Chapter Enam Puluh Empat | Titik Balik Sebuah Kejelasan

Cieee yang nungguin chapter ini dari lamaaa😚😚😚

Jadi menurut kalian Alice hamil anak siapa?

Sagara?

Dylan?

Atau cowok lain? Tapi gak mungkin🤣🤣🤣

***

Now Playing | Rex Orange County - Nothing

Selamat membaca cerita MeloDylan

Sengaja gak ada foto biar tegang

Eh ada deh foto Taeyong aja yang cakep🥰🥰🥰

Bagian Enam Puluh Empat

Berhenti mengulur waktu, katakan apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak memiliki banyak waktu untuk ikut dalam permainan konyolmu.

***

Ketika pulang ke rumah Melody benar-benar merasa bersalah, dia meminta maaf sambil menangis kepada Bunda dan Abangnya. Dia merasa bahwa sudah sangat egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri, padahal dia tidak bermaksud seperti itu.

Terkadang kita tidak merasa egois saat melakukan sesuatu, padahal dari sudut pandang orang lain menganggap bahwa kita adalah orang yang sangat egois.

Sudah seminggu sejak kejadian Melody melupakan persentasi, dan kini giliran kelompoknya yang persentasi. Ada rasa canggung, bahkan kedua teman ceweknya masih merasa kesal kepada Melody. Harus diakui, itu memang kesalahannya dan Melody pun sudah meminta maaf baik, via chat, telepon atau secara langsung.

Mungkin mereka perlu waktu, kalau Melody ada di posisi mereka pun akan melakukan hal yang sama. Dia tidak bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi tugasnya.

Untung saja persentasi mereka lancar tak ada hambatan sama sekali. Setidaknya itu yang membuat Melody merasa lega, karena tidak menjadi beban kelompoknya.

Tetapi, Louis membantu menjelaskan kepada teman kelompoknya yang lain. Dia mengarang cerita dengan mengatakan bahwa Melody ke Puncak untuk menamani sahabatnya yang diselingkuhi, karena perasaan kedua temannya mengerti sebagai perempuan akhirnya mereka mengerti.

Cerita Louis tak sepenuhnya salah tapi tak sepenuhnya benar juga, karena nyatanya dia berniat menemani Kate tetapi justru malah bertengkar dengan Kate. Dia juga belum memulai pembicaraan dengan Kate, sepulang dari Puncak dia dan Kate tak saling mengirim pesan.

"Lou... thanks..." ujar Melody

"Mmm..." Louis meresponsnya seolah tak peduli, "lain kali jangan di ulang."

"Iya enggak..." Melody menghela napasnya dan menatap ke arah Louis yang duduk di depannya, "Aku juga minta maaf, karena lupa janji mau nemenin kamu jalan."

"Gapapa, kita kan udah gak ada hubungan dan aku gak ada hak buat larang atau maksa kamu ini dan itu."

"Maksud aku bukan gitu..."

"Gapapa Mel, aku tau kok kamu gak mau kita terlalu deket. Karena udah tau kan ujungnya kaya gimana? Tapi, kamu tenang aja aku gak ada niat buat balik ke kamu, atau ngehasut kamu buat ikut keyakinan aku," jeda Louis, dia balas menatap ke arah netra Melody yang masih menatap ke arahnya, "Kemarin aku udah ngobrol sama Bunda kamu banyak hal, ada yang harus di lurusin. Aku ngerti kekhawatiran Bunda kamu, tapi aku bilang kalau aku niat temenan aja sama kamu dan Bunda kamu bilang gapapa. Jadi Mel, jangan sungkan ya buat nolak atau ngasih tau kalau aku udah keluar batas."

Mendengar kalimat itu dikatakan oleh Louis secara langsung Melody merasa senang sekaligus sedih, dia merasa bahwa mengapa dia dan Louis harus berbeda keyakinan padahal dia yakin bahwa Louis adalah yang terbaik.

Tentu, yang terbaik menurut dia belum tentu yang terbaik menurut Tuhannya.

Mungkin Tuhannya sedang menguji, dia lebih mencintai ciptaannya atau penciptanya. Melody juga merasa bersyukur, Louis mengobrol langsung dengan Bundanya menjelaskan dan meluruskan banyak hal. Selama ini dia merasa bahwa hidupnya hanya tentang dirinya saja, tapi ternyta enggak.

Dia pikir semua ini akan menyakiti Louis, sampai dia berbeda pendapat dengan Bundanya dan dia kabur dari rumah. Tapi, karena itu dia bisa dekat dengan Bella dan ternyata Dylan tidak semenyebalkan biasanya. Pemuda itu bertanggung jawab meskipun Melody tidak memintanya, memberitahu orang tua Melody dan menjamin keselamatannya.

