Bagian Lima Puluh Lima | Jeda
Tenang guys aku bakalan lebih banyak nulis adegan uwu daripada tegangnya. Karena di Sagara aja yang konfliknya agak berat, cuman ya emang harus bacanya selingan biar ngerti. Soalnya porsinya udah dibagi.
Kenapa sudut pandang Alice ada di cerita Sagara? Karena, disana dijelasin dari awal. Alice yang tau penabrak Sam itu dari Gara, yang minta Dylan laporin Fathur itu Gara. Apa yang dilakukan Alice selama di Amerika ketika Dylan reuni itu melibatkan konflik cerita Sagara. Jadi, mau gamau aku tarik kesana. Karena, porsi Alice bakalan banyak dibahas disana.
Aku kasih clue.
Alice bakalan berakhir antara sama Dylan atau Sagara dan pasti di antara salah satunya. Selamat menebak guys.
Di Sagara bakalan aku kasih clue-clue kenapa Alice pergi dan kemana. Tapi kayanya udah pada tau kemana Alice pergi di cerita Sagara dan sama siapa juga dibantu siapa wkwkwk.
***
Selamat membaca cerita MeloDylan
Now Playing | Yura Yunita - Buka Hati
Bagian Lima Puluh Lima
Setiap orang akan berubah, entah sikap ataupun penampilan. Tak ada yang akan tetap sama.
***
Bella masih menangis di pelukan Dylan. Dylan berusaha menenangkan Bella, mengelus surai hitam panjang milik gadis itu. Dia sudah mengecek isi flashdisk itu, isinya tak jauh beda dengan berkas yang dilihat Dylan saat di apartemen Alice. Namun, yang membuatnya terkejut adalah ternyata Alice sempat bertemu dengan Fathur dan membahas semuanya.
Rencana gadis itu selalu matang, setiap langkahnya selalu dipikirkan. Termasuk seperti sekarang. Tapi, ada satu hal yang membuat Dylan bertanya-tanya tentang kepergian gadis itu. Ini terlalu tiba-tiba.
Dylan tau orang seperti apa Alice, mendengar rekaman itu dia paham apa yang dirasakan mantan kekasihnya itu. Alice selalu membalas semua hal yang menurutnya tak adil dan mengganggunya. Tidak peduli, siapapun itu.
Paket yang dikirimkan kepada Bella, membuatnya mengerti. Alice bukan mau menjauhkan Bella dari Fathur, tapi dia mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Karena Fathur tak pernah buka suara kepada Bella. Itu artinya, Alice masih memantau gerak-gerik mereka.
"Kenapa? Kenapa dia harus nabrak kakaknya Alice?"
"Fathur dipaksa adiknya Bel," jawab Dylan
"Tetap saja, dia yang punya kendali. Dia bisa memilih untuk mundur dan tidak membuat Sam lumpuh juga masuk rumah sakit jiwa sekarang. Gue gak kebayang kalau yang ada diposisi itu lo. Gue gak akan maafin orang itu."
"Gue tau..." Dylan tak mau menambah beban untuk Bella, dia tidak memberikan argumennya. Dia juga setuju Fathur mendapatkan balasan, apalagi setelah dia mendengar semua bukti rekamannya. Dia salah pilih lawan. Alice bukan lawan yang sebanding untuk Fathur.
Sejujurnya, awal Dylan kenal Alice dia tak menarik sedikitpun. Hanya gadis yang mudah bergaul dan pintar. Dia selalu sopan dan ramah. Tapi, ada satu kejadian yang membuat Dylan ingin mengenal lebih jauh sosok gadis itu.
Bagaimana dia menolak banyaknya pemuda yang mendekatinya, dia bisa melakukan semuanya sendirian, dia membantu orang-orang disekitarnya. Alice seringkali menjadi relawan dimanapun, menjadi pembicara untuk memotivasi banyak orang. Itu mungkin sisi baik yang dia perlihatkan ke banyak orang. Tapi, tentu saja disamping sisi baik selalu ada sisi buruk, karena terang dan gelap selalu berdekatan.
