Chapter Enam Puluh Lima | Kemungkinan Terburuk

CHAPTER INI PANJANG BANGEETTTTTTTT JADI TOLONG JANGAN GUMOH.

KARENA UPDATE SEMINGGU SEKALI, JADI SEKALINYA UPDATE PANJANG AJA YA :P

NOW PLAYING | Daniel Caessar - We Find Love/Blessed

Selamat Membaca cerita MeloDylan

BAGIAN ENAM PULUH LIMA

Mau aku secantik, sebaik dan sepintar apapun, ketika bukan aku yang kamu mau hal tersebut tidak akan ada pengaruhnya sama sekali. Jadi berhentilah berpikir hanya karena kamu cantik kamu bisa mendapatkan apapun.

***

"TAPI Dylan Om Travis aseksual..." Alice mengatakan itu membuat Dylan semakin bertanya-tanya maksud dari semua pembicaraan mereka akan merujuk kemana.

Otak Dylan mulai mengerucutkan beberapa hal yang dia tangkap dari pembicaraannya dengan Alicia. Seperti Alice pergi di hari pertunangan mereka karena diminta oleh Mamanya, satu-satunya orang yang menurut Dylan paling tidak mungkin melakukan kejahatan. Seperti yang diketahui bahwa Mamanya Dylan adalah orang yang sangat menyayangi Alice, dia memperlakukan Alice layaknya anak sendiri, semua ini cukup rancu.

Tetapi, bukti yang diberikan oleh Alice bisa membungkam Dylan. Sehingga dia mau tidak mau mempercayai apa yang Alice jelaskan kali ini. Meski, kedengarannya tidak mungkin.

"Ingat waktu aku balik ke Amerika dan kamu reuni?" tanya Alice dan Dulan mengangguk, "Mama dan Papa kamu kan ikut acara itu, Mama kamu memberikan hadiah karena keesokan harinya adalah ulang tahun Babushka. Aku gak tau sih, tapi di hari pertunangan kita Babushka nelpon dan bilang kalau Mama kamu mengirimi testpack dengan surat pernyataan bahwa dia hamil dari salah satu anaknya, yaitu Om Travis. Tentu, Babushka tak akan percaya begitu saja, tapi Mamamu mengirimkan beberapa foto mengenai kedekatan dia dan Om Travis." Jelas Alice dan Dylan masih setia mendengarkan.

Sejujurnya ada banyak sekali pertanyaan yang ada di benak Dylan, namun pemuda itu menahannya dan menunggu Alice menjelaskan sampai selesai.

"Om Travis punya dokter sendiri dan udah lama dinyatakan aseksual. Kamu tau kan kalau keluarga aku sangat gila akan nama baik keluarga? Om Travis gak bisa bercerai dengan istrinya karena akan merusak reputasi keluarga. Tapi, Mama kamu menginginkan Om Travis lebih dari itu, dia mengatakan akan menceraikan papamu dan kalau Om Travis gak menikahi dia, dia akan menyebarkannya ke publik mengenai perselingkuhannya. Kamu pasti bisa menebak semarah apa keluargaku, kan?"

Tentu keluarga Rodriguez akan sangat marah dan mereka bisa melakukan apapun dengan mudah. Mamanya bisa bernapas dan masih hidup sampai sekarang saja sudah suatu keajaiban. Aneh rasanya, kalau masalahnya sepelik ini, seharusnya Mamanya dalam bahaya.

Apakah Alice mengada-ngada dalam menceritakannya?

Tapi setahu Dylan, kekasihnya itu bukan orang yang pandai mengarang cerita. Apalagi cerita seperti ini.

"Mungkin kamu akan bertanya-tanya kenapa Mama kamu masih selamat, kan? Karena sudah melakukan ancaman seperti itu?"

Tepat. Alice bisa menebak apa yang ada di pikirannya sekarang.

"Aku memberikan penawaran kepada Babushka dan Mamamu."

"Penawaran? Apa?"

