Chapter 8

Sakura masih berkutat dengan komputernya sendiri meski jam telah menunjukkan pukul setengah enam sore. Ia seolah mengabaikan waktu yang terus berlalu dan terus mengerjakan pekerjaannya meski sesungguhnya pekerjaan itu masih bisa dilakukan besok. Setidaknya ia bisa membawanya pulang ke rumah kalau ia mau.

Semula ia berpikir ingin terus berada di kantor dan melanjutkan pekerjaannya, namun ia teringat jika Sasuke masih juga belum pulang dan belum memberikan kunci padanya. Apakah lelaki itu menunggunya? Tidak mungkin begitu, kan?

Pada akhirnya ia memutuskan untuk menghentikan pekerjaannya dan bangkit berdiri dari kursinya untuk mengintip Sasuke. Ia mendapati lelaki itu tak lagi berada di meja kerjanya, melainkan sedang berbaring di sofa. Rasa penasaran membuat Sakura berjalan sedikit mendekat untuk memperhatikan lelaki itu dan ia menemukan lelaki itu sedang memejamkan matanya.

Mendadak Sakura merasa tidak enak karena lelaki itu menunggunya sampai tertidur. Kalau sudah begini, ia tak memiliki pilihan selain cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap untuk pulang.

Sakura berusaha melangkah tanpa suara menuju mejanya serta menyimpan data, kemudian mematikan komputer jinjingnya serta memasukkan ke dalam tas. Ia segera meraih tasnya dan berjalan menghampiri sofa di mana Sasuke tertidur, namun tampaknya lelaki itu tertidur begitu pulas hingga tidak menyadari eksistensi seseorang yang kini duduk di sofa yang berhadapan langsung dengannya.

Terdengar suara dengkuran pelan dan Sakura tersenyum tidur secara refleks. Ternyata spesies berkromosom XY, tak peduli seberapa tinggi status sosialnya, pada umumnya memiliki kebiasaan yang sama, yakni mendengkur. Ia baru saja berpikir kalau Sasuke pasti tidak pernah sekalipun begadang, kini ia menyadari eksistensi sedikit lingkaran kehitaman di bawah mata Sasuke yang terpejam.

Sejak kapan lelaki itu terlihat lelah? Rasanya kemarin tidak begini, atau mungkin ia memang tidak begitu memperhatikan wajah lawan bicaranya? Selama ini ia memang tak terlalu memperhatikan wajahnya karena ia malas bertemu pandang dengan tatapan yang seolah hendak mencabik-cabik dirinya.

Sekarang ketika ia terpaksa memperhatikan wajah yang tertidur itu, ia baru menyadari kalau Sasuke terlihat sedikit lelah namun juga cukup menawan jika tidak memberikan tatapan tajamnya itu. Kulitnya putih bak porselen dengan wajah tirus dengan dagu yang lumayan tajam, berbentuk layaknya huruf V yang didambakan orang-orang. Hidungnya yang kecil dan mancung itu juga memiliki bentuk yang bagus serta bulu mata yang lumayan lentik.

Sakura meringis seketika saat menyadari apa yang baru saja ia pikirkan. Ia pasti sudah gila karena mulai mengagumi bosnya yang sedingin es ini. Meski ia kerap menghabiskan waktu bersama lelaki itu, ia terkadang beristirahat di area bersama di kantor dan mendengar gosip dari rekan kerja lainnya. Ia sudah mendengar kalau ia adalah sekretaris kesekian yang direkrut setelah para sekretaris sebelumnya dipecat setelah berpergian dengan ayah lelaki itu. Padahal itu kehidupan pribadi mereka. Benar-benar lelaki sinting.

Seolah menyadari sedang diperhatikan, Sasuke segera mengerutkan keningnya dan tubuhnya menggeliat pelan secara refleks. Ia meletakkan tangan di depan mulutnya dan menguap serta berusaha mendudukkan diri di atas sofa.

Sakura mau tak mau memperhatikan jemari lentik dan panjang itu, yang menurutnya mirip jari pianis meski lelaki ini bukan seorang pianis. Ia bahkan ragu kalau lelaki itu tertarik dengan seni di bidang apapun.

"Sudah?"

Kini giliran Sakura yang mengernyitkan dahi, "Apa yang sudah?"