Alice bisa dengan mudahnya menghancurkan orang. Dia tidak akan meyenggol orang lebih dulu, ketika dia diperlakukan tak adil dia akan membalas dengan hal serupa atau bahkan lebih parah.
Tapi, tak banyak orang yang mengetahui hal itu. Karena Alice tak pernah melakukan semua hal dengan tangannya. Dia selalu cuci tangan setelah kejadian itu. Jadi, dia selalu bersih dari setiap masalah.
Suatu hari Dylan pernah memergoki Alice melakukan aksinya. Saat itu mereka masih mahasiswa baru, karena Alice langsung terkenal di kampus. Bagaimana dia cucu dari keluarga Rodriguez, keluarga yang cukup berpengaruh di negara itu. Dia mendapatkan beasiswa tapi dia menolaknya karena dia tau banyak orang yang lebih membutuhkan hal itu. Alice yang dikenal selalu tersenyum ramah dan membantu orang lain. Otaknya yang cemerlang, prestasinya banyak. Tapi, ketika ada orang yang lebih dari kita terkadang banyak orang yang iri.
Banyak pemuda mendekatinya dan Alice tak pernah merespons hal itu, dia hanya bersikap sopan dan memberikan senyuman. Pahit, namun kenyataan. Tak ada orang yang berteman tulus dengan gadis itu dan sepertinya Alice juga bukan tipe orang yang membutuhkan teman. Mereka akan baik di depan Alice, memuji bagaimana sempurnanya dia, tapi mereka akan menggunjingkan dibelakangnya. Betapa muaknya mereka dengan sikap sok sempurna Alice.
Alice terkena bullying. Tapi, dia tidak membalasnya secara langsung. Alice selalu diam dan tak banyak bicara. Saat itu, banyak gadis menyalahkan Alice karena kekasih mereka menyukai Alice, sangat tidak logis tapi begitulah kenyataannya. Bagaimana Alice di teror, loker dia penuh dengan coretan kata-kata kasar. Slut, bitch dan lainnya. Hal itu terjadi sampai satu minggu, tapi ketika itu Dylan tak sengaja melihat Alice tersenyum menyeringai dan besoknya orang-orang yang membully Alice, tersebar aibnya di sosial media.
Tentu, Alice bersih, tak ada bukti bahwa dia yang melakukan itu. Hanya saja, Dylan pernah bertanya apakah dia pelakunya. Alice hanya mengangguk dan mengatakan "Percaya apa yang kamu percaya, kalau kamu percaya saya pelakunya bukan masalah untuk saya, tapi kalau kamu gak percaya saya bukan pelakunya itu juga pilihanmu."
Dan banyak lagi kasus yang lain. Bagaimana Dylan bisa jatuh cinta karena malam itu Alice tengah menatap langit dari balkon, surai hitamnya, senyuman tulusnya. Hal itu membuat Dylan tak bisa memalingkan tatapannya barang sedetikpun dari gadis itu.
Tapi, satu hal yang selalu Dylan ingat. Jangan pernah memiliki masalah dengan Alice, gadis itu menyeramkan sekaligus menyenangkan.
"Bella... bukan hanya lo yang mendapat flashdisk," beritahu Dylan, "Melody juga."
Bella mengangguk, dia sudah bisa berhenti menangis. Matanya sangat bengkak, tapi setidaknya dia sudah mulai tenang.
"Lo tau Alice orang seperti itu?"
"Menyeramkan?"
"Hmm... ya, karena wajah dia gak memungkinkan melakukan hal itu."
"Gue tau."
"Dan lo masih memilih bersama orang seperti dia meskipun udah tau?"
"Ya... gue gak masalah untuk itu. Dia akan membalas orang tergantung kejahatannya, ini udah setaun kejadian tapi gak ada itikad baik dari keluarga Fathur. Gue bisa memaklumi kalau Alice bisa melakukan hal sampai sejauh ini."
"Jadi tujuan utama Alice adalah membuat semua orang meninggalkan Fathur?"
Dylan mengangguk, "Ya, lo dan Melody target utamanya. Tapi, itu balik lagi sama lo dan Melody. Alice hanya kasih buktinya, pilihan lo tetep stay atau pergi Alice gak akan ikut campur lagi."