"Tunggu sampai bayi itu lahir dan test DNA, itu akan membuktikan bayi itu anak siapa." Alice mengingat kembali saat Mamanya Dylan menemuinya di hotel saat dia bersiap-siap di hari pertunangan mereka.

Awalnya Mama Dylan berbasa-basi, kemudian dia menjelaskan akan hubungannya dengan Travis. Mamanya Dylan menangis, karena dia akan merebut kebahagiaan anaknya akibat keegoisannya sendiri. Mamanya Dylan memohon agar Alice pergi di hari pertunangannya saja dan meminta Alice untuk tidak menceritakan masalah ini kepada Dylan.

Karena perginya Alice sudah cukup untuk Dylan terluka, kalau ditambah dengan fakta ini Elena tidak sanggup Dylan akan semakin membencinya. Awalnya Alice tidak setuju, tetapi ketika dia mengingat bahwa jika masalah ini diketahui oleh Ace, akan semakin rumit. Jadi, Alice lebih baik menghindar dan berpikir lebih lanjut atas masalah ini.

Ace bisa melakukan apapun, apalagi jika ada yang menyentuh keluarganya. Dia tidak akan membenci ayahnya, tapi orang seperti Ace akan melakukan tindakan yang berbahaya untuk keluarga Dylan.

"Aku ingin tahu kenapa Mamamu tetap ngotot kalau itu anak Om Travis, padahal Papamu dengan sukarela mengatakan bahwa itu anaknya."

"Papa tau masalah ini?"

Alice mengangguk, "Setelah Mamamu datang hari itu, Papamu datang juga dan dia mengatakan bahwa tidak apa-apa, Papa kamu bilang memaafkan kesalahan Mama kamu. Karena yang terpenting buat Papamu adalah kebahagiaan kamu sendiri."

"Jadi Papa melakukan semua ini untuk aku?"

"Kurang lebih seperti itu..." Alice mengangguk, kemudian dia menatap ke arah Dylan, "harusnya aku gak kasih tau kamu soal ini, karena Mamamu pikir kalau aku pergi kamu akan lupa sama aku seiring berjalannya waktu. Tapi, itu salah, tentu saja kamu harus tau atas masalah yang terjadi. Aku benci disalahkan atas apa yang tidak aku lakukan."

Mendengar semua penjelasan Alice barusan. Air mata Dylan terjatuh, dia tidak tahu bahwa semua ini disebabkan oleh keluarganya sendiri. Padahal, dia menganggap bahwa Alice adalah orang yang salah dalam hubungannya.

Meninggalkannya tanpa alasan.

Tapi, ternyata dia masih memikirkan dirinya. Terbukti dengan menjauhkan keluarga Dylan dari bahaya. Gadis itu, melakukannya. Dylan merasa sangat bersalah, karena dia sudah menyalahkannya selama ini dan mengutuk Alice.

"Sorry..." lirihnya

"Not your fault..." Alice menyentuh punggung Dylan dan menenangkannya.

Ini pasti lebih dari guncangan untuk pemuda itu. Mengingat bahwa hidup Dylan selama ini sangat sempurna, kemudian banyak yang direnggut paksa dari miliknya. Dia belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tapi, semua orang pasti akan mengalaminya.

Tidak ada orang yang akan hidup lurus dan bahagia terus menerus. Karena mereka juga akan merasakan jatuh dan bangun.

"Maaf... pasti selama ini kamu kesusahan, kan?"

Ini bukan masalah terbesar dalam hidup Alice, dia sudah pernah merasakan lebih dari pada ini sebelumnya. Hanya saja dia sangat kesal, mengapa setiap masalahnya selalu berkaitan dengan Ace, sepupunya sendiri.

"Lan, i want to tell you something," ujar Alice

"Apa?"

"I'm kissing with someone..."

"Are you cheating?"

"Of course not."