"Pekerjaanmu."

Sakura meneguk ludah. Sesungguhnya pekerjaan untuk hari ini sudah selesai sebelum jam lima sore dan Sasuke pun tahu akan hal itu. Namun lelaki itu membiarkannya untuk melanjutkan apapun yang ia kerja dan tidak menyuruhnya untuk cepat pulang.

"Sudah."

"Kau sudah pesan tiket pesawat dan mempersiapkan akomodasi serta mengontak Tuan Zhang yang akan bertemu denganku di Shanghai dua minggu lagi?"

Sakura mengangguk. Lelaki ini bak artis mancanegara yang jadwalnya terisi penuh hingga berminggu-minggu dari sekarang. Pekerjaan Sakura untuk saat ini termasuk melakukan korepondensi, terkadang menggantikan lelaki itu untuk berurusan dengan para manajer, hingga mengurus hal-hal seperti ini. Ketika rapat, ia bertugas mencatat dan bahkan ia pula yang membantu membuatkan presentasi dengan data yang diberikan padanya hingga memberikan data yang diminta.

"Pastikan kursi kita bersebelahan di pesawat dan pesan dua kamar bersebelahan."

Tentu saja tanpa diminta Sakura akan melakukannya dengan sangat senang hati terkait kamar. Ia tidak sudi berbagi ruangan dengan pria dewasa yang di matanya merupakan sebuah ancaman.

Sakura sedikit mengangkat sudut bibirnya, "Tanpa anda minta, saya akan melakukannya dengan senang hati. Saya tidak berniat berbagi ruang tidur dengan anda."

Sasuke tidak terkejut dengan reaksi perempuan ini yang jelas-jelas menolaknya bahkan sebelum ia mulai mendekat. Ia segera bangkit berdiri dari sofanya dan berkata, "Ayo."

Sakura segera berjalan mengikuti lelaki itu. Ia pikir, pertemuannya dengan Sasuke adalah keberuntungan yang membuatnya mampu melakukan perjalanan ke luar negeri yang tak pernah ia bayangkan.

.

.

"Kau bisa memasak?" tanya Sasuke tepat ketika mereka menyusuri lorong menuju kediaman mereka.

Pertanyaan yang diajukan sang bos membuat Sakura terkesiap. Ia segera mengangguk dan berkata, "Sedikit."

"Buatkan makanan untukku. Kau boleh datang ke rumahku sesudah mandi."

Sakura baru menyadari satu hal. Rasanya ia seolah masuk ke dalam mulut buaya setelah terlepas dari mulut seekor harimau. Kini ia kehilangan waktu pribadinya sepulang bekerja dan harus berurusan dengan lelaki itu. Saat ini saja ia mulai muak mendengar suara lelaki itu selama berjam-jam sehari.

"Ah, apa yang anda inginkan?"

"Makanan apapun yang tidak manis."

"Mmm ... anda biasanya memasak apa?" tanya Sakura dengan maksud berusaha mendapatkan informasi mengenai selera Sasuke.

"Tergantung bahan di kulkas."

Sakura merasa lelaki ini cukup membingungkan. Mengapa tidak langsung menjawab pertanyaan dengan jawaban yang jelas saja, sih?

"Apa yang biasanya apa yang ada di kulkas anda?"

"Aku tidak begitu memperhatikan. Hanya asal membeli daging dan sayur setiap minggu serta bumbu. Pokoknya gunakan saja apa yang ada."

Sakura mengiyakan, namun sesungguhnya ia ingin merutuki betapa cueknya lelaki itu. Bagaimana bisa asal membeli bahan tanpa tahu apa yang dibelinya? Bukankah seharusnya saat memasak memperhatikan apa yang ada di kulkas?

Ia menerima kunci dari Sasuke yang merupakan sebuah kartu polos berwarna hitam dengan tulisan nomor apartemen dan segera berpamitan serta berjalan menuju pintu ruangannya sendiri. Ia menempelkan kartu pada sensor di pintu dan pintu berhasil terbuka.

Sesaat, gadis itu terpana begitu melihat apartemennya sendiri. Ia berpikir kalau ia sedang bermimpi sekarang. Ia bahkan mencubit pipinya sendiri dengan keras dan meringis untuk memastikan kalau ia tidak bermimpi.

