Chapter Empat Puluh | Retrouvailles (Bag 10)
Now Playing | Baekhyun - Un Village
Selamat Membaca cerita MeloDylan
Mau kasih foto pantai aja ah, biar adem
Bagian Empat Puluh | Retrouvailles (Bag 10)
Lo itu pelaku disini, jangan bertingkah seolah korban. Berhenti menyalahkan orang lain dan mencari alasan untuk pembelaan. Sampah.
***
Setelah permainan pernah gak pernah itu usai, empat sekawan itu kembali ke kamarnya untuk istirahat. Tapi, antara Kate dan Anna seperti terjadi sesuatu karena keduanya benar-benar terlihat canggung satu sama lain.
Jane mengerutkan dahinya, lalu dia merangkul kedua sahabatnya itu.
"Kate minta maaf sama Anna," pintanya, "Lo ngapain sih ngajuin pertanyaan kek tadi, semua kaget. Mana mungkin kan Nana ciuman ama Liam? Sinting, kalau kasih pertanyaan tuh yang masuk akal dikit," cibir Jane
Kate terkekeh saat mendengarnya, lalu dia tersenyum, menatap ke arah Anna.
"Maaf Na, gue keterlaluan," ucapnya
"Lagian, kek gak ada cowok lain aja. Apa bagusnya sih dari Liam. Bego iya, manja iya, nyebelin iya, kaya doang sih sama wajahnya lumayan. Tapi, ya percuma kalau bego nanti duitnya abis, iya kan, Dy?" Jane bertanya ke arah Melody yang sepertinya tidak fokus, dia diam saja.
Melody menatap ke arah Jane, dia hanya tersenyum sekilas.
"Kalau cowoknya kaya kak Dylan ya wajar, dia pinter ada otaknya, kaya bang Ical juga wajar dewasa dan selalu ngerti," cerocos Jane, "Angga, kan setia dan dewasa jdi gak mungkin Anna main sama cowok lo Kate, Liam kan bocahnya kebangetan."
Diantara mereka memang Jane yang sering sekali menilai orang lain. Tapi, Kate tak merasa terganggu karena itu. Jane seperti itu, karena dia tidak tahu dan seharusnya dia tidak pernah tau. Agar, persahabatan mereka tidak canggung. Setidaknya, hanya itu yang bisa dilakukan oleh Kate.
Kini mereka telah sampai di kamar dan tengah membersihkan wajah masing-masing. Anna yang sudah selesai lebih dulu, memilih untuk tidur lebih cepat dan Jane tengah berada di toilet. Kebiasaan dia, sebelum tidur adalah buang air besar lebih dulu. Katanya biar lebih nyenyak tidurnya.
"Kate..." panggil Melody
"Kenapa Dy?"
"Gue putus sama Louis."
Kate menghentikan aktivitasnya lalu menatap ke arah Melody, "Ah, gue harus pacarin Louis kayanya. Soalnya dia berpotensi jadi populer," ujar Kate yang kini melanjutkan menggunakan skincare.
"Jangan Louis, cari yang lain," protes Melody
"Udah jadi mantan, gak boleh larang-larang. Lo juga boleh kok kalau mau sama Liam," kata Kate dengan entengnya.
"Gue tau," Melody menjeda ucapannya, Kate diam saja dia bahkan berusaha mengubah topik pembicaraan mereka dengan meminta kontak Louis dan akan menggodanya.
Melody tau, Kate tidak serius. Dia hanya menutupi perasaannya dengan bertingkah menyebalkan seperti sekarang.
"Gue tau alasan lo putus dengan kak Liam."
"Kak Dylan kasih tau lo?" tebak Kate langsung.
Melody menggeleng, "Gue gak sengaja denger kak Liam dan Anna ngobrol di kamar waktu itu."
"Ah mereka harusnya lebih pinter sembunyiin semuanya, diem-diem aja ya?" pinta Kate
"Terus lo mau gimana?"
"Gue mau coba godain Louis," jawab Kate
"Serius Kate."
"Atau gue goda Musical? Lo pasti lebih seneng punya ipar kaya gue, kan?"
"Apaan Musical gue dibawa-bawa," omel Jane yang baru saja keluar dari kamar mandi, kedua tangannya berkacak pinggang.