Sengaja, dia menceritakan apa yang terjadi selama dia pergi saat itu. Alice selalu menceritakan apapun jika itu menyangkut dengan hubungan mereka, dia tak menyukai adanya kebohongan. Sesakit apapun itu kenyataannya, Alice lebih baik diberitahu dengan kejujurn daripada dibohongi hanya agar terlihat tidak menyedihkan.

Alice menceritakan bahwa dia pergi ke Bali dibantu oleh anak dari kolega bisnisnya, bernama Sagara Miller, anak tunggal dan pewaris Miller corp. Orang itu sudah membantu Alice selama tiga kali, dan Alice tidak mau berhutang apapun padanya, jadi dia memberikan tiga permintaan untuk membayar kebaikannya.

Tentu saja, Alice tidak melupakan bahwa dia ditemani oleh Nash, mantan kekasihnya ketika di Bali kemarin, meskipun ada asisten Nash, jadi mereka tidak hanya berdua. Alasan Alice memberitahu Nash saat itu, karena Alice pergi ke villa milik mereka, mau Alice memberitahu Nash atau tidak, pemuda itu akan tau Alice ada disana. Mengingat akan ada laporan kepada Nash saat Alice pergi kesana.

Mendengar semua pernyataan jujur Alice, ini semakin membuat Dylan terasa buruk. Bagaimana mungkin saat kemarin dia merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling menyedihkan dan tersakiti. Mencoba mencari pembelaan atas apa yang terjadi, menganggap bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang tersakiti.

Selalu beranggapan bahwa dia melakukan semuanya dengan benar, tapi ternyata dia pun sering keliru dan menyakiti perasaan orang lain dengan tindakannya.

Disaat Alice masih menganggap dia masih kekasihnya, tetapi dia lebih sering menghabiskan waktu dengan perempuan lain.

"Kate chat aku..." ujar Alice, raut wajah Dylan terlihat terkejut saat mendengar hal itu.

Dylan langsung menjelaskan mengenai kedekatan dia dengan Melody selama Alice pergi, mengenai Melody yang sering datang ke rumah sakit, atau dia yang menjemput Melody di kampus dan Dylan pun memberitahu kalau Melody terkadang juga meminta dia menemaninya.

"Kate ngajak aku ketemu...," tambah Alice, gadis itu tersenyum, "Kamu suka sama Melody?"

"Bukan seperti itu, kemarin posisinya Melody lagi putus sama pacarnya dan aku ditinggalin kamu. Itu semua bukan salah Melody, jadi kamu jangan salahin dia, ya? Dia baik udah bantu aku."

"Dia masih suka sama mantannya?"

"Katanya begitu," jawab Dylan

"Boleh aku main-main sebentar?" izin Alice

Dylan menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya maksud main-main dari perkataan Alice barusan.

"Main-main apa maksud kamu?"

"Aku cuman mau buktiin kalau dia masih sayang mantan yang mana."

"Jangan aneh-aneh."

"Enggak," ujar Alice, "aku gak akan melakukan hal yang membahayakan karena dia udah bantuin kamu kemarin."

"Kamu gak marah atas apa yang aku lakuin?"

"Posisinya aku lagi pergi Dylan dan aku pergi tanpa kasih tau kamu alasan, kalau aku pergi kasih alasan dan kamu melakukan itu aku wajar marah. Rasanya kalau aku marah karena hal seperti itu sekarang, itu sama aja salah aku."

Kekhawatiran Dylan ternyata tidak terjadi, dia pikir Alice akan melabrak Melody dan mengatakan yang tidak-tidak. Biar bagaimanapun kedekatannya kemarin, sebagian besar adalah salahnya. Dia yang selalu membukakan pintu agar Melody bisa masuk, mereka menghabiskan waktu karena merasa memiliki perasaan yang hampir sama.

Tapi, ternyata benar seperti apa yang dikatakan oleh Bella. Jika Alice kembali dan memberikan alasan yang cukup rasional, jika kedekatan Dylan dan melody semakin dalam itu akan menyakiti beberapa pihak.

"Makasih..."

"Untuk?"

"Enggak melibatkan Melody dalam masalah kita."

