Chapter Sepuluh | Berdamai dengan Masa Lalu
Update, 12 Agustus 2019
Jangan lupa follow instagram biar gak ketinggalan info seputar MeloDylan terbaru :
asriaci13
NOW PLAYING | Ong Seong Wu - Our Story (At Eighteen)
SELAMAT MEMBACA CERITA MELODYLAN
***
BAGIAN SEPULUH | BERDAMAI DENGAN MASA LALU
Masing-masing dari kita telah melangkah ke jalan pilihan masing-masing, namun tanpa sadar bahwa kita belum menyelesaikan yang terjadi di masa lalu.
***
PERASAAN Fathur menjadi tak biasa saat dia bertatapan dengan gadis yang selama ini dia rindukan. Sudah hampir dua tahun, dia tidak tau tentang kabar gadis itu. Sekarang, gadis itu muncul secara tiba-tiba di hadapannya.
Banyak hal yang ingin Fathur tanyakan kepada Bella. Tentang mengapa ia menutup akses kontaknya, dan tak ingin berhubungan dengan Fathur lagi. Tetapi ada satu hal yang Fathur syukuri hari ini, keadaan Bella baik-baik saja. Bahkan jauh terlihat baik-baik saja. Gadis itu tampak lebih ceria dari biasanya.
Ada perasaan sakit saat pemuda di samping Bella merangkulkan tangannya di bahu Bella. Fathur masih tidak terbiasa dengan pemandangan yang seperti itu, karena biasanya Bella hanya menatap ke arahnya. Katakanlah dia egois, namun dia merasa kehilangan saat Bella sudah tak lagi menatap hanya untuknya.
Bahkan Fathur tak bisa fokus dengan lagu yang dibawakan oleh Melody di stage. Selama ini mereka hanya menipu perasaannya masing-masing. Yang dipikir Fathur bahwa kepergian Bella adalah hal yang terbaik, ternyata tidak. Terbukti saat Bella hadir kembali, perasaan Fathur goyah.
Entah Fathur sadar atau tidak, bahwa sepasang mata memperhatikannya sedari tadi. Ya, kali itu Melody telah turun dari stage karena ada pengunjung yang akan ikut menyumbangkan suaranya. Ada yang ingin Melody tanyakan kepada Fathur, tapi tidak bisa. Karena kini sudah ada yang menyambutnya dengan tatapan bahagia, memberinya botol minum dan meminta Melody duduk disampingnya.
Tidak ada yang baik-baik saja. Meskipun beberapa orang hanya menganggap bahwa cinta masa SMA hanyalah cinta masa monyet biasa, tetapi untuk sebagian orang lagi cinta masa SMA bisa menjadi cinta yang paling berkedan dan sulit untuk dilupakan.
Ponsel Anna mendapat panggilan telepon, lalu dia langsung mengangkatnya. Kata yang keluar dari bibirnya hanya "iya." Setelah itu dia memutus panggilan telepon itu.
"Angga udah di depan, gue nyusul Angga dulu ya?" izin Anna kepada teman-temannya, "Angga juga nanya kapan akan dimulai rapat pertama untuk acara reuni kita."
Tak mendapat jawaban Anna langsung keluar dari kafe, sebentar dia melirik ke arah meja Dylan. Dylan menyadari hal itu, lalu dia melemparkan senyuman kecil untuk Anna, namun Anna hanya menaikkan bahu sebagai balasan.
"Kenapa minta gue kesini?" Angga langsung bertanya saat Anna baru saja keluar dari dam kafe.
"Ga, gue gak nyaman dengan keadaan ini," ujarnya.
"Maksud lo?"
"Iya. Dylan, kak Fathur, Melody dan Bella kini seperti orang asing, membuat gue canggung. Lo tau, gue gak bisa mihak siapapun. Mereka semua temen gue dan lo juga tau itu."
Anggak mengangguk. Dia paham situasinya, biar bagaimanapun Dylan temannya dari kecil dan dia sepupu dari kekasihnya itu, sementara untuk Melody dia sahabat dari Anna.