Dia menatap tajam ke arah Kate, "Gue akan minta bang ical ganti semua kontaknya, biar gak digenitin sama lo," omel Jane
"Liat Dy, lo mau punya ipar posesif kaya dia?" Kate tertawa melihat respons Jane
Melody menggeleng, "Kayanya mending lo aja yang jadi ipar gue deh Kate." Sengaja Melody mengatakan itu, untuk menggoda Jane.
Diantara mereka, memang Janelah yang paling bucin. Dia akan selalu menjadikan Musical pusat hidupnya, bahkan tak segan-segan memberikan barang couple. Mendengarnya saja sudah ngeri, untung saja Musical tahan dengan sikap Jane, dia hanya akan tersenyum dan menuruti permintaan Jane.
Ponsel Kate berbunyi, dia melirik sekilas lalu menghela napasnya, ada raut wajah kesal disana.
"Siapa?" tanya tanya Jane
"Presma menyebalkan," jawab Kate
"Lo kayanya bisa pacaran sama dia," usul Jane
"Amit-amit jangan sampe, Kai udah kaya Dylan versi wajah malaikat," ucap Kate, dia segera mengangkat telepon itu dan menjauh dari teman-temannya.
Hampir semua mahasiswa mengenal Kaisar. Pemuda yang sangat berani menentang panitia ospek ketika mereka ospek dulu. Menyuarakan pendapatnya dan bertingkah. Rumornya kuat, dia terkenal di kampusnya, memiliki banyak teman dan ramah. Namun, pemuda itu terlalu banyak menuntut dan menilai saat mengerjakan sesuatu. Kate harus menjadi sekretaris bem universitas dan terjebak dengan Kaisar. Nasib malang tengah menghampiri Kate.
Tak jarang pemuda itu menelepon Kate tengah malam hanya untuk menanyakan notulensi atau apapun itu. Pandangan Kate tentang Kaisar adalah pemuda yang satu tipe dengan Dylan, namun berwajah malaikat.
Kaisar selalu tersenyum dan bersikap ramah kepada orang lain. Namun, orang bekerja dengannya akan tau bagaimana menyebalkannya pemuda itu, lain halnya dengan Dylan, pemuda itu tidak tersenyum ke sembarang orang dan bertingkah menyebalkan.
"Gue denger, obrolan lo sama Kate," bisik Jane
"Tentang Louis? Dia bercanda doang Jane."
Jane menggeleng, "Kak Liam."
Melody menghela napasnya perlahan, lalu dia mrnoleh ke arah Anna yang sudah tidur terlelap.
"Kita kan gak tau kronologinya gimana, jadi diem-diem dulu aja ya Jane? Kak Dylan pernah bilang sama gue, meski gue tau udah tau orangnya gue gak ada hak buat musuhin dia, mungkin dia punya alasan."
"Gue, kan, udah bilang lo jangan lebih dewasa sebelum gue, ngeselin banget sih," cibir Jane dengan raut wajah yang kesal.
Kedua orang itu tertawa lepas. Mengobrol banyak hal, sampai suara Jane mulai melemah dan berkurang. Melody menoleh, gadis itu kini sudah terlelap di tempatnya.
Sejujurnya dia merasa lega, bukan Jane yang bermain api dibelakang abangnya. Tapi, kenapa harus Anna juga? Melody masih tidak menyangka, dia begitu teganya kepada Angga dan Kate.
Melody memang tak begitu mengenal Liam, tapi yang dilakukan oleh Liam sekarang benar-benar membuat persahabatannya diujung tanduk. Meskipun Kate berusaha biasa saja, dia pun pasti akan merasa canggung.
Melody mengambil ponselnya, dia mendapati 3 pesan balasan dari Louis. Gadis itu tersenyum cerah lalu segera membuka isi pesan itu.
Louis : Aku baru sampe
Louis : Udah tidur?
Louis : Yaudah, selamat tidur ya Mel.
Gerak cepat, Melody segera membalas pesan tersebut.
Melody : Aku belum tidur, baru selesai cuci muka.
Balasan dari Louis datang secepat kilat.
Louis : Kenapa belum tidur?
Melody : Nunggu kamu sampe.
Louis : Kenapa nunggu aku sampe?
Melody : Kira-kira kenapa?
Louis : Hahahaha, video call boleh?