"Dia gak terlibat Dylan, dia gak tau. Lagian kamu pikir aku mutusin kamu lewat bunga itu, aku penasaran siapa yang kirim bunga dan mengatasnamakan aku. Tapi, itu bukan poin pentingnya. Aku mau nanya sama kamu, apa kamu beneran mau putus sama aku?"

"Enggak sayang, aku gak mau putus sama kamu."

"Tapi Dylan, kita harus siap dengan kemungkinan terburuknya."

"Maksud kamu?"

"Kalau benar anak yang dikandung mama kamu adalah anak dari Om Travis, kita harus mengakhiri hubungan kita."

"Why? Itu gak ada sangkut pautnya sama kita dan kita masih tetap bisa bersama, kita gak ada hubungan darah sama sekali."

Tentu saja yang dikatakan oleh Dylan barusan tidak salah, karena memang seperti itu. Mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali, tapi itu tidak berlaku untuk keluarga Rodriguez. Neneknya tidak akan mau mendapat cucu menantu dari orang yang keluarganya berantakan, terlibat banyak skandal karena itu akan merusak reputasinya. Terlebih, akan seperti apa jadinya jika calon adik Dylan nanti adalah sepupunya.

Secara tidak langsung pun Dylan akan menjadi sepupunya.

"Tentu kita harus menerima berbagai macam risiko di dalam hidup ini ketika sudah menentukan pilihan. Meskipun gak ada kejadian Mama kamu kaya sekarang, kita memang harus menyiapkan segala kemungkinan terburuknya, maka dari itu ketika kita mencintai seseorang harus siap juga ketika melepaskan. Aku tidak akan menahan kamu ketika kamu ingin pergi, karena itu pilihanmu. Maka dari itu Dylan, kamu harus siap dengan semuanya. Dunia ini gak diciptakan hanya untuk mengitari kamu, jadi gak semua yang kamu mau harus kamu dapatkan."

"Kamu berniat ninggalin aku? Kamu gak sayang aku?"

"Aku sayang kamu Dylan, dan aku gak akan melakukan hal sampai sejauh ini kalau aku gak sayang kamu. Tapi, hidup itu gak seperti kemauan kita. Kita hanya menjalankan sebaik mungkin skenario yang diberikan Tuhan. Aku mungkin bisa egois dengan memaksakan kita agar kita bersama, tapi aku hidup bukan hanya untuk diri aku sendiri."

"Jadi hubungan kita...?"

"Karena diantara kita gak ada kata putus, kita enggak putus, kita masih berada di status yang sama. Tapi, aku gak akan menahan kamu kalau kemungkinan lainnya kamu jatuh cinta dengan orang lain. Tapi sampai anak itu lahir, aku pastikan aku akan tetap mementingkan dan mengutamakan kamu."

***

SEPERTI permintaan Kate sebelumnya, dia meminta Alice untuk datang ke sebuah kafe untuk pertemuan mereka. Alice bisa melihat Kate sudah datang lebih dulu, dia melambaikan tangannya ke arah Alice yang baru saja masuk kafe.

"Gue dapat nomer lo dari Bella, dia yang kasih," kata Kate

"Okay... jadi ada apa?"

Kate menghela napasnya perlahan, dia menatap ke arah Alice, gadis di depannya sekarang terlihat sangat santai bahkan dia sama sekali tak curiga akan alasan Kate mengajaknya bertemu seperti sekarang.

"Sebelumnya gue mau tanya, hubungan lo dengan Dylan?"

"Ya, kita masih ada di dalam suatu hubungan."

"Udah gue duga, selama lo pergi Dylan dekat dengan Melody dan mereka terlihat sering bersama seperti orang berpacaran."

Alice melipat kedua tangannya, dia tersenyum ke arah Kate. Menunggu gadis itu selesai mengadukan prilaku pacarnya.