"Gue masih gak nyangka..." Bella menghela napasnya perlahan, "yang gue tau Fathur baik dan selalu membantu orang lain."
"Tapi dulu dia pernah ninggalin lo sampai lo kritis, ingat?"
Bella jelas mengingat kejadian itu. Tapi, tak bisa terlalu disalahkan. Hanya saja, Fathur selalu bersikap baik kepada orang lain, tapi tidak kepadanya. Mungkin karena Bella terlalu agresif. Kalau di ingat-ingat, perjuangan Bella selama ini untuk Fathur harus berakhir karena kejadian seperti ini.
Menyesal karena telah meninggalkan Fathur? Tidak. Dia tidak menyesal, karena Bella tidak mau bersama dengan orang pengecut dan tidak punya pendirian.
"Gue minta Melody gak nemuin Fathur buat sementara waktu," ujar Dylan
"Kenapa? Alice bakal nyelakain dia?"
"Bukan, dia pasti emosi sama kaya lo. Mungkin dia akan semakin marah sama Fathur, jadi gue minta dia redain emosinya dulu supaya bisa ngomong baik-baik sama Fathur. Termasuk gue, gue gak ngejamin gue gak akan mukul Fathur kalau gue ketemu dia sekarang."
"Lo masih perhatian sama dia?"
"Bel, Fathur memang salah, tapi bukan berati dia harus kehilangan semua orang temannya. Lo berhak putusin hubungan sama dia, karena itu hak lo."
"Bukan, perhatian sama Melody maksud gue?"
"Entahlah... gue hanya melakukan hal yang gue anggap benar."
"Kalau dia baper karena perhatian lo gimana? Lo mau tanggung jawab?"
"Gue gak baperin dia."
"Lo gak mau tanggung jawab?" Bella mengulang pertanyaannya.
"Gue gak mikirin hal itu untuk sekarang, perasaan gue masih dimiliki Alice. Gue gak mau menjadikan seseorang pelampiasan atas rasa kehilangan gue."
"Iya sih, lo aja dulu setelah putus dari Melody gak pacaran setaun baru deh sama Alice. Gak semudah itu ya?"
"Ya."
"Dylan yang gue kenal berubah jadi sadboy?"
"Sialan, lo sadgirl."
Bella hanya meresponsnya dengan kekehan pelan.
"Udah lama sih, kita gak quality time berdua, sekalinya quality time dalam keadaan sedih seperti ini. Cuman, gue ngerasa gak sendirian karena ada lo."
"Gue selalu ada buat lo. Tenang aja."
"Iya, kita selalu berjanji untuk memiliki pacar yang memahami kedeketan kita berdua, kan?"
"Iya, kalau dia sayang gue dia harus nerima lo juga."
"Bener."
***
Mereka sedang berkumpul di rumah Angga, membahas perihal bukti yang dikirim Alice ke rumah Melody dan Bella. Mereka mendiskusikan rencana hal kedepannya.
Perang dingin antara Anna, Liam dan Angga masih terjadi. Tapi, hubungan Anna dan Kate sudah membaik, meskipun keduanya tak sedekat dulu. Memang, tak ada yang sama lagi. Setidaknya Anna mengakui bahwa dirinya salah dan semoga tidak mengulanginya lagi.
"Gila, Alice psikopat banget! Gak nyangka anjir gue, ketipu sama wajah baiknya," respons Kate berapi-api, setelah mengetahui isi flashdisk itu.
"Lo bakalan lakuin apa kalau seandainya Andre yang ada diposisi Sam?" tanya Jane kepada Kate.
"Gue giling yang nabraknya, rumahnya gue bakar. Apa-apaan setaun gak ada itikad baik sama sekali. Setelah diciduk baru minta maaf mana melakukan pembelaan udah tau salah, pengen gue jait bibirnya." Omel Kate dengan suara merconnya.
"Liat siapa sekarang yang kaya psikopat?" sindir Arsen, dan Kate hanya tersenyum seolah tak berdosa sama sekali.
"Setelah kita tau kenyataannya, pandangan kita ke kak Fathur gak bakal sama lagi gak sih?" tanya Anna
"Iya, sama kaya kita ke lo," jawab Kate
"Gue akui." Anna menyetujuinya.