Tanpa menunggu lama, wajah Louis muncul di layar handphone Melody. Dengan cepat, Melody segera mengangkat sambungan video call itu dan keluar dari kamar. Takut menganggu Jane dan Anna yang sudah tidur.
Setelah Melody keluar dari kamar, mata Anna perlahan terbuka. Dia sedari tadi pura-pura tidur. Sepenuhnya Anna mendengar obrolan teman-temannya.
Anna turun dari ranjangnya, keluar dari kamar tersebut dan dia mendapti Kate yang baru selesai menerima telepon.
"Lo sengaja, kan kasih pertanyaan tadi?" tanya Anna dengan selidik
"Iya, sengaja," jawab Kate sambil tersenyum, "itung-itung pemanasan lah Na. Lo juga bilang enggak, kan? Paling yang lain anggap bercandaan doang."
"Lo udah janji gak akan bahas masalah ini sampe selesai reuni," ujar Anna dengan nada sedikit kesal, "gue ada alasan kenapa lakuin itu."
"Lo pelaku lho Na, kenapa berlagak kaya korban?" tuding Kate dengan senyuman sinis dibibirnya, "Kayanya kita emang harus selesaiin semua ini sekarang."
"Bukan gitu Kate, posisi gue disini yang jadi masalah. Lalu gimana dengan Angga?" Anna kini mulai gelisah, dia tidak bisa kehilangan Angga dan menyakiti Angga.
Dia sudah melakukan semuanya untuk Anna. Anna sepenuhnya sadar bahwa yang dia lakukan salah, tapi tak bisakah Anna bersikap egois sekali saja. Anna akan menjelaskan semuanya asal Angga tidak tahu. Anna tidak sanggup memberitahunya.
"Sekarang aja lo mikirin kak Angga, dulu kemana aja?" cibir Kate, "Lo juga mikirin perasaan gue enggak waktu ngelakuin itu? Kanyanya kalau gue dan kak Dylan gak liat, lo bakalan terus main belakang sama Liam. Begoin gue dan kak Angga." Kate menyeringai, "sayangnya lo telat Na, gue udah kasih tau kak Angga." Kate memperlihatkan ponselnya, disana teleponnya masih tersambung dengan Angga.
Sengaja dia melakukan trik yang dilakukan oleh Dylan sebelumnya. Tadi, setelah menerima telepon dari Kaisar perihal masalah BEM, Angga mengajaknya berbicara dan dia curiga apa yang dikatakan oleh Kate saat permainan itu bukan bercandaan. Namun, Kate menanggapinya sambil tertawa, lalu Kate meminta Angga untuk meneleponnya dan dia mendengarkan obrolannya dengan Anna kalau dia ingin tahu kejadian aslinya.
"Sialan ya lo," maki Anna, dia segera meninggalkan Kate mencari Angga. Dia harus menjelaskan semuanya kepada Angga.
Kate menghela napasnya perlahan, dia tidak tahu apa yang telah dia lakukan benar atau salah yang jelas untuk saat ini dia pun ingin memberitahu prilaku Anna dibelakang Angga. Anggaplah Kate mendendam, namun bukankah harus adil? Apa yang sudah Anna lakukan dia harus menerima konsekuensinya. Dia tidak mau menderita sendiri karena kejadian ini.
Sambungan telepon dengan Angga masih tersambung, Kate menempelkan ke kupingnya.
"Lo dimana kak?" tanya Kate dengan suara gemetar
"Gue di dapur lagi buat kopi, kenapa?"
Nada suaranya terdengar menahan amarah.
"Gue kesana," ujar Kate
"Oke."
Tanpa menutup panggilan telepon itu, Kate segera pergi menuju dapur villa. Berlari di tangga membuat napasnya terengah-engah, sampai dia menemukan Angga tengah duduk di meja makan sambil menyesap kopinya.
"Mau?" tawar Angga, "Gue buatin." Angga bangkit berdiri dari tempatnya, "Lo suka kopi?"
Kate menggeleng, "Enggak."
"Cokelat mau?"
"Boleh."
Angga menyeduhkan cokelat untuk Kate dan memberikannya setelah selesai.
"Ah masih nyambung ternyata," ujar Angga saat melihat layar ponselnya yang masih menyambung dengan sambungan telepon bersama Kate. Angga mematikan sambungan itu dan dia mendapati banyak pesan dari kekasihnya yang menanyakan keberadaannya.
"Anna nanya gue dimana, kasih tau jangan?"