"Na, itu bukan urusan kita lagi."
"Ga, kita mau bikin acara reuni lho." Anna mengingatkan, "Gimana jadinya kalau panitianya sendiri perang dingin kaya gini."
"Kita bikin acara reuni bukan untuk mereka berempat, gak usah dipikirin. Mereka udah gede, udah bisa mikir mana yang terbaik."
"Tapi Kate sama Liam hubungannya lagi gak baik juga."
"Paling mereka baikan nanti malam," jawab Angga, dia bosan mendengar pertengkaran diantara keduanya, yang selalu saja seperti itu.
Dikit-dikit bertengkar namun tak lama baikan. Tak ada perubahan sama sekali.
"Ini udah lebih dari seminggu. Kate gak cerita masalahnya, gak kaya biasa."
Mendengar hubungan teman-temannya tidak baik, membuat Angga mau tidak mau mengiyakan permintaan Anna untuk menyatukan mereka sebisanya.
"Gue gak janji ya Na," kata Angga
"Iya sayang." Anna tersenyum lebar, kemauannya sudah dipenuhi oleh Angga.
"Ada maunya aja lo manis, sebel gue." Angga mendelukkan matanya, meskipun begitu Anna tetap melingkarkan tangannya di lengan Angga, dan Angga tak keberatan sama sekali.
Mereka berdua masuk ke dalam kafe. Tatapan mata Angga melihat ke arah meja Dylan, pemuda itu seperti tengah merasa tak nyaman dan ingin segera pergi, beberapa kali Angga menangkap pergerakan mata Dylan yang tak sengaja tertuju pada Melody dan sepertinya, Alice tidak menyadarinya sama sekali.
Kedua Angga memperhatikan Fathur yang secara terang-terangan menatap ke arah Bella dan Bella berusaha mengabaikannya, meskipun dia juga beberapa kali terciduk membalas tatapan Fathur.
Semenyedihkan itukah hubungan teman-temannya.
"Lo ke meja Melody bilang kita akan rapat sekarang, biar gue ke meja Dylan," pinta Angga yang dibalas anggukan kecil oleh Anna.
Setelah Anna berlalu, dia langsung menghampiri meja Dylan. Angga disambut hangat oleh Bella dan Dylan, bahkan Alice dan Deva pun bersikap ramah.
"Ada apa Ga?" tanya Bella
"Mumpung semua kumpul, gimana kalau kita bahas reuni? Bella juga ikut, kan?" Angga langsung mengutarakan tujuannya.
"Emmm... Boleh Ga, sekarang?" Bella kembali bertanya, dan dibalas angggukan oleh Angga.
"Di meja paling pojok ya." Angga menunjuk meja pojok yang panjang dan cukup untuk mereka, setelah itu Angga pergi meninggalkan meja Dylan.
"Kamu kesana aja, aku sama Deva disini," ujar Alice, dia sadar diri kalau itu adalah waktu Dylan bersama teman-temanya dan tak seharusnya Alice mengganggu.
Mesikupun ada mantan pacar Dylan, Alice merasa kalau Dylan benar-benar mencintainya dia tak akan berpaling. Kalaupun berpaling, mungkin selama ini bukan Dylan yang dia cari.
"Tenang, gue gak akan ninggalin calon tunangan sendiri," cibir Deva setelah melihat tatapan Dylan barusan.
Deva selalu seperti itu. Dylan dan Bella bangkit dari kursinya dan menuju meja yang di maksud Angga tadi. Disana sudah berkumpul beberapa orang. Fathur, Melody, Jane, Anna, Kate dan Angga.
Bella duduk disamping Anna, sementara Dylan disamping Fathur. Angga bisa melihat kecanggungan terjadi disana, tapi itulah tujuannya.
"Kate bisa hubungin Liam untuk datang kesini?" tanya Angga kepada Kate, meskipun Anna sudah menendang kaki Angga agar tak menanyakan hal itu.