Semuanya tak lagi ada yang sama, ketika sudah mengecewakan. Karena yang retak tak akan kembali ke semula.
"Gue gak nyangka aja sih, keluarga Fathur seperti itu," ujar Gery, "Mikir gak sih? Kok bisa orang se naif Fathur besar di keluarga kaya gitu? Menghalalkan segala cara?"
Melody mengangguk, dia setuju akan pernyataan yang di kayakan oleh Gery, "Iya, perlu mendengar dari sisi kak Fathur juga. Tapi dia selalu gak mau kasih tau alasan kalau kita nanya kronologinya."
"Mungkin karena dia malu," jawab Kate asal ngomong
"Atau dia gak mau kita tau kalau keluarganya terlibat juga," sambung Liam
"Cieee sambung-sambungan omongannya, hubungan gak mau nyambung lagi?" goda Arsen
"Heh lambe! Gue sunat lagi lo!" bentak Kate yang membuat Arsen tertawa.
Terlihat bahwa di netra Kate dia masih memiliki rasa untuk Liam, hanya saja semuanya bungkam. Dan seperinya Liam pun tau kalau Kate masih memiliki perasaan untuknya hanya saja dia berpura-pura tidak tahu atau mengabaikannya. Karena akan semakin menyakitkan ketika Kate mendapat respons yang bagus tapi Liam tak berniat memperbaiki hubungan mereka.
"Makasih kak," ujar Melody
Dylan menoleh ke arah Melody.
"Aku udah salah paham lagi, aku kira Alice mungkin bakal nyelakain atau kak Dylan pengen aku gak nemuin kak Fathur lagi setelah kejadian ini karena kak Dylan mau kak Fathur di tinggalin sama semua orang. Tapi, nyatanya kak Dylan mau kita tenang dan berpikir jernih agar tak gegabah. Aku gak menyalahkan Alice atas kejadian ini, semuanya harus bertanggung jawab, aku gak akan seberani dia kalau ada diposisinya. Mungkin kalau hal itu terjadi kepada Bang Ical, aku gatau harus lakuin apa untuk membalas korban, atau aku hanya akan memaafkannya dan menganggap semua hahyalah takdir? Aku gatau." Melody menghela napasnya perlahan-lahan, netra gadis itu menatap lurus ke arah Dylan. Tepat, mata mereka saling bertatapan.
"Kak Dylan banyak berubah."
"Iya, lo pikir lo doang yang boleh berubah?"
"Gak jadi, kak Dylan tetep ngeselin."
"Baik salah, ngeselin salah, terus lo maunya gue gimana?"
Melody diam, dia tidak bisa menjawabnya. Karena kini Dylan sepertinya sengaja menatapnya lebih lama, Melody segera mengalihkan tatapannya. Bukan karena dia tak bisa bertatapan dengan Dylan, tapi dia sadar ada beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya dan Dylan.
"Mel, jangan terlalu bawa perasaan biar gak mudah sakit hati," bisik Dylan, "gak semua orang yang perhatian itu suka sama lo."
"Iya."
"Makanya jangan kegeeran kalau gue bersikap baik sama lo, gue gak berniat jadiin lo pelampiasan."
"Yaudah sih, berisik."
"Atau lo emang ngarep sama gue lagi?"
"Kak! Stop!"
"Kalau gak ngerasa gak usah marah. Semakin lo marah, semakin lo keliatan ngarep." Bisik Dylan, "jangan terlalu percaya seseorang, itu menyakitkan."
***
Terima kasih sudah membaca cerita MeloDylan
Kenapa update selang-seling sama Sagara, karena harus mengimbangi alur juga.
Aku kasih tau deh. Hubungan Dylan sama Alice udah sejauh itu. Jadi, gak bakalan gampang banget dilupain apalagi udah setahun lebih.
Bukan Alice yang merebut Dylan, tapi Dylan yang membiarkan perasaannya dimiliki Alice.
Move on itu perlu.
***
Jangan lupa komentar di setiap line yaaaa
***
Jangan lupa follow instagram :
Asriaci13
Dylanarkanaa_
Aliciamillyrodriguez
Melovedy_
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top