian Deva tadi.
Kak Dylan : Istirahat, jgn bnyk makan berminyak, suara lo jelek nanti. Gak bisa ngimbangin gue.

Entah, pesan itu manis. Melody tidak membalasnya, dia hanya membacanya berulang kali, sampai dirinya tertidur dengan roomchat yang masih terbuka dengan Dylan.

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA MELODYLAN

btw, sisi manis Dylan tetep cute meskipun ttp ada sisi sombongnya wkwk

Chapter ini tanpa Alice, gimana haters Alice seneng?

Hahahahaha

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top