"Hubungi sendiri," ketus Kate
"Yaudah lo hubungi Andre," ujar Angga
Kate mengangguk, lalu dia menghubungi sepupunya itu dan menyuruhnya untuk segera datang.
"Thur bisa kabari Arsen sama Gerry?"
"Oke." Fathur langsung menelpon Arsen dan Gerry seperti permintaan Angga.
Selagi menunggu yang lain untuk datang, terlihat sangat tidak nyaman untuk orang yang memiliki masalah di meja ini.
"Kalau punya masalah tuh di obrolin jangan diem-dieman kaya gini, gue gak mau ya nanti acara reuni jadi berantakan hanya karema masalah pribadi," kata Angga dan kalimat yang dia ucapakan sudah seperti sindiran.
Tetap saja, meskipun Angga sudah menyindirnya diantara mereka tak ada yang mau mencairkan suasana. Sampai pintu kafe terbuka, mereka semua langsung menoleh ke arah pintu terkecuali Kate, karena dia tau yang datang adalah Liam.
Liam melirik sekilas ke arah Kate yang tak mau menatapnya, saat Kate berniat untuk berdiri, Jane yang ada di sampingnya menahannya.
"Jangan Kate," bisik Jane, hal itu membuat Kate memutuskan untuk diam.
"Kenapa gak jadi?" tanya Liam saat dia sudah berada di meja mereka, "Bukannya lo mau pergi?" satu alis Liam terangkat dan sepertinya tengah menantang Kate.
"Kalau lo mau pergi, pergi aja. Gue gak akan nahan lo disini." Liam mengucapkan kalimat itu dengan mudah, membuat Kate semakin menunduk padahal sebelumnya, dia selalu saja berani menantang Liam dan berbuat sesukanya.
"Liam udah!" tegas Angga, "gue gak tau ya ada masalah apa antara lo dan Kate. Tapi, gak seharusnya lo marahin dia dan permaluin dia di depan umum gini, meski Kate yang salah. Lo harus selesaiin masalah lo berdua."
Setelah Angga bersuara barulah Liam diam dan hanya duduk saja. Meski tak sedikit dia memberikan tatapan sinis ke arah Kate.
Untung saja kecanggungan itu berlalu, saat Andre, Gerry dan Arsen segera datang sehingga Angga bisa langsung memulai rapat pertama ini.
"Karena semua yang bersangkutan udah ada. Jadi, gue akan langsung mulai saja." Angga tak mau membuang waktu lagi, meskipun dia tidak tahu apakah ide Anna akan manjur atau tidak.
"Fathur, bagaimana perkembangan acara?" tanya Angga.
"Untuk acara di hari H sejauh ini lancar. Karena belum ada fixsasi tempat dari lapangan, jadi gue hanya membuat konsepan acara sebisa gue terlebih dahulu. Gue mengambil konsep nuansa romansa, alasannya karena kita dipertemukan di SMA, mengenal persahabatan dan cinta disana. Sampai kita pergi masing-masing untuk mengejar cita-cita, lalu kini kita kembali dengan perasaan yang berbeda ada beberapa hal yang tak lagi sama. Gue berharap dengan adanya reuni ini, kecanggungan dan kesalahpahaman yang terjadi di masa lalu bisa berakhir. Itu konsep acara gue.
"Lalu, nanti kita akan berangkat sore hari dan menginap di villa. Besoknya baru kita akan memulai acara, pagi hari dengan jogging bersama, senam bersama dengan Kate dan Andre menjadi instruktur senam, setelah games menjelang siang hari isoman, selesai games lagi sampai salat ashar barulah ada kajian sebentar agar dunia dan akhirat kita ballance selesai kajian kita istirahat untuk menyiapkan salat magrib, tadarus dan isya. Acara puncak kita akan dilaksanakan pada malam hari, pertama kita akan makan malam diiringi dengan live musik, konsep makan malam kita seperti dinner romantis. Kita ada acara buat heart to heart ini acara dibuat agar kita saling jujur satu sama lain. Selesai HTH barulah ada pemutaran video saat masa-masa SMA dulu, api unggun. Di api unggun nanti ada pembacaan surat, jadi diantara kita harus memberikan surat kejujuran, dimana isi dalam surat itu adalah hal-hal yang belum bisa tersampaikan sama sekarang. Kita bisa menggunakan mama asli, nama samaran atau tidak sama sekali, kita juga bisa mengatakannya secara langsung atau meminta orang lain. Setelah itu tidur dan paginya persiapan untuk pulang. Baru segitu konsepan acara gue, gue menerima saran atau apapun yang lebih baik demi kelangsung acara nanti."