"Apa lagi yang lo tau?" tanya Alice

"Gue kesal karena Melody menceramahi gue dengan selalu membela Anna, biar bagaimanapun Anna posisinya salah disini. Gue gak minta pembelaan, namun seharusnya dia hanya diam dan mendengarkan, gue gak mau dibandingkan dengan dia mengatakan bahwa Anna sudah mendapatkan balasan dari apa yang dia lakukan. Gak bisakah sebagai sahabat dia hanya diam dan mendengarkan tanpa harus bersikap seperti itu? Sampai gue sadar bahwa yang dia lakukan sama dengan yang dilakukan Anna dan Liam, tapi tentu Dylan gak sebodoh itu dengan memilih selingkuhannya, kan?"

"Mereka gak berselingkuh Kate..." tukas Alice, lalu dia meminum minuman yang sudah dipesankan oleh Kate, "tapi posisi mereka mungkin sama seperti pikiran kamu. Kalau mereka berselingkuh pada akhirnya itu bukan masalah untuk gue,"

"WHAT?!" Kate hampir tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alice barusan.

"Gue akan melepaskan Dylan, biar bagaimanapun orang yang berselingkuh gak akan gue pertahanin dengan alasan apapun." Alice tersenyum ke arah Kate, "Kate, gue paham lo masih sayang dengan Liam, tapi balas dendam yang lo lakuin sekarang gak akan membuat dia menyesal sama sekali."

"Maksud lo?"

"Mungkin kalau dulu lo terus mengingatkan Liam akan masa lalu kalian, itu akan berefek besar untuk hubungan kalian. Tapi enggak dengan sekarang, kenyataannya Liam mencintai Anna. Tapi itu bukan berarti Anna lebih baik dari lo. No. Dont waste your time untuk hal-hal bodoh, stop being stupid. Lo bisa mendapatkan yang jauh lebih baik daripada Liam."

"Lo gak pernah merasakan apa yang gue rasakan," ujar Kate

"Menurut lo seperti itu? Gue gak pernah berhasil dalam sebuah hubungan, tapi gue gak akan menyalahkan siapapun. Karena hubungan itu berdua, ketika terjadi masalah artinya dua-duanya yang bertanggung jawab atas masalah itu. Lo tau cara balas dendam terbaik? Dengan menunjukkan lo lebih bahagia tanpa dia dan menganggap dia seolah sampah di hidup lo. Jangan membuat Liam seakan besar kepala karena lo memohon sama dia, lo harus tentuin dimana kelas lo. Jadi cewek yang dikejar cowok atau mengejar. Tapi, lo tau cowok itu semakin di kejar semakin jauh, kan?"

"Jadi gue harus gimana?"

"Setelah putus dari Liam berapa banyak cowok yang mengajak lo pergi?"

"Umm... entahlah..."

"See? Liam bukan satu-satunya. Cintai diri lo lebih dulu, bahagiain diri lo lebih dulu sebelum membahagiakan orang lain. Dylan memberitahu gue mengenai pertengkaran lo dengan Melody, Melody begitu karena dia peduli sama lo, lo temannya dan dia gak mau lo terlihat menyedihkan."

"Tapi dia terlihat menyedihkan saat Dylan datang kembali."

"Karena itu dia gak mau lo merasakan hal yang sama. Kate, gue tau lo orang yang paling peduli sama teman-teman lo, bahkan lo melawan gue karena lo pikir gue akan menyakiti Melody. Dia gak bermaksud membela Anna, mungin kalimatnya terdengar seperti itu karena lo lagi emosi tapi dia bilang sama Dylan kalau dia menyesal."

"Kenapa lo menjelaskan semua ini sama gue? Padahal ini bukan urusan lo sama sekali? Hubungan pertemanan gue dan Melody gak ada hubungannya sama lo?"

"Tentu ada, kalian bertengkar sedikit banyaknya gak lepas dari masalah gue dan Dylan. Kalau Dylan gak dekat lagi dengan Melody lo gak akan membawa masalah itu di pertengkaran kalian kemarin, kan?"