Begitu ia memasuki ruangan, ia mendapati sofa berwarna abu-abu dengan bantal berhias serta terdapat lampu kristal. Di samping pintu masuk terdapat lemari besar berwarna putih setinggi eternit di mana ia bisa menyimpan sesuatu di sana. Selain itu juga terdapat LED Smart TV seukuran 55 inci dengan warna hitam, berbeda dengan rumah pamannya yang masih memakai TV LCD seukuran 32 inci.

Bahkan juga terdapat pendingin udara di dalam ruangan serta separator menuju area ruang makan yang menyatu dengan dapur. Ia sungguh tak mengerti dengan pemikiran Sasuke, padahal lelaki itu tahu ia tinggal sendirian, namun malah memilih meja persegi panjang dari kaca dengan ujung berwarna emas mengilat serta kursi berwarna putih untuk delapan orang.

Sakura mendesah. Pasti uang lelaki ini terlalu banyak hingga membeli kursi hanya demi estetika. Kalau ia sendiri pasti hanya akan membeli maksimal empat kursi.

Mendadak ia merasa tas kain tua miliknya jadi terlihat sangat tidak cocok dengan tempat ini. Ia pun tidak mungkin membawanya ke dalam kabin kelas satu saat pergi bersama Sasuke nanti. Sudah saatnya membuang tas itu dan membeli sebuah koper.

Ia segera membawa tas itu dan memasuki kamar mandi di dalam kamarnya sendiri. Lagi-lagi ia merasa takjub karena di dalam kamar itu terdapat jendela besar dengan pemandangab kota setta tirai yang tebal dan berat.

Ketika memasuki kamar mandi, ia lebih terkejut saat menyadari keberadaan jendela besar di dekat bak mandi, sedangkan area shower berseberangan dengan bak mandi. Kamar mandi itu juga lebih besar dari kamarnya dulu dan berdesain simple namun elegan.

Sakura mulai bersikap kampungan dengan tersenyum dan berjalan mondar-mandir karena masih tak percaya kalau mulai sore ini ia benar-benar akan memakai kamar mandi sebagus ini yang tak pernah ia mimpikan sekalipun.

Sesudah tenggelam dalam euforia sesaat, kemudian ia menyadari apa yang dilakukannya dan merasa malu pada dirinya sendiri. Ia segera melepaskan pakaian dan berjalan menuju pancuran air hangat serta membersihkan dirinya, tetesan air yang menerpa tubuhnya seolah hendak menghapus semua rasa lelah di tubuhnya.

.
.

Sakura merasa kebingungan, haruskah ia berpakaian formal ketika ia hanya pergi ke rumah tetangga? Atau ia mengenakan pakaian rumah sekaligus pakaian tidur, yakni kaus dan celana pendek?

Ia tidak mau lelaki itu salah paham dan mengiranya ingin menggoda. Bagaimanapun juga lelaki dan hasratnya adalah binatang buas. Bagaimana jika lelaki itu mendadak bergairah saat melihat setengah pahanya?

Ia teringat kalau ia memiliki sebuah celana panjang training berwarna hitam dan kaus atasan berwarna hitam.

Ia menatap pantulan tubuhnya sendiri. Sebetulnya ukuran dadanya tidak besar, bahkan kalau ia tidak memakai bra pun tidak kelihatan. Haruskah ia memakainya ketika ia biasany tak pernah memakai di rumah?

Sakura mendesah, sepertinya ia harus memakai bra juga untuk menghindari kejadian memalukan. Ia cepat-cepat memakai benda itu, kemudian meninggalkan hunian barunya serta menuju rumah Sasuke. Jarak antara pintu apartemen mereka meski bersebelahan tetap berjarak lebih dari sepuluh langkah, bahkan rasanya lebih jauh ketimbang jarak antara rumah bibi dan tetangganya.

Ia merasa begitu berlebihan karena mengagumi tempat itu. Padahal pasti tempat itu biasa saja bagi para penghuni yang memang sudah terbiasa. Begitu sampai, ia berusaha mencari bel dan tak menemukannya sama sekali. Ia baru akan mengetuk pintu ketika menyadari keberadaan sebuah benda di samping setiap pintu di mana terdapat layar kecil dan ternyata merupakan intercom.