Konsep acara yang dibuat Fathur telah tersusun dengan rapi, bahkan setiap kemauan mereka dia bungkus di dalam konsep itu. Sepertinya Fathur mengesampingkan masalah pribadinya.
"Gue ada permintaan, gimana kalau Melody dan Dylan berduet bersama di acara Live Music nanti. Karena ini mengusung tema nuansa romansa SMA, dan kita juga tau kalau Melody dan Dylan adalah pasangan fenomenal saat SMA dulu." Kali itu Andrelah yang mengacungkan tangannya, memberi ide yang sudah Angga beritahu sebelumnya.
Rencana sejauh ini berhasil.
"Saran bisa di terima, tapi kita gak bisa mutusin sebelah pihak. Melody sama Dylannya keberatan gak?" Angga menoleh ke arah Melody dan Dylan yang kali itu duduk berjauhan bahkan mereka tidak saling bertatapan.
"Aku sih boleh aja kak Angga," jawab Melody
"Gue keberatan," imbuh Dylan tanpa ragu sedikitpun, ucapannya begitu tegas.
"Kenapa?" tanya Angga sedikit heran akan jawaban Dylan barusan.
"Males aja, gue gak mau nyanyi bareng sama dia." Dylan menjawab seenaknya
Angga mengerti sikap Dylan yang seperti ini, namun rasanya begitu berlebihan. Angga tidak bisa hanya membiarkan Dylan terus bersikap seenaknya. Ini bukan lagi masa SMA di mana Dylan selalu melakukan hal sesuka hatinya tanpa ada yang melarang.
Seharusnya selama dua tahun ini, pemuda itu bisa berubah banyak akan sikapnya yang kenakak-kanakan, selalu menganggap bahwa dirinya yang paling di dewakan orang-orang. Angga merasa harus sedikit memberi pelajaran kepada anak sombong itu.
"Pasti ada alasan lain kan? Gak mungkin lo males gitu doang?" selidik Angga, dia curiga Dylan menyembunyikan sesuatu.
"Kalo kata gue males ya males. Gak ada alasan lain," ketus Dylan
"Kenapa kak Dylan menolak?" tanya Melody menatap ke arah Dylan, "Ini cuma nyanyi bersama, bukan sesuatu kontes yang spesial. Lagipula perasaan kak Dylan bukan lagi untuk aku karena sekarang sudah ada orang baru. Seharusnya aku yang merasa terbebani dan tidak mau satu panggung dengan kak Dylan, namun aku sadar bahwa ini acara bersama bukan hanya melibatkan masalah pribadi. Urusan kita udah selesai kak kemarin, gak perlu sampai segitunya. Atau alasan kak Dylan menolak karena menghargai perasaan pacar kak Dylan? Kalau seperti itu sungguh menggelikan, kak Dylan bahkan tidak menyukai tipe cewek pencemburu."
Semua orang yang ikut rapat di sana menatap ke arah yang sama, yaitu Melody. Ini lain dari biasanya, Melody yang diam dan hanya ikut perkataan Dylan kini menyuarakan pendapatnya. Dylan sendiri bingung mengapa Melody seberani ini sekarang kepadanya, sepertinya kini Dylan yang di serang balik oleh Melody.
Melody bermain api dengan Dylan. Dia tidak tahu bahwa Dylan bisa lebih kejam dari apa yang dia bayangkan.