"Kok nanya gue, kak? Itu hak lo," kata Kate
"Mau denger penjelasan mereka?" tawar Angga
Kate menggigit bibir bawahnya, atau terkadang dia menyesap cokelat yang dibuatkan oleh Angga. Sejenak berpikir, selama ini dia hanya menyalahkan apa yang dilakukan Liam dan Anna. Dia tidak mau mendengarkan alasannya.
Apa yang sebenarnya Kate mau? Dia hanya saja belum siap jika mendengar penjelasan yang mungkin menyakitinya.
"Kak Angga mau denger?"
"Ya, setiap orang punya alasan bukan?"
Perlahan Kate mengangguk. Angga tersenyum, lalu dia menelpon kekasih itu, mengatakan bahwa dia ada di dapur bersama dengan Kate.
"Anna otw kesini, sama Liam."
"Anna bilang mau kesini sama Liam?" tanya Kate
Angga menggeleng, "Enggak, feeling aja."
"Hari gini masih ngandelin feeling," cibir Kate yang dibalas kekehan pelan oleh Angga.
Jujur saja, untuk saat ini Angga juga tidak tahu harus bersikap seperti apa dan bagaimana. DIa jelas-jelas terkejut dan ingin marah, kecewa, sedih berubah menjadi satu. Tapi, melihat Kate yang tahu lebih awal dan dia bisa tetap ceria juga menyelesaikan reuni ini. Angga merasa bahwa ada yang jauh lebih menderita tapi dia tetep kuat.
Namun yang datang bukan Anna dan Liam, melainkan Dylan. Pemuda itu menatap secara bergantian ke arah Kate dan Angga. Lalu dia membuat cokelat panas ditambah marshmallow.
"Buat siapa?" tanya Angga, "Bella?"
"Melody," jawabnya singkat, kemudian tanpa berkata apapun lagi Dylan pergi kembali meninggalkan keduanya.
Kate menatap ke arah Angga seolah bertanya, Angga hanya menaikkan bahunya tanda tidak tahu. Mereka tak punya waktu untuk mengrusi hubungan Melody dan Dylan yang terkadang tidak jelas itu, masih ada yang harus mereka lakukan dan urusi.
Karena terkadang, Melody dan Dylan bisa terlihat begitu manis tapi keduanya bisa seperti tidak saling mengenal sama sekali. Sepertinya, tergantung dengan kebutuhan saja.
Tak lama, Anna datang bersama dengan Liam. Benar seperti dengan dugaan Angga. Mata Anna sudah merah, dia menangis sudah bisa dipastikan. Dia segera menghampiri Angga dan menangis. Angga langsung menyeka air mata Anna dengan ibu jarinya.
"Belum apa-apa udah nangis," ucap Angga, "ngomong dulu, jelasin dulu, gue juga gak bakal makan orang kok."
"Maaf..." lirihnya, Anna menundukkan kepalanya dalam-dalam, "gue salah."
"Ya itu gue juga tau lo salah," kata Angga, "Satu yang jadi pertanyaan aku, kok bisa gitu Na?"
"Ini semua salah gue," ucap Liam
"Salah lo doang?" tuding Kate dengan wajah bengis, "Dimana-mana kalau ciuman itu dua orang, lo maksa dia enggak? Enggak, kan? Yang gue liat kalian berdua ngelakuinnya dengan sukarela. Itu artinya salah lo berdua, bukan salah lo doang atau Anna doang," tunjuk Kate ke arah Liam.
"Kate..." Suara Liam melunak, namun Kate tetap menatapnya sengit. Seperti sudah tak ada maaf untuk mereka berdua.
"Jadi kenapa bisa?" Angga menengahi semuanya, dia tau Kate sudah emosi tingkat tinggi.
Keren juga, bisa tahan sampai sekarang. padahal biasanya meluap-luap.
"Lo tau kan kalau kak Liam itu overprotect banget sama Kate? Sampe kadang Kate kesel, suka marah-marah karena kak Liam batesin segala aktivitas Kate. Sampe kak Liam harus tau hari itu Kate pake baju apa ke kampus, atau sama siapa Kate makan siang, siapa yang Kate ikuti di instagram." Anna memulai cerita dibalik alasan mengapa dia bisa melakukan hal diluar batas dengan Liam.
