CHAPTER DELAPAN | Masa Lalu dan Masa Depan
NOW PLAYING | NCT DREAM - BOOM
SELAMAT MEMBACA CERITA MELODYLAN
BAGIAN DELAPAN | Masa Lalu dan Masa Depan
Tidak perlu khawatir, hubungan kami dulu hanya sebatas cinta monyet masa SMA.
***
KINI Dylan sudah berada di tengah-tengah kekasihnya dan mantan kekasihnya itu. Pemuda itu bis menyimpulkan bahwa kekasihnyalah yang mengajak Melody untuk bertemu, entah tujuannya buat apa, yang jelas kini Dylan meyakini kalau semua ini berawal dari video perpisaha itu.
Dia tidak tahu sebelumnya antara Alice dan Melody telah terjadi percakapan apa. Namun yang dia sesalkan, mengapa Alice mengajak Melody bertemu dibelakang sepengetahuannya.
"Jadi ada yang bisa jelasin kenapa kalian berdua ada disini?" tanya Dylan hati-hati, sambil menatap ke arah keduanya.
"Tanya aja sama cewek di samping kak Dylan," jawab Melody datar.
Karena jawaban Melody barusan membuat Dylan menoleh ke arah Alice, padahal Melody juga ada disampingnya kali itu.
"Lan jawab aku, apa yang pernah terjadi di antara kamu dan Melody?" Bukannya menjawab, Alice malah mengajukan pertanyaan lain.
"Gak pernah terjadi apa-apa Lice, hubungan kami hanya sebatas cinta monyet SMA. Bukannya itu benar Melody?"
"Iya, bahkan kalau di bilang gue hanya di jadikan tempat kak Dylan bersandar setelah dia di tolak mentah-mentah oleh kak Bella," kata Melody
Sumpah, Dylan ingin mengutuk Melody. Alice tidak pernah tau kalau Dylan pernah menyukai Bella, karena masalahnya akan semakin runyam. Alice telah menaruh kepercayaan pada dirinya, dia tidak pernah curiga kepada Bella karena Dylan selalu menyakinkan bahwa antara dia dan Bella hanyalah sebatas teman. Tapi, sekarang, alasan itu sudah tidak bisa dia gunakan lagi. Perlahan satu-persatu yang dia pikir Alice tidak perlu tahu terbuka.
"Bella?" Alice memastikan nama yang baru saja dia dengar dari mulut Melody
Melody mengangguk, "Kak Bella, teman kecilnya kak Dylan. Masa lo gak tau?"
Alice sudah bisa merasakannya sedari dulu, namun Dylan tidak menceritakan semua ini. Alice benar-benar tidak mengenal siapa Dylan, dia hanya mengenal Dylan dari sisi luar saja. Bahkan sekedar nama teman-teman Dylan di masa lalunya hanya tau kemarin saat bertemu, Dylan tidak pernah mau membahas masa SMAnya.
Apa ada yang Dylan sembunyikan darinya? Alice ingin tahu seberapa jauh Dylan bersembunyi atas masa lalu yang tidak ingin dia ceritakan kepada Alice.
"Oh, benar itu Dylan?" kini Alice melipat kedua tangannya dan menatap Dylan meminta jawaban serta penjelasan.
Dylan hanya mengangguk sekarang, dia tidak bisa menghentikan Melody karena rasanya akan aneh jika melarang Melody untuk tidak menceritakan kejadian di masa lalu.
"Kalau begitu pasti terjadi sesuatu yang menyenangkan kan di antara kalian berdua, mengingat Melody kenal betul bagaimana kamu dulu." Alice menyentuh tangan Dylan dengan lembut, "Ah kayanya kamu gak mau jelasin sama aku ya sayang?" Alice menekankan kata sayang di akhir kalimatnya, "Bagaimana kalau Melody yang cerita?"
Melody tidak mau menjual kisah cintanya kepada Alice, kalaupun ada yang harus menceritakan itu adalah Dylan bukan dirinya. Alice adalah pacar Dylan, itu berati Dylan yang harus mengenalkannya kepada masa lalu Dylan. Bukan, Alice malah mencari Melody dan bertanya sesuka hatinya. Memangnya Melody siapa Alice? Hanya bertemu di kafe saja, Melody tidak pernah merasa berteman ataupun kenal dekat dengan Alice.
"Tanya aja sama kak Dylan, gue jadi ingin tau sejauh mana ingatan dia tentang hubungan kamu dulu," sinis Melody
"Dylan..." panggil Alice dengan sorot mata ingin tahu.
"Udah aku bilang kalau antara aku dan Melody tidak pernah terjadi apapun, hanya kisah remaja biasa."