Perkataan Melody seolah mengatakan bahwa Dylan masih mencintainya dan tidak nyaman berada satu panggung dengan Melody, karena masih terbawa masalah pribadi. Dylan punya alasan tertentu mengapa tidak mau bernyanyi bersma dengan Melody. Namun, jika Dylan menolak teman-temannya akan menganggap seperti apa yang ada di pikiran Melody dan itu menyebalkan, Dylan tidak suka di anggap masih ada perasaan kepada Melody.
Karena, perasaan itu seharusnya memang telah mati setelah Dylan memilih jalannya sekarang.
Mereka berdua telah memilih jalan masing-masing dan tak melibatkan satu sama lain.
"Oke, mau lagu apa?" tanya Dylan menatap balik Melody
Melody tersenyum tulus, bukan seringai ataupun senyum ejekan. Itu murni tulus dari dalam hatinya, dan Melody memang hanya ingin tersenyum kepada Dylan, "Lagunya saran dari teman-teman aja, yang sesuai dengan konsepnya, kak Fathur bisa cariin lagunya kan?"
"Catat." Fathur kembali mendapat tugas dan itu suatu hal yang mudah.
Melody tidak bodoh dengan menyetujui saran dari teman-temannya. Dia hanya ingin mengatakan bahwa dia baik-baik saja meskipun kembali berhubungan dengan Dylan. Dia hanya ingin berdamai masa lalunya, seperti apa yang pernah Dylan katakan dulu. Kalau dia terus menerus kabur dari masalahnya, masalah dia akan semakin melebar dan tak terselesaikan sampai akhir.
Kini dia sudah memiliki pendirian, dia tidak lagi berharap kepada Dylan. Hidupnya jauh lebih berharga daripada memikirkan hal yang tidak pasti. Selama ini Melody hanya perlu disadarkan agar tidak lagi kembali ke jalan yang salah.
Memang benar, sampai saat ini hatinya belum sepenuhnya hilang untuk Dylan. Tapi, Melody yakin jika Dylan memang bukan untuknya, perasaan itu akan hilang. Seberapa kuatpun Melody mencoba melupakan jika takdirnya dengan Dylan maka perasaan itu tak akan pernah hilang.
"Lo bisa nyanyi sendiri kan nanti? Biar temen-temen juga pada kaget lo bisa nyanyi gitu," tawar Fathur
"Boleh kak." Melody langsung menyetujui ususal Fathur barusan.
Dia harus berubah. Jangan hanya bersembunyi di belakang. Dia harus memperlihatkan kelebihan dia kepada orang-oranh yang selama ini meremehkannya, itu adalah cara balas dendam paling hebat.
"Daripada lo duet sama mantan mending sama gue, mumpung pacar lo gak ada." Andre mengedipkan sebelah matanya ke arah Melody
Kate menoyor kepala Andre dengan sangat keras, "Gak usah modusin teman gue! Udah bosen idup lo?"
"Dasar malampir!"
"Lo grandong!" Balas Kate
"Oh iya, Bella kan baru ikut rapat dan pertemuan kita. Gimana kalau Bella bantuin Fathur aja di acara, lo kan banyak banget idenya apalagi udah tinggal di luar. Lo juga tinggal nerusin konsepan Fathur dan tambahin dikit aja, dan kalian berdua juga bisa minta bantuan sama anak-anak yang lain yang kalian percaya," usul Anna yang dibalas tatapan datar oleh Bella dan Fathur.
"Ini cuma usul kok, Bella boleh pilih mau masuk Divisi apa aja." Angga menimpali, dia tidak mau terlihat seperti merencanakan semuanya.
"Kalau lo keberatan gapapa Bel, tapi gue berharap lo mau masuk di divisi acara bareng gue," ungkap Fathur terus terang.
Bella masih diam, dia memikirkan beberapa hal yang akan terjadi seandainya dia setuju berada di satu divisi dengan Fathur. Keputusannya akan mempengaruhi beberapa hal, dan Bella harus siap dengan semua itu.