Kate bungkam setelah jawaban Alice barusan yang cukup rasional. Padahal niat awal adalah mengadukan apa yang dilakukan oleh Melody dan Dylan dibelakang Alice, tetapi yang kate dapatkan adalah nasehat lagi. Hanya saja kali ini nasehat Alice masuk ke dalam pikirannya, dia mempertimbangkan segala kemungkinan hal yang bisa saja terjadi.

Mungkin benar, dia harus bisa mencoba mengikhlaskan dan tidak memaksakan suatu keadaan agar sesuai dengan keinginannya.

Dia juga tak sampai hati bertengkar dengan Melody, hanya saja hari itu Melody cukup menyebalkan dan membuatnya kesal. Kate juga menyesal karena telah memaki dan meneriakki Melody dengan mengatakan gadis itu murahan.

"Lo gak masalah kalau Dylan balik sama Melody?" tanya Kate tiba-tiba

Alice menggeleng, "Enggak."

"Hah?"

"Kate, setiap orang punya pilihan untuk setia sama pasangannya atau selingkuh. Dylan memiliki hak untuk balik sama Melody ataupun sebaliknya dan bagi gue itu bukan suatu kesalahan. Gak ada yang tau kedepannya apa yang akan terjadi."

"Lo gak merasa dikhianati?"

"Ah, gimana ya..." Alice mengembuskan napasnya lembut, "gue gak akan bisa mengontrol perasaan seseorang, ketika Dylan memilih orang lain daripada gue, gue hanya berpikir bahwa bukan gue yang dia mau. Itu artinya mau gue secantik apapun, sepintar apapun, sebodygoals apapun, ketika yang dia mau bukan gue dia gak akan milih gue. Tapi, lo tau bukan Melody gak akan melakukan seperti itu?"

"Menurut lo Melody gak akan melakukan hal yang sama seperti Liam dan Anna?"

"Iya," jawab Alice, "Kalaupun dia kembali menyukai Dylan dia gak akan mengatakannya."

"Lo bener sih. Tapi, Alice gue mau nanya, menurut lo gue harus gimana?"

"Liam atau Melody?"

"Dua-duanya."

"Liam? Berhenti peduli sama dia, lo lepasin dia, lo habiskan waktu lo untuk kebahagiaan lo sendiri. Terkadang butuh me time. Liburan tanpa harus mengingat dia, lakuin hal yang lo sukai."

"Lo selalu seperti itu?" Kate mebali bertanya

"Kalau gue lagi banyak pikiran gue akan berkuda atau memanah, itu sedikit membuat perasaan gue lebih baik."

"Okay karena gue suka belanja, jadi gue belanja aja? Gitu? Jadi, mau gue berubah menjadi princess sekalipun, ketika yang Liam mau bukan gue dia gak akan tertarik sama sekali ya?"

"Yap..."

"Oke..." Kate kembali mengangguk, "Tapi Melody..."

"Dia akan minta maaf, lo tungguin aja, Dylan bilang kaya gitu sama gue. Dia peduli banget sama lo."

"Ah, gue juga harus minta maaf sama dia. Niat hati ngaduin dia ke lo, malah gue yang dapat pencerahan. Lo gak mau berteman sama Melody, Lice?"

"Dia yang gak mau berteman sama gue, gue gak bisa maksa."

Sejenak Kate berpikir, lalu dia memiliki rencana jenius untuk Alice. Dia membisikan sebuah rencana kepada Alice dan sepertinya Alice suka akan rencana itu, dia tersenyum karena hal itu.

Sepertinya akan menarik.

***

Melody masih merasa tak nyaman berada di gedung fakultas Kate, meskipun dia di antar oleh Louis pergi kesana. Satu tangannya menarik ujung jaket Louis. Louis tersenyum melihat seperti itu, Melody seperti anak kucing yang tersesat.

"Mel, mereka manusia gak akan makan lo."

"Tapi..."

"Jangan overthinking. Mereka gak merhatiin lo, gak ada yang salah dengan penampilan lo atau apapun."