"Jadi ciuman bibir tidak penting ya menurut lo?" sindir Fathur
"Bukannya itu wajar untuk orang yang berpacaran?" Alice menatap ke arah Fathur, "Apa itu sesuatu yang salah?" tanya Alice.
Bagaimana ini. Masalahnya menjadi runyam. Bagi Alice mungkin semua itu hal yang biasa saja, tidak perlu di permasalahkan. Tapi, untuk Melody? Dia menganggap bahwa ciuman itu hal yang paling berkesan selama mereka bersama.
"Kamu pernah lebih dari ciuman dengan dia?" tanya Alice menaikkan sebelah alisnya, "Kalaupun iya, itu hanya masa lalu, kan?" Sekarang Alice hanya ingin memastikan bahwa hatinya Dylan hanya miliknya.
"Oke, aku pernah mencium bibirnya saat hari ulang tahun dia. Udah cukup sampai di sana. Gak pernah terjadi apa-apa lagi, tapi daripada dibilang ciuman itu lebih mirip sebuah kecupan. Mungkin." Dylan jadi kesal sendiri, dia juga kalau tidak ingat kalau saja Fathur tidak mengingatkannya barusan. Benar-benar menyebalkan.
"Hubungan gue dan kak Dylan itu udah lama selesai, dan gue gak berharap bahwa semuanya akan kembali ke awal. Kami tidak pernah ada kontak selama 2 tahun lebih, jadi buat apa hanya mengingat kenangan di masa lalu?" tanya Melody dengan lancarnya, "Kalaupun gue bereaksi berlebihan seperti canggung, menurut gue itu hal yang wajar, kita udah lama gak ketemu dan orang yang dulunya dekat kini sudah jauh bahkan tidak sama lagi."
"Iya, artinya lo udah move on kan dari Dylan? Lo sama Dylan udah kan selesai? Kalian gak mungkin balikan kan nanti? Kalaupun lo masih suka sama Dylan, tolong buang rasa lo jauh-jauh karena gue dan Dylan akan segera bertunangan." Alice mengeluarkan satu amplop berwarna pink dan biru ke meja, disana ada tulisan namanya dengan Dylan.
Ya, amplop itu lebih tepatnya undangan pertunangan antara Alice dan Dylan.
Ada rasa sakit yang menjalar di dalam hatinya sekarang, perkataan Alice seolah menyadarkan Melody bahwa dia harus bisa menjalani hidup tanpa Dylan. Dia sudah sejauh ini, jika kalah di akhir seperti ini sama saja Melody seperti dulu. Kalah dengan sikap dan tindakan Dylan, Melody memang tidak pernah bisa membantah apa yang Dylan katakan dari dulu, karena dia terlalu takut, takut untuk mengambil sikap dan keputusan. Tapi, sekarang dia telah lahir menjadi pribadi yang baru. Setelah luka itu tumbuh, Melody jadi berterima kasih kepada Dylan, karena kalau tanpa luka itu dia tidak akan sekuat sekarang.
"Kak Dylan bukan mantan pertama gue, jadi sebelum sama dia gue udah pernah berpacaran. Bukankah pacar pertama sulit di lupakan?" sindir Melody sedikit sarkas.
"Terima kasih Melody, lo benar-benar baik karena mau melepaskan masa lalu Dylan. Gue harap lo bisa bahagia dengan pilihan lo begitupula dengan Dylan. Kita bisa berteman kan?"
Melody tersenyum, "Maaf, teman gue udah banyak dan gak sembarang orang gue jadikan teman."
"Maksud lo apa Mel?" tanya Dylan, Melody menolak Alice untuk menjadi temannya, dan itu pasti menyakiti perasaan Alice.
"Yang mau berteman gue, jadi gue berhak menentukan siapa yang pantas jadi teman gue." Jawab Melody
"Sok cantik lo, najis." Cibir Dylan
"Gapapa Dylan, kan itu haknya dia." Ujar Alice, "Jadi sekarang, hubungan kalian clear kan? Dylan, kamu bisa hapus video itu karena kini kita akan menjalani hubungan yang lebih serius. Aku gak mau kamu terlibat dengan masa lalu kamu lagi. Menyebalkan."
"Gak tau kemana tuh flashdisknya gue lupa, setelah di tonton Deva kemarin." Kata Dylan
Deva hanya diam saja, dia menatap Melody sambil senyum-senyum najis. Deva berusaha mencuri perhatian Melody namun tidak kunjung dia dapatkan, karena Melody tetap serius berbicara dengan Dylan dan Alice.