Dia merasa malu kalau mengingat itu, terkesan seperti anak kecil yang tidak bisa melakukan apapun sendiri.

"Lou..."

"Iya?"

"Makasih..."

"Buat?"

"Semenjak sama kamu aku belajar banyak hal, aku merasa jauh lebih baik daripada sebelumnya."

"Bagus dong, kan gak diem di tempat aja. Semua orang pasti berubah supaya menjadi lebih baik, supaya gak mengulangi kesalahan yang sama."

Benar. Dia juga seperti itu, Melody menjadi mencoba tidak bersikap implusif, dia berusaha mendengarkan penjelasan orang lain agar tidak salah persepsi, begitupula dengan Dylan seperti apa yang dikatakan oleh Bella. Pemuda itu jauh lebih pengertian dan tidak bersikap seenaknya. Dia kini bisa membedakan prioritas mana yang lebih harus diutamakan.

Tentu hubungannya yang tidak berhasil dulu banyak membuat perubahan kepada dua insan itu, saling memperbaiki diri agar tidak menyakiti orang yang bersama dengan mereka disaat sekarang.

Melody pun meminta maaf kepada Bella karena seringkali menuduh dan menyalahkan Bella atas kandasnya hubungan dia. Kini Melody mengerti banyak hal, saat itu Dylan selalu bersama dengan Bella sejak kecil dan dia selalu menjadi penjaga Bella dimana pun gadis itu berada.

Mungkin jika Melody menjadi Dylan dia akan melakukan hal yang sama, mengingat kondisi fisik Bella yang lemah apalagi dia hanya memiliki teman dekat Dylan saja.

Ketika Bella sering kali kambuh, Dylan selalu mengutamakannya dan mengabaikan Melody. Melody kini paham, karena Dylan hanya takut itu adalah hari terakhir Bella. Bagaimanapun nyawa seseorang jauh lebih penting daripada menemani Melody menonton film di bioskop atau bersenang-senang.

Jika seandainya malam itu Dylan lebih menemani Melody naik bianglala atas paksaannya dan di hari itu adalah hari terakhir Bella, Melody tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan Dylan. Dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.

"Lou, aku berantem sama Kate..."

"Minta maaf dong, dia udah sering bantu kamu."

"Iya tapi bingung, kaya aku masih canggung aja mau mulai dari mana."

"Mel, minta maaf duluan bukan berarti kamu salah. Kamu kan sahabatnya Kate, pasti paham kan karakter dia gimana? Coba aku tanya, waktu kamu mau minta tanda tangan kating waktu ospek siapa yang bantuin? Dia bahkan rela nyamar jadi anak Ekonomi buat bantuin kamu doang, minta ttd ke kating, karena dia tau kamu gak akan lakuin itu. Kate bahkan rela nungguin jam kelas kamu kalau kamu gak bareng aku pulang, waktu awal-awal masuk kampus dia yang nemenin kamu makan siang setiap jam istirahat."

Penjelasan Louis barusan memberikan pencerahan untuk Melody, dia benar-benar melupakan apa yang sudah dilakukan oleh Kate selama ini padanya. Kate yang paling peduli dan setia kawan, bahkan dia rela pasang badan ketika banyak orang yang mencoba mengganggunya.

Seharusnya Melody lebih peka, meskipun dia mengatakan hal yang benar dia tidak bisa terlalu memaksakannya. Biar bagaimanapun Kate benar-benar perlu waktu untuk membiasakan dirinya yang dimana selalu ada Liam menjadi tidak ada. Itu pasti berat untuk Kate.

"Meskipun kamu tau kalau Kate jauh lebih salah dalam permasalahan kalian kemarin, tapi liat berapa banyak kebaikan dia? Kalian kan sahabatan udah lama masa mau berakhir karena masalah sepele, dilurusin."

"Makasih ya Lou, nanti aku bilang ke Kate."

"Kenapa gak sekarang? Sekali-kali kamu yang nyamperin dia ke fakultasnya. Jangan nunggu dia mulu, mungkin bisa jadi pertimbangan Kate maafin kamu kalau kamu kesana."

"Tapi..."

"Aku temenin."

Melody tersenyum ke arah Louis, pemuda itu cukup peka mengingat dia terkadang risi jika jalan sendirian, seolah-olah banyak mata yang menatap ke arahnya. Tentu saja itu hanya keparnoan dia saja, padahal orang-orang di sekitarnya mungkin tidak peduli akan siapa dia.

***

Pintu kamar hotel itu terbuka, sepertinya lampu sengaja di matikan karena pencahayaan yang ada hanya dari lampu balkon yang pintunya dibiarkan terbuka dan dari cahaya layar televisi.