"Lo protect gue, biar lo bisa main belakang gitu?" serang Kate dengan suara lantang, "Emang cowok kaya lo itu laknat banget."
"Dengerin dulu," potong Liam, "kamu harus tau kejadian aslinya. Aku sama Anna gak ada apa-apa."
"Lanjut," pinta Angga
Anna mengangguk pelan, "Lo pun tau Ga, kalau gue sama Kate itu deket banget."
"Udah tau deket pake ciuman sama pacar temen, gak mikir," cibir Kate yang dibalas kekehan pelan oleh Abgga.
Saat itu Anna ingin marah karena Kate memotong penjelasannya.
"Wajar Kate kaya gitu, kan, kamu yang salah. Lanjutin aja, aku dengerin kok," kata Angga
"Intinya Kate pasti cerita masalah semuanya sama gue, apalagi yang berhubungan sama kak Liam. Kate cape karena kak Liam terlalu ngekang. Gue akuin, dia udah gak akan main cowok lagi di belakang kak Liam, cuman sekadar goda-godain wajar lah gak sampe tukeran kontak WA juga. Kan WA Kate udah disadap kak Liam, belum lagi instaragmnya, kan? Kalau udah kaya gitu, kenapa kak Liam masih aja curiga sama Kate? Sebagai temen gue kasian sama Kate, dia merasa tersiksa banget. Terus kak Liam sering ngehubungin gue soal Kate kalau mereka berantem, karena kak Liam tau gue yang paling deket sama Kate dan gue yang bisa ngomong sama dia. Dari sana kak Liam sering chat gue nanya soal Kate, dia mengurangi kekangannya sama Kate.
"Gue kasih tau kak Liam bahwa jangan terlalu over sama Kate, dia gak akan kemana-mana. Setelah itu, gue semakin sering chat sama kak Liam, telfonan, cuman bahas tentang Kate. Terus waktu itu gue berantem sama lo Ga, yang lo sibuk sama temen-temen lo itu. Gue cerita sama kak Liam, jadi kita sering berbagi cerita tentang pasangan kita masing-masing. Sumpah gue gak ada perasaan apapun sama kak Liam. Tapi, semakin gue kenal dan tau dia, dia bener-bener sayang sama Kate. Dia sering banget beliin barang apapun kalau pergi dan selalu untuk Kate. Terus waktu itu kak Liam kirim barang merchandise EXO buat gue, dia tau gue suka Kai. Bahkan kak Liam kasih album yang ada ttd Kai. Itu sebagai tanda terima kasih karena udah dengerin curhatan dia."
Anna menghela napasnya, lalu dia melihat Angga, Kate dan Liam yang tengah mendengarkan ceritanya. Seperti dongeng sebelum tidur.
"Lanjutin?" tanya Anna
"Ya lo pikir," ketus Kate
"Gue lanjutin. Terus waktu itu kak Liam pulang ke Indo, gue seneng liat kak Liam dateng ke kampus jemput Kate dan kalian baik-baik aja. Tapi, suatu hari waktu kak Liam datang ke kampus dan Kate ada rapat BEM, kalian berantem dan kak Liam marah banget. Terus gue dateng dan bilang kalau itu masih tempat umum, kalian udahan gak berantem lagi. Kak Liam pergi dan lo gak susul dia, yang lo lakuin malah pergi ke sekretariat BEM untuk mulai rapat karena lo udah dapat telepon dari Kaisar berulang kali."
Memang, Liam gak setuju kalau Kate ikut organisasi. Tapi, karena Kate sudah mendapat izin dari orang tuanya untuk mengikuti organisasi tersebut jadi Liam tidak bisa melarangnya lagi. Meskipun Liam selalu tau apa yang Kate lakukan. Dia hanya takut, takut Kate dapat menemukan orang yang lebih darinya kemudian dia meninggalkannya.
"Disaat yang sama Angga sibuk banget sama temen kampusnya, dia jarang pulang ke rumah dan kalau gue ke kosannya pun dia sibuk sama handphone main games, atau futsal. Gue berasa ditinggalin. Kak Liam cerita tentang Kate dan gue cerita tentang Angga. Terus kak Liam ngajak gue makan malam, tadinya dia pesen restoran itu buat dinner bareng Kate tapi karena Kate lagi marah, jadi dia gakjadi ngajak Kate. Gue iyain, karena gue juga gak ada kerjaan dan Angga sibuk. Gue gak tau kalau restoran itu adalah restoran romantis, Liam bilang sayang katanya udah booking dan gue gak keberatan sama sekali." Anna menghela napasnya, lalu Angga mengambilkan minum untuk Anna, dia sudah ngomong dari tadi pasti seret.