"Lo harus siap berdamai dengan masa lalu Bel, contoh Melody dan Dylan," ujar Arsen
"Ah... Oke..." Bella memutuskan untuk menerima usulan itu.
"Jangan terpaksa," kata Fathur, "semoga kita bisa bekerja sama."
"Iya."
"Lo Kate udah sejauh mana dekorasi sama yang lainnya?" tanya Anna mengalihkan topik pembahasan lainnya.
"Ah..." Kate terlihat berpikir, lalu sudut matanya menatap ke arah Liam.
"Lo yang ditanya bukan gue," ucap Liam galak.
Seharusnya Kate yang galak.
"Kan..."
"Iya," putus Liam, "Logo reuni udah, Pamflet udah nanti di share sama tim Humas."
Padahal kemarin ada pergantian panitia. Dimana Kate menjadi koordinator pubdoktif sementara Liam menjadi koordinator diviai lapangan. Meskipun begitu, ternyata Liam masih membantu Kate membuat Anna dan Angga tersenyum di dalam hati.
Mereka berdua berhasil.
"Lain kali kerjain sendiri," sindir Liam.
"Melody?" Angga mengabaikan sindiran Liam, dan menatap ke arah Melody melanjutkan pembahasan rapat.
"Belum ada pemasukan dana karena acaranya kan belum di tetapkan tanggal berapa, jadi buat pendaftarannya belum sih, sama gue nunggu RAB dari masing-masing divisi biar langsung dihitung dan dikira-kira berapa orang yang akan datang sama uang pendaftatannya," jawab Melody
"Liam udah ditentuin mau dimana acaranya?" Anna kali ini yang bertanya
"Udah, di villa keluarga gue aja di Puncak. Kalau akomodasi bus kayanya gue nanti kabarin om Betrand, siapa tau bisa diskon. Tapi, kan disini ada anaknya ya kenapa gak dia aja yang hubungi bokapnya."
Om Betrand itu adalah Ayah Kate. Mendengar kembali disindir oleh Liam, membuat Kate jengah. Dia sudah menahan supaya tidak emosi, tapi Liam terus saja memancing amarahnya. Mengesalkan, cowok itu maunya apa sih.
"Nanti gue kabarin Daddy," putus Kate pada akhirnya tidak emosi.
"Nanti gue sama Dylan yang bisa nanggung sisa dana yang kurant. Iya, kan, Lan?" tanya Liam dengan percaya dirinya.
Hanya dua itu yang sering mengeluarkan uang dalam jumlah besar tanpa rasa sayang sedikitpun, kalau Angga-Arsen-Gery benar-benar perhitungan dalam duit. Bahkan, uang 5000 bekas parkir aja akan selalu di bahas jika tidak di kembalikan. Tipe-tipe cowok pelit, eh maksudnya irit. Kan irit buat masa depan.
"Humas sejauh ini udah gimana perkembangannya Ndre?" tanya Angga
"Respons mereka baik sih waktu gue coba-coba chat di grup angkatan, tapi kan ini melibatkan 2 angkatan, angkatan kita sama angkatannya Kate. Tapi, banyak yang minta kalau dari angkatan Bianca sama Jasmine juga mau ikut. Mereka siap jadi panitianya. Gue agak gak percaya sih sama dua orang itu, tapi nanti gue pikirkan dulu. Kalau mau di tambah angkatannya sama angkatan Bianca juga gapapa, kan beberapa dari kita pernah ada masalah sama mereka juga, biar bisa beres gitu, kesan reuninya terasa," ungkap Andre tentang sejauh mana respons dari angkatan mereka mengenai reuni.
"Dylan, list barang apa yang harus di beli dan di cari? Supaya kalau emang kita punya gak mubadzir." Kini giliran Dylan yang mendapat pertanyaan Angga.