"Gue ngerasanya mereka merhatiin lo."

"Lo sebagus itu harus diperhatiin."

"Ih." Melody memukul Louis pelan, dia berjalan lebih dulu, namun beberapa detik kemudian dia kembali berjalan ke arah Louis dan mengajaknya untuk berjalan bersama.

"Padahal gue udah seneng lo jalan duluan..."

"Lou, jangan gitu ah."

Karena Melody tidak berani bertanya kepada orang yang ada disitu, dengan mengatakan malu. Dia sepertinya lebih memilih mencari Kate dengan berjalan-jalan di gedung empat lantai itu daripada harus bertanya kepada orang lain. Padahal kan, bukan suatu kesalahan jika bertanya. Louis membantunya dengan bertanya kepada beberapa orang yang lewat dan untung saja Kate adalah salah satu mahasiswi populer jadi banyak orang yang mengetahui keberadaan gadis itu.

Kate berada di kantin fakultasnya.

Dan sekarang disinilah Melody dengan Louis. Melody bisa melihat Kate terlihat bahagia bersama dengan teman-teman di jurusannya, dia mengajak Louis untuk kembali dan mengatakan bahwa dia bisa meminta maaf lain waktu.

"Mel, samperin aja," pinta Louis, "gak apa-apa."

"Gak enak dia lagi sama temennya."

"Emangnya kenapa?"

"Kan mereka lagi ngobrol."

"Ah elah..." Louis langsung memanggil Kate, dan Kate menoleh.

Sepertinya Kate terkejut dengan keadaan Melody ke fakultasnya. Terlihat dari bola matanya yang membesar saat melihat Louis dan Melody disana.

"Sana, samperin udah keciduk juga."

"Lo sih..." omel Melody, dengan langkah perlahan Melody menghampiri Kate.

Kate masih diam, dia bahkan tidak menatap ke arah Melody sama sekali. Fokus dengan ponselnya.

"Kate..."

"Apa?"

"Um..."

Melody menggaruk tengkuknya, dia menghela napas beberapa kali, namun sampai detik ini dia belum meminta maaf. Matanya justru menjelajah ke arah teman-teman Kate yang ada disana. Merasa diperhatikan oleh Melody, teman-teman yang satu meja dengan Kate memilih pindah karena mengerti situasi, sepertinya mereka butuh mengobrol berdua.

"Kalau lo tetep gak mau ngomong mending lo balik ke gedung lo sana," ujar Kate

"Kate..."

"Kalau lo datang buat ceramahin gue lagi, mending lo balik."

Tetap diam saja. melody sejujurnya bingung memulai dari mana, dia terus saja merangkai kata-kata di kepalanya.

"Lo gak mau ngomong, gue mau kelas lagi abis ini."

"Iya, tunggu bentar."

Menunggu.

"Gue..."

"Gue...."

"Minta..."

"Min..."

"Minta makan?" tanya Kate

"Bukan."

"Apaan?"

"Mintaa... um..."

"Pacar?"

"Ih, enggak..."

"Apa?"

"Minta maaf," ujar Melody, dia menundukkan kealanya dalam-dalam, "gue gak ngertiin posisi lo yang masih dalam suasana sakit hati, masih seidh, gue hanya berpikir pake logika karena gak pernah ngerasain apa yang lo rasain. Gue ingin minta maaf dari kemarin, tapi gue nunggu lo emosinya reda dulu. Lo sahabat gue Kate, gue gak mau kehilangan lo karena masalah kemarin."

"Tapi Mel sorry... gue perlu waktu..."

***

Sagara Miller

Nona, bisakah gue mau menggunakan permintaan ketiga gue.

Ok

Gue kirim detail akan permintaan gue ke email lo.

Ya

***

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA MELODYLAN

SAMPAI BERTEMU DI SABTU DEPAN :)

SELAMAT 37 JUTA PEMBACA TEMAN-TEMAN

***

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM

asriaci13

dylanarkanaa_

melodyalexaa

***

with Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top