"Gue sama kak Liam terhanyut sama suasana, musik romantis dan cerita kita. Lalu kak Liam kasih tau ada makanan sisa di bibir gue, cuman gue salah sudut dan kak Liam ngusapin sisa makanan itu. Jarak gue dan kak Liam makin deket, dan yagitu, seperti yang lo liat Kate. Cuman, setelah itu gue merasa bersalah banget dan kak Liam pun begitu. Gue sama dia sepakat untuk gak nganggep apa-apa tentang hal tadi dan lupain. Gue gak tau kalau lo ada disana."
Cerita Anna selesai, namun itu tidak membuat Kate puas. Memang tidak sepenuhnya apa yang diceritakan oleh Anna itu salah, tapi ada satu hal yang dia sembunyikan itu untuk kebaikan dirinya sendiri. Licik.
"Jadi intinya lo sama Liam gak ada apa-apa tapi terbawa suasana terus ciuman?" tanya Angga
Anna mengangguk cepat, "Ya, gue menyesal dan kita setelah itu gak berhubungan sama sekali. Gue minta maaf Ga, gue salah, gue hancurin kepercayaan lo."
"Yakin lo gak berhubungan lagi sama Liam?" Kate tersenyum manis
"Yakin," jawab Anna dengan cepat.
"Giliran gue yang bicara kali ini." Kate sudah mulai gerah dengan semua ini, tanggung sudah basah tinggal dia tenggelam saja, dia juga udah kehilangan Liam dan tidak ada yang harus disesali lagi.
"Setelah makan malam romantis itu, besoknya Liam kasih handphone baru sama lo. Karena dia tau kalau gue pasti nyadap ponsel kalian. Gue tau dari mana? Gue cek mutasi rekening Liam? Gue tau pin kartu debet Liam. Dia beli handphone 2 sekaligus. Itu yang pertama."
Terlihat Anna mulai gelisah, tapi dia berusaha setenang mungkin.
"Bukan buat gue, kak Liam gak pernah kasih handphone sama gue," ucap Anna tegas
"Ya sih, bisa aja Liam selingkuh sama cewek lain lagi. Tapi nyatanya emang handphone itu buat lo Na? Gimana dong?" Kate tersenyum menyeringai
"Buktinya apa kalau itu buat gue? Kate lo emosi dan lo jadi gak pake akal sehat, gue mengakui kalau gue ciuman sama cowok lo tapi itu kesalahan."
"Cukup Na! Gue muak! Handphone lo yang biasa dipake pake case Kai, lalu waktu itu lo bawa handphone lo yang baru, mungkin lo teledor. Ya, pasti keciumlah busuknya mau disimpen berapa lama juga. Gue mikirnya lo ganti handphone, tapi waktu gue coba miscall kontak lo, handphone lo yang itu gak nyala. Ada pesan yang bisa gue baca di pop up, pesan yang cukup manis. Gue belum mikir itu Liam sih, cuman mulai curiga. Terus, gue makan malam di rumah Liam, posisinya gue ama dia lagi gak akur. Tapi, gue berusaha sebisa mungkin nahan emosi, gue ama dia ngobrol terus gue minjem jaket yang dipake Liam. Awalnya dia nolak dan mau pinjemin jaket yang lain, tapi gue gak mau. Lo tau kenapa Na? Karena ponsel itu ada di jaket Liam."
Keringat dingin di pelipis Anna sudah mulai bermunculan, Angga hanya memperhatikan saja. Tak berkomentar sama sekali, sementara Liam dia sudah pasrah. Kate mengetahui semuanya dan dia tidak seharusnya melayangkan pembelaan.
"Untung Liam gak password handphone itu, jadi gue bisa nyadap dengan mudah." Kate tersenyum kemenangan, lalu dia mengeluarkan ponselnya, "Kak Angga aku kirim buktinya di chat."
