Bagian Tujuh Puluh Tujuh - Alasan Kembali
Now Playing | Lewis Capaldi - Forever
Selamat membaca cerita MeloDylan
Bagian Tujuh Puluh Tujuh
Masih terlalu percaya diri ternyata. Tapi, maaf aku sudah tidak lagi menyukaimu, bahkan tidak ingat apapun tentangmu lagi.
***
Tak ada lagi rasa kesal atau ingin marah karena Dylan datang tiba-tiba, tanpa kabar dan pemeberitahuan terlebih dahulu. Mungkin karena luka dihatinya telah sembuh, lebih bisa menerima.
"...Kita baik-baik aja," ujar Dylan
Senyum Melody merekah, bebannya terangkat. Setidaknya hubungan kedua orang itu terselamatkan dan Melody tidak menjadi penghalang diantara dua orang yang saling mencintai.
Karena jika seperti itu, selain menyakitinya juga menyakiti dua orang itu.
"Lo menyimpulkan apa dari kalimat yang gue bilang?" tanya Dylan dengan satu alisnya terangkat.
Bukannya sudah jelas ya. Dari penggunaan kata ganti 'kita' saja sudah menjelaskan bahwa ada ikatan diantara keduanya.
"Kalau lo?" Dylan kembali bertanya, "Lo sekarang gimana?"
"Aku?" Melody terkekeh pelan, "ya begitu aja, gak banyak berubah sih."
"Louis?"
Melody menghela napasnya perlahan, lalu menggeleng pelan, "Udah susah payah berakhir, masa mau terjebak ke masalah yang sama. Sekarang aku fokus sama diri aku aja kak, enggak ada yang lebih dari itu."
Dylan mengangguk mengerti, dari pemilihan kalimat yang digunakan Melody hari ini, gadis itu benar-benar banyak berubah. Entahlah, ada sesuatu yang berbeda namun Dylan tidak bisa menjelaskannya, tapi dia bisa merasakannya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi," imbuh Dylan
"Pertanyaan yang mana?"
"Tentang kesimpulan lo."
"Oh..." Melody mengangguk pelan, dia menatap balik ke arah Dylan, "Menurut kak Dylan, apa yang aku simpulin?" tantangnya.
Kan, sudah dikatakan bahwa Melody berubah, buktinya sekarang dia bisa menantang Dylan seperti ini.
"Kok nanya gue? Kan gue nanya lo."
Melody tertawa pelan saat mendengarnya, matanya ikut tersenyum. Itu bukan tawa palsu, melainkan tulus dari lubuk hatinya.
"Ya aku seneng kalau kak Dylan balik sama Alice," jawabnya, "bagus dong, karena kak Dylan bisa nemuin orang yang bisa sayang balik ama kak Dylan."
"Lo simpulin itu?"
Melody mengangguk.
"Lalu kalau kesimpulan lo begitu, untuk apa gue ada disini?"
Dahi Melody bergelombang, pertanyaan Dylan cukup ambigu jika hanya diartikan satu kali saja karena dari pertanyaan itu bisa terdapat beberapa jawaban.
"Bukannya kak Dylan sendiri yang tau jawaban dari pertanyaan itu?" Melody tersenyum dan Dylan mengangguk, benar memang hanya Dylan yang mengetahui alasan yang sebenarnya, dia hanya senang saja ketika menanyakan pendapat Melody.
Karena gadis itu akan berpendapat seperti kebanyakan gadis pada umumnya. Lagipula jika Dylan mengatakan secara gamblang mengenai alasannya, itu akan terkesan mengejutkan dan justru malah tidak mendapat respons yang baik.
Harus perlahan. Mereka juga sudah tidak bertemu sekian lama, mesti ada prolog untuk membahas sampai sejauh itu.
"Logikanya gitu sih," imbuh Dylan
"Bisa aja kaya dulu kak, kaya kak Dylan mau tunangan atau apapun itu. Lagian urusan kak Dylan balik kesini bukan urusan aku juga," tukas Melody
Benar. Apapun alasan Dylan bukan lagi urusannya dan seharusnya tidak melibatkan Melody lagi di dalamnya. Lagipula mereka tidak memiliki hubungan apapun lagi.
"Iya, tapi gue akan membuat kita memiliki hubungan lagi," ujarnya dengan yakin.