Dia melihat Alice duduk di sofa sambil menonton televisi, gadis itu menggunakan bathrobenya. Dylan bisa melihat ada kue dan dua gelas kosong serta satu botol wine disana.

Pemuda itu mendaratkan bokongnya di samping Alice. Gadis itu menoleh dan tersenyum.

"Long time no see..."

Dari sekian juta kalimat, Alice justru mengucapkan kalimat yang Dylan benci. Seolah dia merasa tidak terjadi apa-apa, padahal dia sudah melakukan hal yang sangat jahat. Datang dan pergi sesukanya.

Tapi, tentu saja Dylan datang kesini untuk mengetahui alasan mengapa dia ditinggalkan.

"Gak usah basa basi, jadi apa alasan lo ninggalin gue saat itu."

"Chill..." Alice terkekeh pelan, lalu dia menuangkan wine ke gelasnya dan meminumnya secara perlahan, dia mendekatkan wajahnya ke arah Dylan dan membisikan tepat di telinganya, "Happy birthday love..."

Alice menyalahakan lilin yang berdiri diatas kue itu.

"Make a wish..."

Dylan masih mencoba bersabar dan mengikuti permainan dari Alice, dia meniup lilin itu.

"Jadi apa alasan lo?!"

Nada suara Dylan sudah naik satu oktaf, kesabaran dia sudah di ujung batas. Alice mengerti, sepertinya dia harus menyudahi bermain-main kali ini.

"Okay..." Alicia bangkit dari tempatnya, lalu dia mencari tas tangannya dan memberikan satu kotak yang dihias pita biru.

"Gue kesini buat penjelasan bukan untuk kado."

"Jawaban yang kamu mau ada di kotak itu," tukas Alice, gadis itu kembali duduk di sebelah Dylan.

Menurut. Dylan langsung membuka kotak itu dengan cepat untuk mengetahui isinya. Matanya membola saat dia mendapati sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui kehamilan. Testpack dengan tanda positif disana.

Yang artinya si pengguna testpack tersebut, positif hamil.

"Are you pregnant?" tanya Dylan hati-hati

Alice hanya diam menatap ke arah Dylan.

"Please! Jawab, apa itu anak aku?"

Helaan napas Alice terdengar, dia masih tidak menjawab. Justru malah meminum kembali winenya.

"Lice! Berhenti main-main!" Dylan menarik paksa gelas yang ada di tangan Alice, lalu di simpannya. Kedua tangannya di simpan di kedua pelipis Alice, membuatnya agar menatap lurus ke arah Dylan.

"Jawab aku, apa kamu hamil?"

Masih tak ada jawaban. Alice hanya menatap datar ke arah Dylan.

"Please Lice, jawab aku, kamu hamil?"

Dylan menanyakannya berulang kali, namun masih tak ada jawaban dari bibir gadis itu.

"Apa itu anak aku?"





























Cieee penasarann😚😚😚😚
























"No."

Glek. Dunia Dylan seolah berhenti saat itu juga ketika mengetahui bahwa itu bukan anaknya.

"Jadi ini alasan kamu pergi di hari pertunangan kita? Karena kamu hamil?"

Alice kembali diam, sepertinya dia sengaja tidak menjawab atau memberi penjelasan lebih lanjut. Dia sedang mempermainkan Dylan. Dia menyukai Dylan yang kalang kabut mencari jawaban atas apa yang sebenarnya terjadi.

"Siapa?"

"Siapa?!"

"JAWAB SIAPA?!" bentak Dylan

Ini adalah kali pertama Dylan membentaknya selama mereka kenal, biasanya semarah-marahnya Dylan dia akan mengontrol emosinya agar tidak meledak.

"Oke, terserah! Dan selamat atas kehamilannya!" Dylan bangkit berdiri dari tempatnya dan berniat untuk segera pergi dari kamar Alice.

Namun, langkah Dylan terhenti saat mendengar satu kalimat yang dikatakan oleh Alice. Dylan kembali memutar langkahnya dan kembali duduk di samping Alice.
































Terima kasih sudah membaca cerita MeloDylan




























Eh masih ada🤪🤪























Sengaja biar kesel🤟🤟🤟






























"It is not mine, so of course not your baby."

Itu adalah kalimat yang membuat Dylan memutar kembali langkahnya.

"Bagaimana kamu bisa berpikiran bahwa itu anak kamu?" Alice tak percaya dengan kesimpulan yang sebelumnya di ambil oleh Dylan, "Lan, kita emang udah pernah melakukan making love, tapi itu udah lama dan hanya terjadi sekali. Kita melakukan itu karena sebuah alasan dan kamu tau alasan itu."

Jeda Alice beberapa saat, sebelum dia mengatakan kalimat selanjutnya yang membuat Dylan kembali tercengang.