Kalau Deva jadi Melody, dia akan menyiram Dylan dengan es jeruk yang ada di meja. Biar lebih keren dramanya, dan dia akan membongkar semua masa lalu yang pernah terjadi, supaya Alice bisa pergi dari sini.
Alice hanya cocok di jadikan teman, bukan di jadikan pacar. Itu menurut Deva. Meski Alice baik, tapi dia bukan karakter yang cocok untuk dijadikan pacarnya, mungkin selera Dylan memang berbeda. Tapi, sepertinya masih ada yang di sembunyikan oleh Dylan dan Melody. Deva jadi ingin tahu, sejauh mana mereka saat SMA dulu. Apalagi, mengingat Melody yang bisa membuat Dylan move on dari Bella.
"Kenapa lo liat-liat gue?" sinis Melody ke arah Deva
"Lo cantik, minta id linenya dong." Deva mengerlingkan matanya
Melody menghela napasnya, dia Deva yang kemarin datang ke kampusya membuat keributan. Meminta Melody menjadi pacarnya saat pertama kali bertemu, dia benar-benar sepupu Dylan. Namun mereka terlihat berbeda, karena Deva benar-benar seperti cowok bule asli.
"Lo yang kemarin datang ke kampus gue kan?" tanya Melody
"Iya, yang ganteng, yang matanya biru kaya gue, yang nanti akan jadi pacar lo." Jawab Deva
Dylan yang mendengar itu hanya menatap Deva meminta penjelasan, namun Deva mengabaikannya.
"Oke, mana sini handphone lo," pinta Melody
Deva memberikannya ke tangan Melody. Home screen Deva, adalah model VS yang hanya menggunakan bikini, sepertinya Deva benar-benar cowok mesum tingkat tinggi. Melody langsung mengetikkan nomor handphone di sana, setelah selesai dia mengembalikan ponselnya lagi kepada Deva.
"Gue gak ada kuota, jadi gue kasih nomor yang bisa di hubungi besok."
"Udah, besok gue tunggu di gerbang kampus ya. Kalau lo besok ada, kita pulang bareng... ayo kak Fathur kita pulang, sepertinya urusannya udah selesai." Melody menarik lengan Fathur untuk segera keluar dari kafe.
Deva sendiri bingung mengapa Melody memberikannya nomor dia, kemarin saat dia memintanya di depan teman-teman dia, dia tidak memberikannya. Mungkin ini hanya untuk memanas-manasi Dylan, tapi syukurlah dia sudah mendapatkan nomor Melody sekarang.
Dylan tidak meyangka kalau Melody akan dengan mudah memberikan nomornya kepada Deva, jadi ucapan Deva saat itu bukan main-main. Deva melibatkan masa lalu Dylan untuk menjadi korbannya, Dylan harus berbicara dengan Deva setelah ini.
Fathur hanya mengikuti permintaan Melody dan keluar dari kafe. Fathur merasa aneh kepada Melody, karena tidak biasanya dia dengan gamblang memberikan nomornya ke orang-orang yang dia tidak kenal, tapi saat tadi di kafe. Melody memberikannya kepada Deva, Deva lebih jahat daripada Dylan. Fathur takut jika Melody akan terluka oleh dua orang itu.
"Lo kenapa kasih nomor lo ke Deva sih Mel? Buat manas-manasin Dylan? kalaupun iya, lo gak usah sangkut pautin sama Deva, Deva jauh lebih berbahaya daripada Dylan." Fathur mengomel seperti ibu-ibu.
"Aku tau, kak Fathur gak usah khawatir berlebihan."
"Gue hanya gak mau lo terluka karena alasan yang sama, di tinggalkan saat sedang sayang-sayangnya, bukannya itu menyakitkan Mel?"
Senyum di wajah Melody memudar, lalu dia memeluk Fathur. Fathur sudah baik kepadanya selama ini, dia yang membantu Melody selama ini, "Terima kasih," ucap Melody kemudian dia semakin mengeratkan pelukannya, "Kak Fathur benar aku harus melangkah maju, aku bakalan putusin Louis, dia nggak pantes aku sakitin terus."
Tetapi ada sepasang mata yang memperhatikan keduanya. Ada perasaan sakit yang menjalar di dalam hatinya melihat Fathur dan Melody berpelukan seperti itu.
***
Siapa yang memperhatikan mereka?
Kalian masih berada di shipper mana?
Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai sini.
Btw aku kadang aneh sama orang yang minta ganti judul jadi "Alice-Dylan" aku jelasin nih ya, ini baru permulaan dan pasti masih menceritakan antara "Melody dan Dylan" meski mereka udah gak bersama-sama lagi.
Follow instagram :
Asriaci13
****
Visual Deva
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top