"Maksudnya?" balas Melody, bukan tidak mengerti sih, dia malas saja merespons jika ingat bagaimana sifat Dylan yang selalu bisa memutarbalikan ucapan, yang pada akhirnya Melody terlihat bodoh dan terlalu kepedean.
"Gue balik untuk menuhin janji sama lo," sambung Dylan.
"Janji? Kak Dylan pernah janji sama aku? Aku gak inget sama sekali," jawab Melody, "ah maaf, kayanya aku lupa, mungkin ucapan kak Dylan gak terlalu penting waktu itu jadi gak aku inget sekarang."
"Ya, gak harus diinget juga sih." Dylan mengangguk paham, "Tapi, gue ingetin lagi aja, gue pernah bilang kalau gue akan perjuangin apa yang menurut gue harus diperjuangin."
"Oh... yang itu," respons Melody singkat, "jadi, kak Dylan mau perjuangin aku setelah setahun? Atau kak Dylan gak dapat apa yang dicari dari Alice lalu balik ke aku? Kesannya aku kaya pelampiasan dan rencana kedua aja dimata kak Dylan."
"Bukan," sergah Dylan, "setahun kemarin aku gak balik sama Alice."
"Aku harus percaya?" Melody sedikit merendahkan ucapan Dylan barusan.
Kalau mereka tidak balikan lalu apa maksudnya dengan pergi selama setahun dan tidak mengabari apapun. Seharusnya jika benar apa yang dikatakan Dylan, dia seharusnya mengabari Melody dan mengejarnya
"Lalu bagaimana dengan setahun kemarin? Kenapa pergi kalau emang mau perjuangin aku?" Melody mengembuskan napasnya kasar, "Menurut aku perkataan kak Dylan gak make sense aja sih. Apalagi alasan kak Dylan kemarin balik untuk ketemu Alice lagi. Itu membuktikan bahwa aku pilihan kedua, pelampiasan atas rasa yang gak terbalas. Jadi seandainya kak Dylan gak jadi sama Alice kak Dylan masih mikir kalau ada aku, tapi maaf kak aku udah gak nunggu kak Dylan lagi. Jadi, kayanya sia-sia aja sekarang."
"Alasan setahun gue pergi untuk menetralkan perasaan gue dan perasaan lo juga," jelas Dylan, "gue gak mau memulai suatu hubungan dengan cara yang salah, maksud gue ketika perasaan gue masih dimiliki orang lain belum sepenuhnya hilang dan gue juga tau bahwa lo masih membandingkan antara satu dan lainnya. Gue emang balik buat nemuin Alice, buat menyelesaikan secara jelas antara gue dan dia. Bukannya lo selalu bilang kalau mau memulai sebuah hubungan gue harus mengakhiri hubungan gue dengan masa lalu gue terlebih dahulu?"
Dylan tersenyum singkat, "Setelah gue rasa, gue siap memulai kisah yang baru, gue kembali dan gue juga harus pastiin hati gue ini milik siapa."
"Menurut kak Dylan aku masih mau balik sama kak Dylan setelah semua yang terjadi?" tanya Melody.
Itu cukup sarkas.
Dylan terkekeh, "Enggak, kalau diliat reaksi lo saat ini."
"Lalu kenapa kak Dylan masih omongin kaya gini? Bukannya buang waktu?"
"Kan gue balik buat perjuangin lo, artinya gak semudah itu gue dapatin lo balik, kan?"
Masih tetap jago memutarbalikan kata, tapi setidaknya pemuda itu sudah tidak denial. Mengatakan maksudnya secara gamblang. Melody paham dengan apa yang dikatakan Dylan.
Tapi, bagaimana, perasaan untuk Dylan sekarang sudah hilang. Dia tidak lagi merasakan percikan apapun di dalam perasaannya.
"Bagaimana kalau aku udah punya pacar?"
"Gue mundur, gue gak akan merebut hal yang dimiliki orang lain. Tapi, lo punya pacar?" tanyanya
"Enggak," jujur Melody, "Kalau gebetan?"
"Gue tetep maju, statusnya masih gebetan artinya gue masih memiliki kesempatan yang sama, iya, kan? Hati lo belum memilih. Tapi, saat lo udah memilih dan itu bukan gue, gue akan mundur."
"Bukannya sia-sia? Karena itu hal yang gak pasti?" Melody kembali bertanya
"Perasaan kan selalu gak pasti Mel, gue hanya melakukan apa yang hati gue inginkan."
"Kalau aku risi?"
"Gue akan berusaha membuat lo nyaman dan gak risi."