"Nanti deh," jawab Dylan
"Lan ini acara bersama lho, bukan acara lo sendiri," sindir Anna, "jangan karena lo punya duit, terus mikir bisa beli apapun pake duit lo. Lo jadi gak bisa menghargai usaha kita semua disini."
"Iya Na, nanti gue susun list barangnya, dan butuh barang apa aja dari setiap divisi. Gue mohon untuk setiap divisi agar segera memberikan list barang ke gue, supaya gue bisa susun RAB dan dikasih ke Melody."
"Jangan ngaret ya, soalnya bukan kak Dylan aja yang butuh dana." Kata Melody
"Iya."
Dylan jadi kesal sendiri karena Melody bersikap seperti ini. Melody seakan menunjukkan bahwa dia baik-baik saja tanpa Dylan tapi kesannya norak seperti ini, padahal biasa saja kalau memang Melody sudah bisa menghilangkan perasaannya kepada Dylan, tidak perlu bersikap berlebihan.
Karena menurut Dylan lebih baik kisah mereka tidak seiring, karena kini ada tangan lain yang Dylan genggam tangannya.
"Konsumsi gimana nih?" tanya Anna
"Gampang, lo serahin aja sih sama gue." Jawab Arsen percaya diri
"Gue percaya sama masakan lo Sen, tenang aja." Anna tersenyum bangga karena mempunyai koki handal di antara teman-temannya
Masakan Arsen memang enak, karena orang tuanya mempunyai restoran jadi dia terbiasa seperti itu. Terlebih lagi, kakak-kakaknya Arsen semuanya perempuan dan dia sendiri laki-laki. Arsen suka memasak, awalnya dia di cibir tapi setelah melihat chef Juna membuat Arsen semangat bahwa tidak ada salahnya laki-laki suka memasak. Malahan akan terlihat sexy saat berada di dapur dengan pisau andalannya.
"Tapi Sen ini banyak, lo gak mau katering aja gitu?" saran Jane
"Lo pikir gue bakalan masak sendiri?" sinis Arsen, "Ya enggaklah, sekalian gue bantu promosiin restoran emak gue, jadi gue bakalan pake jasa mereka. Mikir aja gue masak seorang diri, dan patner yang doyan makan. Bisa-bisa gue jadi babu yang celemeknya udah bau aneh."
Jane hanya tertawa, Arsen memang mulutnya seperti mulut cewek seperti itu. Tidak heran, dia adalah yang paling ember di antara semua temannya, sama seperti Kate. Untung saja Kate tidak dengan Arsen karena kalau mereka di satukan bisa-bisa tidak ada yang bisa menjaga rahasia satu sama lain.
"Melody gimana Louis jadi ikut?" tanya Kate penasaran.
Melody mengangguk, "Belum tau, nanti dia kabarin lago katanya," jawab Melody. Louis belum bisa memastikan, karena Louis merasa ini adalah acara Melody sebelum mengenal dia.
"Oh iya, si bule itu gak ganggu lo lagi kan? Lo gila ya ngerjain dia buat datang ke kampus, terus dia kaya orang linglung cari lo. Kayanya dia di ajak juga seru." Kate sengaja mengatakan hal itu di depan semuanya, "kak Dylan cowok bule kemarin sepupu kak Dylan kan?" tanya Kate
"Deva maksud lo?" tanya Dylan.
Kate mengangguk, "Iya cowok bule yang ganteng."
Liam langsung menoleh saat Kate mengatakan hal itu, mata sinisnya begitu terlihat. Dia ingin memarahi Kate, tapi hubungan mereka sedang tidak baik.
***
Terima kasih sudah baca sampai chapter ini.
Nih udaptenya udah lebih darin 3000 word, rekor wkwkwk.
Ada saran lagu yang harus dinyanyiin Melody dan Dylan di reuni?
Penasaran dengan Permasalahan Kate dan Liam? Pasangan yang suka cekcok terus? Tapi paling sweet?
Kira-kira apa yang akan terjadi antara Melody dan Dylan terus Fathur dan Bella?
Setuju sama konsep Acara yang dibuat Fathur?
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top