Chapter Enam Puluh Satu | Puncak Part 1

Sorry gaes harusnya aku update kemarin tgl 6, tapi ternyata harus ngurus seminar dan revisi PPT terus kecapean bobo abis revisi draft UP juga. Skripsi lebih penting gaes untuk masa depan yang lebih cerah seperti pelangi wkwk.

***

Now Playing | Shanty - Hanya Memuji

Selamat membaca cerita MeloDylan

Bagian Enam Puluh Satu

Berhenti bersembunyi dibalik wajah polos lo. Nyatanya lo sama aja dengan dia, peremuan murahan yang masih ingin dengan pacar orang.

***

Villa dengan empat kamar tidur, 5 kamar mandi, kolam renang, halaman luar untuk bbq party. Entah apa maksud Kate mengajak mereka kesini, masalahnya villa ini adalah tempat dimana Kate dan Liam bertunangan dulu.

Jujur saja terkadang terasa canggung, sangat terasa bahwa di antara Liam dan Kate berusaha saling menghindar. Namun, yang terlihat jelas adalah Liam. Ketika Kate datang dia akan segera pergi.

Aneh saja, seharusnya kalau Liam seperti itu tidak ikut saja jalan-jalan kali ini, malah membuat repot semua orang. Karena mereka yang ikut pun merasa canggung.

Seperti kali ini, ketika mereka tengah berkumpul di ruang tengah sambil menonton film. Liam yang langsung pamit pergi ke kamar setelah Kate duduk di antara mereka.

Malam ini di balkon kamar, Liam duduk di kursi sambil menatap ke arah langit. Langit sudah gelap, namun banyak bintang di sana. Terlihat dari raut wajahnya bahwa pemuda itu merasa tak nyaman berada disini namun tetap dipaksakan.

Dylan memberikan satu kaleng soda untuk Liam, Liam mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.

"Kalau lo ikut cuman mau ngerusak suasana aja mending gak usah," ketus Dylan

"Maunya juga gue gak  ikut kesini Lan, tapi Kate maksa. Sampe ngadu Mommy sama Daddy, katanya meskipun dia udah gak sama gue dia tetep mau temenan sama gue. Tapi, gue tau maksudnya bukan kaya gitu," jawab Liam

Memang. Dia tidak tertarik untuk ikut, datang kesini merasa bahwa dia akan dihakimi. Lagipula Liam pun tidak ada alasan untuk ikut datang.

"Resiko, salah lo."

"Mencintai seseorang salah ya?" Liam tersenyum singkat, lalu dia menoleh ke arah Dylan, "Lan, gue tau waktu gue mulai hubungan dengan Anna itu salah, salah banget karena gue memulainya disaat gue masih sama Kate. Gue coba perbaikin semuanya, gue coba kembali mencintai Kate, ternyata gue gak bisa, perasaan gue ke dia udah gak ada. Gue ke dia tuh hanya sekadar menjalankan amanat nyokap bokap gue yang emang udah sesayang itu sama dia."

Sengaja, Liam menceritakannya kepada Dylan karena hanya Dylan yang bisa mengerti dirinya. Meskipun pemuda itu sering mengatakan hal yang menyakitkan, namun dia adalah orang yang paling rasional. Dylan bisa menempatkan dimana dia berada.

Meskipun Liam memulai hubungannya dengan Anna dengan cara yang salah, tapi dia yakin bahwa cinta itu bukan hal yang salah.

"Ya lo ngomong sama Kate lah," ujar Dylan

"Udah, gue udah ngomong ke dia kalau gue gak bisa lanjutin hubungannya. Gue udah turutin mau dia, gue pergi tapi dia terus dateng dan makin gue ngerasa bajingan. Harusnya dia cukup ngelepas cowok brengsek kaya gue. Dia pengen gue pergi gue jabanin, tapi dia maksa gue buat kembali sama dia. Lo sadar gak sih? Gue gak ngerti mau dia itu apa."