"Tapi maaf kak, aku udah gak ada perasaan apapun untuk kak Dylan."
"I know."
"Lalu kenapa kak Dylan masih bilang kaya gini?"
"Gue gak berharap lo masih suka gue Mel setelah kejadian yang lalu. Tapi, gue hanya berharap lo bisa menerima gue dengan keadaan sekarang."
"Kayanya akan sulit," ujar Melody, "karena kak Dylan harus mulai lagi dari nol, dan aku punya trust issues mengenai hal itu."
"It's oke, selama lo gak menendang gue dari hidup lo, gue rasa itu cukup fair dengan gue membalikan semua kepercayaan lo lagi."
"Tapi, aku gak bisa janjiin apapun, kalau endingnya gak sesuai yang diharapkan, kak Dylan gak akan salahin aku, kan?"
"Tentu, itu bukan salah lo."
"Oke."
***
Sejujurnya ini bukan ajang pembalasan dendam, Melody tidak memberikan harapan, hanya saja setiap manusia memiliki hak untuk menyukai siapa. Dia hanya bersikap baik dan kalaupun usaha Dylan bisa meluluhkan lagi hatinya, dia bisa kembali ke pemuda itu. Kecuali, jika setelah usaha Dylan, dia tetap tidak memiliki perasaan lagi. Itu bukan salahnya.
Tidak banyak yang berubah dari Dylan, dia masih manusia cuek dengan segala sifatnya. Tapi, itu menjadi daya tariknya. Yang berbeda adalah, dia menjadi sulit tertebak dan penuh kejutan.
Terkadang disaat mereka tidak memiliki waktu untuk bertemu, Dylan akan segera mengirikan makanan untuk Melody di jam makan siang, tak peduli gadis itu akan memakannya atau tidak.
Dylan tak pernah memaksa ketika Melody mengatakan tidak, dia akan menerimanya. Atau saat Melody membatalkan janjinya secara sepihak, pergi dengan yang lain.
Dia hanya mengatakan.
"Kalau tidak niat pergi dari awal, jangan bilang mau pergi."
Kalau dia marah dan gak marah itu sulit dibedakan karena pendiam. Tapi, setidaknya kini Melody bisa sedikit membedakan ketika pemuda itu badmood.
Yang lucunya adalah, ketika Dylan berkomentar saat Melody pergi dengan cowok lain.
"Gue akan cemburu kalau itu pacar gue," katanya
"Lalu sekarang cemburu?"
Dylan menggeleng, "Enggak, karena lo bukan pacar gue. Jadi gue enggak ada hak untuk ngatur lo, meskipun gue ingin."
Dia tuh, mudah dibaca. Kata-katanya selalu tepat sasaran.
Namun, satu hal yang membuat Melody tak habis pikir. Dylan mengajaknya ke tempat-tempat baru. Padahal biasanya jika ingin membangkitkan ingatan masa lalu, Dylan bisa mengajaknya ke tempat kenangan lama mereka, itu akan membuat deja vu dan mengenai masa lalu mereka.
Melody pernah bertanya mengenai hal itu, lagi dan lagi jawaban Dylan membuat Melody tersenyum.
"Bukannya lebih mudah dan make sense kalau kak Dylan ngajak aku ke tempat yang dulu jadi kenangan kita, kan? Kalah niat kak Dylan mau buat aku inget lagi?"
"Enggak, gue ngajak lo pergi bukan buat lo inget kenangan lama. Justru gue ingin menciptakan kenangan baru, jadi kalau gue gak bisa mendapatkan lo lagi, seenggaknya gue udah memiliki banyak kenangan. Kalau gue ngajak ke tempat lama, gue memaksa lo untuk inget, dan kenangan lama kita lebih banyak sedihnya."
Banyak hal yang berubah, kali ini Melody bisa yakin kalau Dylan memang niat memperjuangkannya. Karena sifat dan karakternya berbeda, rasanya pun dia tidak dibandingkan dengan Alice atau Bella, gadis yang sempat dengan Dylan sebelumnya. Maksudnya yang pernah dicintai oleh Dylan, sebelumnya,
Melody hanyalah Melody, yang artinya Dylan kembali menyukainya karena dia Melody.
"Kak..."
"Hm..."
"Kenapa harus aku?" tanyanya
***
Terima kasih sudah membaca cerita MeloDylan
H-2
Jangan lupa follow instagram
Asrici13
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top