"Lo tau Na apa yang paling gue benci dikejadian ini? Lo masih bertingkah sebagai korban padahal lo pelakunya," tunjuk Kate ke arah Anna, "Inget waktu kita main truth or dare di rumah kak Angga? Gue bilang gue suka ama kak Angga, itu bohong, gue udah kasih clue kalau gue tau hubungan kalian. Tapi yang lo lakuin? Musuhin gue, kan? Seolah-olah lo cemburu, najis tau gak!" Kate melihat mug yang sudah kosong itu, lalu dia lempar ke lantai dan pecah, "Kalau lo pikir gue bersikap biasa aja kemarin itu karena gue mengharagi acara ini, ini bukan acara gue doang. Tapi setelah ini? Jangan harap gue memperlakukan lo dengan cara yang sama."
Kate mendekat ke arah Anna, jarak mereka semakin dekat sebelum Kate melayangkan tamparan keras di pipi Anna.
"Temen macem apa lo Na! Anjing emang!" teriak Kate, dia kini menangis, "bahkan di acara reuni aja lo masih berhubungan sama Liam! Setan emang kalian berdua!"
"Kate, tahan..." Liam berusaha meraih dan menyentuh Kate, namun segera Kate tepis.
"Jangan sentuh gue dengan tangan kotor lo, sialan," makinya.
Napas Anna menderu, sebelum akhirnya dia melayangkan tamparan balasan untuk Kate. Anna melotot karena Anna bersikap seperti itu, dia segera menghampiri Anna.
"Kenapa baru sekarang? Kalau lo tau dari awal kenapa? Lo bener gue baper sama Liam, tapi kita gak selingkuh. Kita cuman sering chat dan gue ama Liam udah mengakhiri itu semua."
"Kenapa gak maki-makian aja sih, kenapa harus ada tampar-menapar?" tanya Angga, dia kesal sudah pasti.
"Lo emang brengsek Na, lo pelaku tapi mental korban. Lo salah, bukan gue aja yang ada disana malam itu. Ada kak Dylan dan Alice begitupula Andre. Yang kasih tau Kak Angga lebih awal itu kak Dylan bukan gue. Setelah ini kalau perlu lo mati aja Na. Ke neraka sekalian."
Kate meninggalkan ketiganya, napas Anna memburu dia masih menatap tajam ke arah Kate. Liam mencoba menysul Kate dan tinggalah Anna dan Angga.
"Kate bener, Dylan yang kasih tau tapi dia bilang temen Kate. Aku penasaran, aku menebak-nebak dan aku pikir gak mungkin kamu. Lalu aku nanya Dylan lagi waktu di reuni, Dylan kasih jawaban yang sama tapi dengan satu nama dikecualikan yaitu Melody. Aku masih berpikir positif, pacar aku gak mungkin kaya gitu, aku yakin. Tapi saat Kate kasih pertanyaan di games tadi, entah aku mulai curiga sama kamu. Dan bener, emang kamu. Sekarang aku paham kalau Dylan sengaja kasih tau aku karena itu emang kamu, meskipun gak disebutin siapa. Alasan Dylan cerita adalah karena kamu pacar aku, dia kasih kode supaya aku paham."
Angga tersenyum ke arah Anna, "Selamat Na, kamu berhasil patahin hati aku untuk kesekian kalinya." Angga menepuk pundak Anna pelan, "Aku pengin bilang kita putus aja, tapi rasanya salah. Aku harus mikirin itu mateng-mateng dan enggak dalam keadaan emosi seperti sekarang."
***
Terima Kasih sudah membaca cerita MeloDylan
Alasan aku suka Angga adalah dia orangnya dewasa banget dan gak akan ngambil keputusan saat dia emosi. Haduh idaman.
Pacarnya ketauan selingkuh aja masih bisa tenang :'))))
Sebaik Angga disakitin, emang laknat banget si Anna.
Tapi emang banyak banget sih yang bersikap seolah korban padahal dia pelaku, terus nyalahin dan bilang kan ngelakuinnya karena ini :') ah mati ajalah kau.
***
Ini chapter panjang banget 3700 words wkwk, puas, kan?
Vote 50k + Komen 30k
***
Jangan lupa follow instagram :
asriaci13
aliciamillyrodriguez
dylanarkanaa_
melovedy_
***
With Love,
Aci istri sau dan satu-satunya Oh Sehun
Anggap aja Melody dan Louis
KOMENTAR SEPUAS KALIAN MENGENAI DUA FOTO DI ATAS :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top