"Ya gimana dong, dia udah kebiasaan lo ngebucin sama dia, tiba-tiba pergi. Lo selingkuh tuh gak ada di pikiran Kate, yang ada dipikiran dia, lo cinta mati sama dia. Gimana dia gak syok dan labil, mana selingkuhnya sama sahabatnya sendiri. Pasti yang ada di pikiran Kate lo hanya bosen, lo cuman tertarik sesaat dan nanti bakal balik ke dia." Dylan menghela napasnya perlahan, sejujurnya ada yang ingin kepada Liam.

Pertanyaan ini sudah lama ada di kepalanya, namun dia belum sempat menanyakan itu karena setelah terjadi perselingkuhan Liam dengan Anna, langsung ada masalah bahwa Alice tidak datang di hari pertunangan mereka selanjutnya Fathur di ciduk polisi. Masalah pertemanan mereka rumit sehingga semuanya tak ada yang bisa berbicara secara kepala dingin.

"Iya, awalnya gue pikir juga gitu gue bosen doang sama Kate nanti bakal balik lagi kaya biasa. Ternyata enggak, perasaan gue ke dia udah gak ada. Gue bahkan bertanya-tanya, perasaan gue ke Kate tuh sebenernya apa? Gue beneran sayang gak sama dia atau gue sama dia karena terbiasa aja, atau karena permintaan orang tua gue?"

Dylan bisa melihat ada raut wajah stres dari muka Liam, sepertinya masalahnya cukup pelik. Biasanya Liam yang tak pernah serius dengan hidupnya, yang menganggap bahwa semuanya enteng kini tak ada lagi. Semua orang bisa menganggap bahwa kisah cinta Liam adalah drama picisan, dia dan Kate dulu saling ejek dan membenci satu sama lain, sama-sama senang bergonta-ganti pasangan, tiba-tiba dijodohkan kemudian saling jatuh cinta.

Mungkin kebanyakan orang berekspetasi bahwa keduanya akan bahagia kemudian menikah, memiliki anak yang lucu serta menjadi keluarga cemara. Namun kenyataannya tidak seperti itu, hubungan Liam dan Kate tidak bisa lagi menjadi drama picisan lagi.

Semua orang mengira bahwa Liam cinta mati kepada Kate, dia bahkan rela melakukan apapun di depan semua orang untuk Kate. Menjadi pesuruh ataupun menjemput gadis itu, melakukan ini dan itu. Seolah Kate ingin pembuktian kepada semua orang bahwa ada orang yang sangat mencintainya dan rela melakukan apapun untuknya.

Tetapi, tak ada seorang pun yang tau. Apakah Liam lelah melakukan itu? Secara tulus atau tidak. Mungkin, kini Liam sudah berada diujung. Kemudian dia menemukan sosok gadis yang sangat mengerti dirinya, tidak menuntut dan memberikan kenyamanan.

Sejujurnya mungkin Liam berselingkuh awal mulanya dikarenakan oleh sikap Kate sendiri, tapi meskipun begitu memutuskan untuk berselingkuh adalah langkah yang salah.

"Lo beneran sayang sama Anna?"

"Gue beneran sayang sama dia Lan, sayang banget. Bahkan gue gak terima waktu dia di tampar Kate, di marahi di maki, gue ngerasa gue sakit. Kalau orang lain mau marah, bisa lampiasin ke gue. Karena gue yang lebih dulu tertarik sama Anna, gue yang lebih dulu menawarkan kenyamanan sama dia, gue memanfaatkan ketika Anna sedang merasa dibawah, gue selalu ada buat dia disaat Angga tidak bisa. Gue menemani dia, mendengarkan dia, menggenggam tangannya. Gue yang selalu mulai lebih dulu, bukan Anna."

"Keluarga lo gimana?" tanya Dylan

"Awalnya marah, biar bagaimanapun gue emang yang salah. Tapi, kan perasaan nggak bisa dipaksain. Mereka awalnya gak terima dan minta gue minta maaf ke Kate, tapi lama-lama mereka ngerti dan biar bagaimanapun gue tetep anak mereka."

"Menyalahkan Anna atas semua yang terjadi?"

"Awalnya begitu, berpikir bahwa Anna yang menggoda gue, begitupula keluarga Kate. Tapi gue jelasin semua, mereka bilang gue gak tau diri udah tau gue salah dan masih membela selingkuhan gue. Tapi, nyokap perlahan ngerti karena gue gak akan sebegitunya kalau gue emang gak beneran sayang sama Anna, nyokap mau ketemu Anna tapi kan lo tau Anna sekarang lagi exchange."