Sakura segera menekan tombol di bawahnya. Begitu terdengar suara, ia baru saja akan berkata sebelum Sasuke memotongnya, "Tunggu."

Perempuan itu tak sempat menjawab dan terdengar suara interkom dimatikan. Tak lama kemudian pintu terbuka dan Sakura masuk seraya sedikit menunduk, merasa sungkan karena memasuki kediaman lelaki yang bahkan bukan temannya di jam yang tidak wajar.

"Permisi, Pak."

Sasuke segera menutup pintu dan Sakura hanya berdiri di samping tembok. Ia memperhatikan pria itu yang tampaknya baru saja mandi. Air masih menetes dari rambutnya yan basah dan kini lelaki itu mengusapnya dengan handuk kecil. Tercium aroma sabun menguar dari tubuh lelaki yang kini hanya memakai celana training dan kaus yang terlihat santai.

Sakura terdiam sejenak. Dibanding penampilannya saat di kantor maupun saat ia bertemu lelaki itu satu kali di luar jam kerja, penampilan lelaki itu terlihat sangat santai. Sasuke malah terlihat seperti mahasiswa tingkat tiga atau tingkat akhir ketimbang seorang CEO yang usianya mungkin sudah lebih dari dua puluh lima.

"Ternyata dekorasinya mirip, ya," Sakura berujar secara refleks setelah memperhatikan kediaman Sasuke. Hanya saja warna perabot di rumah itu hampir semuanya berwarna hitam atau perak.

"Selera kita sama, hm?"

Sakura merasa agak canggung dengan topik yang sedikit personal. Namun ia sadar bahwa ucapan lelaki itu tidak sepenuhnya salah. Ia memilih dekorasi itu dari katalog yang ditunjukan padanya, meski alasan sesungguhnya lebih ke arah penghematan.

"Saya cuma memilih furniture di katalog yang paling mirip dengan desain rumah Bapak. Sedikit sayang kalau mengeluarkan banyak uang mendekorasi ulang tempat yang masih bagus, kan?"

"Penghematan?"

Sakura menganggukan kepala dan berjalan mengikuti Sasuke menuju dapurnya yang didominasi dengan warna gelap. Terdapat bermacam-macam peralatan masak premium di sana, termasuk oven dan bahkan mixer. Bahkan sampai ada mesin pembuat roti yang begitu ia idamkan. Ia merasa heran, seorang lelaki lajang memiliki oven, mixer dan pembuat roti untuk apa?

"Wah, oven, mixer dan pembuat roti. Bapak suka makan dessert?"

Sasuke menyapukan pandangan pada benda-benda itu dan menyahut, "Tidak. Aku hanya memakai alat pembuat roti ketika sedang bosan dan ingin makan roti."

"Wah, Bapak bisa membuat roti? Hebat sekali."

Sasuke menggelengkan kepala. Entah kenapa hari ini perempuan itu sedikit lebih banyak bicara, tetapi ia tidak keberatan dengan pertanyaan personal sebatas ini.

"Aku hanya perlu memasukkan semua bahan ke dalam mesin, kok."

"Membahas roti membuat saya jadi ingin makan roti mendadak," celetuk Sakura. Sesudahnya ia terkejut sendiri karena ia membahas topik tidak penting pada sang bos.

Sepertinya rasa kesepian mulai menggerogotinya karena ia hampir tak berkomunikasi dengan siapapun secara personal karena terlalu sibuk. Hingga akhirnya, ia malah berbicara tidak penting begini.

Sakura hampir meminta maaf, namun di luar dugaan Sasuke malah menanggapi topik tidak pentingnya dengan reaksi tidak terduga.

"Mau buat roti?"

"Eh, tidak. Maksudnya saya ingin memakan roti, namun saya ingin beli di minimarket nanti."

Sasuke tak memahami dirinya sendiri. Sebenarnya ia sedang tak ingin memakan roti, namun mendadak ia merasa ingin membuatnya.

"Mendadak aku ingin membuatnya. Mana mungkin aku menghabiskan semuanya sendiri, hn?"

Sakura segera menjawab, "Kalau bapak butuh cemilan, makan saja rotinya. Saya sendiri bisa menghabiskan beberapa roti isi dalam sehari, lho."