"Mama kamu yang minta aku pergi di hari pertunangan kita..." ujar Alice, "dia memohon untuk aku pergi ninggalin kamu."

Sepertinya Alice mengada-ngada, mamanya sangat menyayangi dan menyukai Alice bahkan dia selalu memuji Alice. Bagaimana pintarnya gadis itu, sopan dan ramahnya.

Bahkan tak ada pikiran sama sekali kalau Mamanya adalah dalang dari semua yang terjadi.

"Kamu nyalahin mama?" Sinis Dylan, "cari alasan yang berbobot dan pikir pake logika. Kamu pikir aku bakalan percaya?!"

"Testpack itu punya Mama kamu."

"Hah?"

Dylan masih belum paham, memang apa masalahnya jika mamanya hamil lagi? Itu bukan suatu hal yang patut dipersalahkan sama sekali saat ini.

"Then?"

"Kamu gak bisa nyimpulin?"

"Jangan buat semuanya rumit!"

"Mama kamu mengaku itu bukan anak papa kamu," ujar Alice, dia bisa melihat dengan jelas raut wajah Dylan berubah. Dia benar-benar terkejut sepertinya, "Yap, dia baru saja mengakui bahwa dia berselingkuh."

"Lalu apa urusannya dengan pertunangan kita?!" desak Dylan, dia sudah muak dengan segala omong kosong yang dikatakan oleh Alice, "mau mengatakan bahwa nyokap gue selingkuh dengan bokap lo? Plis gak usah drama!"

Alice terkekeh mendengar pernytaan yang dikatakan oleh Dylan barusan.

"Bokap gue tau rasanya dikhianati, dia gak akan melakukan hal murahan seperti itu," ujarnya, "selingkuh dilakukan oleh orang-orang brengsek yang hanya memikirkan dirinya sendiri, gak ada pembenaran dari sebuah perselingkuhan, termasuk kelakuan murahan mama kamu."

"Jangan menuduh gak ada buktinya! Siapa orangnya kalau benar mama selingkuh!"

Senyum Alice berubah menjadi smirk kecil, "Om Travis, ayah dari Ace Rodriguez dan Arlenee Rodriguez. Benar, Om Travis adalah adik Daddy. Nyokap lo mengaku itu adalah anak Om Travis."

Dylan masih tak percaya, namun Alice langsung memutarkan rekaman dimana Mamanya mengatakan semuanya. Alice memiliki kebiasaan merekam kejadian dimana dia tengah merasa tertekan atau melakukan sesuatu, itu terjadi karena hal yang pernah dia alami di masa lalu. Sehingga dia terbisa melakukan itu, agar ada rekam jejak digital untuk sebagai bukti.

"Tapi Dylan..."

Menggantung.

Dylan meninggu.

Alice masih menatap ke arah Dylan dengan seksama.

"Om Travis aseksual."

Senyum Alice mengembang dan itu membuat debaran di jantung Dylan semakin berdetak lebih cepat.

***

Terima kasih sudah membaca cerita MeloDylan

Aseksual : aseksual adalah individu yang sedikit atau tidak sama sekali memiliki ketertarikan terhadap aktivitas seksual. Kondisi yang terjadi saat seseorang tidak memiliki gairah untuk melakukan hubungan intim atau menjalin hubungan dengan orang lain.

Plis gaes padahal di QnA roleplayer Alice udah pernah bilang bahwa dia enggak hamil gaes😭😭😭
Aku gak sejahat itu🤪🤪🤪

Tebakannya banyak yang meleset. Padahal udah banyak spoiler.

Kenapa gak mungkin bapaknya Alice? Bapaknya kan udah pernah diselingkuhin, jadi gak mungkin karena tau sakitnya di khianatin dan dia gak mungkin rusak kebahagiaan anaknya dong? Wkwkwk.

Lalu kenapa bukan Mamanya Alice yang selingkuh sama bapaknya Dylan? Plis Mamanya Alice bukan bagian dari keluarga Rodriguez. Alice pernah bilang ke Sagara bahwa dia gak akan kehilangan Dylan karena Dylan akan menjadi bagian keluarga Rodriguez.

Telepon dari Sagara yang bertanyan "Apakah Ace tau masalah ini?"

Itu clue bahwa bapaknya si Ace yamg terlibat😭😭😭

Deva mengetahui hubungan Mamanya Dylan dengan bapaknya si Ace karena Ace adalah sahabatnya Deva. 🤩🤩🤩

Aku kasih tau, chapter depan mungkin bakalan banyak kejutan yang terjadi.

Sampai bertemu di hari Sabtu.

Jadwal cerita ini menjadi setiap hari Sabtu yaaaaa...

Jangan lupa follow instagram

Melodyalexaa

Dylanarkanaa_

***

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top