"Kasih dia waktu," ujar Dylan, "Anna mungkin kaget, ngerasa bersalah."

"Tapi dia salah Lan, kalau dia pikir setelah ini gue bakalan lupa sama dia gue gak bakalan lupa sama dia. Gue bakalan munggu."

"Tapi kalau Anna gamau, jangan dipaksa."

"Tapi diusahain."

"LO TUH SAMA AJA!!"

Teriakan Kate membuat Liam dan Dylan lansgung saling pandang, keduanya segera bergegas untuk melihat apa yang sedang terjadi. Di ruang tengah Kate tengah menjnjuk-nunjuk Melody sambil memakinya. Bagaimana keadaan Melody sekarang? Gadis itu tengah menahan tangisannya, tapi dia berusaha menjawab dan membalas perkataan Kate.

Jane berusaha menenangkan Kate dan meminta untuk berhenti, karena mereka datang kesana untuk bersenang-senang bukan seperti ini.

"Gue tau ya Mel! Lo belain Anna, karena lo sama aja kaya dia! Lo juga bahkan deket sama kak Dylan padahal lo tau Dylan masih punya pacar! Lo juga punya pacar waktu itu, pantes otak lo sama seperti dia."

Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Kate barusan seperti tamparan untuk Melody. Kini air matanya tak bisa ditahan lagi, meluncurlah sudah cairan bening itu dari matanya.

"See? Lo kalau gak tau gak usah komentar Mel! Senjata lo nangis, bersembunyi dibalik wajah polos lo itu. Padahal lo sama aja, sana sini oke. Saat lo masih sama Louis, lo masih oke aja diajak jalan sama kak Fathur terus saat kak Dylan datang dan punya cewek baru, lo ngerasa kalau lo paling tersakiti? Buka mata lo Mel, lo juga punya pacar posisinya disini, seolah-olah kak Dylan udah khianatin lo. Inget di antara lo sama kak Dylan udah gak ada hubungan apapun dan selesai. Lo nya terlalu berekspetasi tinggi sama hal yang gak mungkin terjadi."

Kilat kemarahan terlihat sangat jelas di netra Kate, sementara Melody masih menangis. Sejujurnya bisa saja yang lain memisahkan mereka, tapi kalau memisahkan sekarang akan semakin membuat keadaan panas.

Lain halnya dengan Arsen pemuda itu sangat haus keributan, tak lupa diabadikan momen yang sangat langka itu. Dimana Kate dan Melody bertengkar, karena biasanya Kate tidak semeledak ini kepada Melody.

"Maksud gue bukan gitu Kate," bela Melody, "lo tuh kaya gini malah makin nyakitin diri lo, malah makin menyedihkan Kate."

"Apa yang lo tau?!" bentak Kate, suaranya makin meninggi, "Lo gak pernah ngerasain apa yang gue rasain? Lo bisa mikir gak? Gimana kalau pacarnya kak Dylan tau lo masih berharap sama lakinya, lo sama Anna sama aja murahan!"

"Kate, jangan bawa Alice di masalah kalian."

Suara Dylan menginterupsi semuanya, tatapan mata tajamnya menatap ke arah Kate, gadis itu emosi dan sangat terlihat marah.

"Gue gak peduli lo mau berantem sama siapapun, tapi saat lo udah bawa-bawa kehidupan gue, artinya gue berhak ikut campur." Sorot mata Dylan makin terlihat sinis, "Kate, Anna udah ninggalin dua-duanya. Masih kurang buat lo?"

"Dia pergi disaat semuanya udah berantakan!"

"Enggak Kate, bukan karena Anna dari awal hubungan kita emang udah berantakan," kali ini Liam yang buka suara.

"Hahaha.... si Anna pake pelet apaan sih? Sampe semua orang masih belain dia padahal dia yang salah, dia yang mau sama laki orang. Sama seperti si Melody, udah tau anaknya salah masih dibelain karena berwajah polos. Oh ayolah, dia udah dewasa gak usah diperlakuin kaya bayi."