Sasuke melirik perempuan itu sekilas. Tak seperti biasanya, kali ini Sakura lebih banyak bicara soal kehidupan pribadinya. Biasanya ia memilih tak mau tahu, namun kali ini ia tak keberatan mendengarnya.

"Maniak roti."

Sakura meringis. Lelaki itu bisa juga meledeknya. Ia baru saja akan membalas ucapan lelaki itu ketika Sasuke mendadak bertanya, "Kau suka roti apa?"

"Mmm ... coklat? Keju juga enak. Memangnya kenapa?"

"Aku lapar. Cepat buatkan makan malam untukku," sahut Sasuke dengan nada memerintah yang membuat Sakura sedikit jengkel. 

'Sungguh aneh, kalau cuma ingin menyuruhku cepat-cepat membuatkan makanan, untuk apa menanyakan selera rotiku segala?' Sakura membatin dengan jengkel.

-TBC-

---------------
Author's Note :
---------------
Halo. Kali ini saya ingin menginformasikan event SasuSaku yang satu ini.

EVENT SASUSAKU

APRIL : BACK TO THE PAST

_________________

KETENTUAN KATEGORI FANFIKSI:

° Karya dipublikasikan melaui platform Wattpad.

° Rated K-M

° Genre bebas

° Publikasi karya dalam rentang waktu 1 s/d 30 April 2020.

° Karakter utama merupakan SasuSaku(Sara), penggunaan alternative pair hanya sebagai slight.

° Mencantumkan disclaimer.

° Panjang jumlah kata adalah minimal 2k words. oneshot ataupun multi chapter diperbolehkan namun diwajibkan selesai dalam periode pengumpulan karya.

° Setting diperbolehkan AU maupun canon.

° Cerita sesuai dengan tema yang telah ditentukan, serta menggunakan salah satu kata di bawah sebagai berikut:

— Anggara

— Barakat

— Binara

— Bedegap

— Berik

— Cicik

— Derana

— Dukan

— Embara

— Gerha

— Hantai

— Inca

— Jebah

— Kapar

— Kunarpa

— Lengit

— Manikam

— Meloka

— Mengapikan

— Muas

— Nyalar

— Overste

— Paduk

— Pengeng

— Pusu

— Rampuh

— Sampu

— Susung

— Telebang

— Tetibar

— Uai

— Uba

— Wolanda

— Yaksa

— Zendeling

* peserta dapat menggunakan KBBI untuk keterangan lebih lanjut.

° Karya diperbolehkan AU maupun canon.

KETENTUAN KATEGORI FANART:

° Kontestan mengirim karya melalui panitia melalui email.

° Bertemakan masa lalu

° Memenuhi ketentuan dalam rentang waktu yang telah ditetapkan.

° Karya merupakan orisinil, dilarang plagiat/tracing dalam bentuk apapun. Bagi gambar redraw atau memakai referensi pose dari pihak lain, kontestan harus memberi keterangan.

KETENTUAN PENGIRIMAN KARYA :

#Untuk Kategori Fanfik :

° Kontestan mengirimkan karya pada platform Wattpad dengan mencantumkan hastag : #SasuSakuEvent #AprilBackToThePast  pada bagian summary

° Mengirim karya dengan menandai penyelenggara event, yaitu:

-Ria Isn't Jellyfish (@_prominensa)

-Yue Aoi (@Yue_aoi)

-Wulan Octafiani (@vendeus)

° Kontestan dapat mengirimkan karya sebanyak-banyaknya sebelum rentan waktu yang telah ditentukan, termasuk untuk kategori multi chapter.

#Untuk Kategori Fanart :

° Kontestan mengirimkan karya dengan melalui email pada alamat [email protected] dengan format sebagai berikut,

Subjek : Event SasuSaku April Back To The Past

(Nama Pena)

#(judul jika ada)

KETERANGAN:

— Kontestan mengikutsertakan karya dengan memenuhi setiap ketentuan dalam rentang waktu yang telah ditetapkan.

— Akan dipilih 1 pemenang beruntung di setiap kategori.

— Pengumuman pemenang pada tanggal 23 Mei 2020.

REWARD:

1 buah doujin SasuSaku by Kaho untuk masing-masing kategori bagi pemenang yang beruntung.

Hadiah merupakan donatur dari @Uchihamelia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top