"Kate--" Disaat Melody akan membalas ucapan Kate barusan, Dylan menariknya dan pergi menjauh dari perdebatan panas malam itu.

Karena kalau dibiarkan akn semakin kemana-mana pembahasan malam itu. Lagipula, dia pikir saat itu Kate memang benar-benar emosi.

Saat orang emosi perlu di redakn bukan disulut dengan api lagi.

"Kenapa kak Dylan bawa aku pergi?" tanya Melody, "mau makin bikin aku keliatan godain kak Dylan dan ngambil kak Dylan dari Alice?"

"Lo ngerasa gitu?" Dylan balas bertanya

Melody terdiam. Tenggorokannya terasa kering, dia menatap ke arah netra Dylan yang perlahan makin melunak, padahal sebelumnya dia bisa melihat dengan jelas bahwa pemuda itu tengah emosi.

"Kita ini ngapain sih kak? Aku ini siapa? Aku bingung, tapi aku gamau dibilang aku godain kak Dylan."

"Enggak lo gak godain gue sama sekali, udah ya? Kalau lo nanya kita itu apa, gue gak tau. Di hati lo ada Louis, di hati gue masih ada Alice. Kita sama-sama melakukan apa yang kita inginkan, lalu lo mau kaya gimana? Memaksakan apa yang ada di hati?"

"Iya, sebagian hati aku masih ada di Louis. Tapi, dengan adanya kak Dylan aku bisa sedikit lupain dia. Enggak stuck karena hubungan aku sama dia gak bisa dibawa kemana-mana."

"Mel, kita punya luka yang sama. Lo dengan luka lo, gue dengan luka gue. Gue gak tau apa kita bisa sembuhin luka itu sama lo atau enggak, tapi apa gue salah kalau gue membiarkan semuanya mengalir begitu saja? Let it flow." Dylan mencoba mencari kata perkata yang lembut, dia tau kalau emosi Melody sedang berada di atas.

Belajar dari pengalaman, dia pernah bersikap bodoh dulu dengan membalas ketika Melody tengah emosi. Menganggap semua yang dia putuskan adalah hal yang benar. Semakin lama dia semakin belajar.

"Gue gak tau hubungan gue dan Alice seperti apa, lo juga belum bisa ikhlasin Louis, bisa aja lo balik sama dia atau nemu cowok baru. Gue gak bermaksud buat ngasih harapan, sama sekali engga. Gue tau lo udah lupa gue, Louis udah mengganti posisi gue. Jadi, lo gak usah mikirin apa yang dikatakan oleh Kate."

Kebiasaan overthinking Melody tidak berubah sama sekali dari dulu, dia masih memikirkan apa yang sebelumnya dikatakan oleh Kate. Mengenai dirinya yang dianggap menggoda Dylan dan menjadi pengganggu antara huhungan Dylan dan Alice. Padahal, Melody tidak merasa seperti itu.

Apakah memang dia terlihat seperti itu?

Terkadang dia tidak merasakannya, tapi pandangan orang lain terhadapnya memang seperti itu?

Dia semurahan itu ya?

"Mel, lo ngomong apaan sama Kate dia bisa semarah itu?"

"Aku bilang bahwa kali ini Kate keterlaluan, karena bukan kemauan Anna juga buat jatuh cinta sama kak Liam. Anna udah ninggalin keduanya baik kak Liam atau kak Angga, dia bahkan ninggalin keluarganya. Anna mungkin salah, dia mengakui itu. Tapi, kenapa Kate masih terus menyalahkan Anna? Padahal posisinya disini kak Liam yang jauh lebih salah."

***

Terima kasih sudah membaca cerita MeloDylan

Kayanya aku bakalan telat update buat beberapa hari ke depan, karena harus persiapan buat sempro online.

Izinkan aku lulus dulu untuk menjadi sarjana gaes🤟🤟

Tenang penjelasan Alice bakalan di update setelah satu chapter depan.

62. Puncak 2

63. Ulang tauun Dylan.

***

Komentar sebanyak-banyaknya dan kasih dukungan kalian buat couple favorite.

***

Jangan lupa follow instagram

Asriaci13

Dylanarkanaa_

Melodyalexaa_

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top