Chapter 1
Sasuke mengecek satu persatu email dari tim HRD yang di-forward padanya dengan tatapan tak berminat sedikitpun sambil menekan tombol sampah sesudah membaca sepintas.
Ia secara spesifik meminta tim HRD menyeleksi para pelamar dengan GPA di atas 3.85 dengan pemikiran orang yang gkat belajar seharusnya bukanlah orang yang memiliki waktu untuk berdandan dan menggoda pria.
Ia pikir, orang dengan GPA tinggi seharusnya juga paham bagaimana bersikap profesional dan setidaknya IQ-nya tiga angka sehingga ia tak perlu bersusah payah mengajarinya.
Dan kini ia menerima sekitar lima puluh CV dari HRD melalui email sebelum meluangkan waktu untuk menyeleksinya sendiri.
Para perempuan itu terlihat tidak sesuai baginya. Ada yang memasang foto yang terlihat cantik namun penuh riasan. Ada juga yang tidak memakai riasan tebal namun wajahnya terlalu imut sehingga bisa saja menarik atensi sang ayah.
Ia meng-klik salah satu profil pelamar bernama Sakura. Hal pertama yang ia lihat adalah foto wanita itu.
Wanita berambut merah muda itu tidak memakai riasan tebal, melainkan cenderung natural. Wajahnya juga tidak imut meski sebetulnya cukup cantik. Sayangnya ia juga berambut panjang, sama seperti wanita lainnya.
Sasuke baru saja akan menghapus email itu sama seperti email lainnya. Namun tepat sebelum ia akan menekan tombol hapus, tatapannya tertuju pada bagian prestasi.
Pada bagian prestasi, wanita itu mencantumkan beberapa prestasi, salah satunya lomba business plan.
Namun bukan itu yang menarik perhatiannya. Ia tertarik pada pencapaian wanita itu dalam kejuaraan taekwondo.
Ia melirik foto wanita itu. Tampaknya wanita itu hanya perlu memotong rambutnya dan akan menjadi sosok sekretaris ideal baginya yang tak akan diganggu oleh sang ayah.
Sasuke segera membaca CV secara keseluruhan dan mengirimkan email, meminta wanita itu datang ke kantornya besok pagi
.
.
Gadis merah muda itu terbelalak ketika mendapat notifikasi email dari U&C, memberitahukan bahwa ia lolos seleksi dan diminta datang pukul delapan pagi.
Ia merasa gugup membayangkan dirinya akan menjalani interview bersama para pelamar terpilih lainnya yang pastinya berkualifikasi tinggi.
Pada umumnya, seorang pegawai perempuan diharapkan terlihat cantik dan rapi. Keahlian menggunakan makeup juga merupakan salah satu keahlian yang sebaiknya dikuasai.
Namun ia sama sekali tak ahli menggunakan kosmetik hingga saat ini. Ia bahkan tak bisa menggunakan pensil alis dan eyeliner dengan benar. Meski ia sudah berusaha, tetap saja hasilnya malah berantakn sehingga ia memutuskan untuk datang hanya dengan memakai foundation dan bedak serta lipstik warna natural.
Ia menyadari jika penampilan bukanlah poin utama yang bisa ia tawarkan, namun ia akan berusaha menawarkan kecerdasannya pada perusahaan sebagai pertimbangan untuk merekrutnya.
Dan kini ia telah berada di depan gedung U&C Company pukul setengah delapan pagi. Ia berhenti melangkah sejenak dan mengamati gedung megah puluhan tingkat itu serta menarik napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya dengan kasar untuk mengatasi rasa gugupnya.
Gedung itu terlihat megah dan begitu mengintimadasi baginya. Siapapun yang berjalan keluar masuk dari gedung itu, tak peduli serendah apapun jabatannya, tetap terlihat keren di matanya. Ia yakin seleksi untuk diterima bekerja di perusahaan sebesar ini tidak mudah sehingga ia pun tidak berharap banyak.
Gadis merah muda itu kembali melangkah dan memberanikan diri memasuki gedung tersebut. Ia telah mempersiapkan ponselnya yang menampilkan email dari seseorang bernama Uchiha Sasuke yang ia pikir mungkin saja seorang pegawai HRD.
Ia meletakkan tasnya melewati mesin x-ray sedangkan ia sendiri melewati mesin metal detector dan segera mengambil tasnya. Pemeriksaan di tempat itu begitu ketat dan membuatnya merasa gugup, namun ia berusaha menegakkan kepala dan terlihat percaya diri meski sebetulnya tidak.
Ia menghampiri resepsionis kantor dan tersenyum serta berkata, "Selamat pagi, saya Haruno Sakura yang mendapat email untuk interview bersama Bapak Uchiha Sasuke hari ini."
Resepsionis wanita itu tersenyum padanya dan membuatnya merasa lebih nyaman meski tetap terkesan mengintimidasi.
"Bolehkah saya melihat kartu identitas anda?"
Sakura mengangguk. Prosedur pengamanan di tempat ini benar-benar ketat. Ia sendri tidak merasa heran mengingat tempat ini adalah gedung kantor sebuah perusahaan multinasional. Ia segera mengeluarkan kartu identitasnya dan memperlihatkannya pada resepsionis itu.
Pegawai resepsionis itu melihat nama dan foto yang tertera sebelum sedikit mendongak dan menatap Sakura kemudian menganggukan kepala dan tersenyum, "Baiklah. Mari ikut saya."
Wanita itu segera bangkit berdiri meninggalkan kursinya dan memberikan sebuah kartu untuk Sakura, "Ini kartu pengunjung untuk membuka pintu. Mohon dikembalikan sesudah selesai."
"Terima kasih."
Sakura mengikuti resepsionis yang memimpin jalan dan melewati gerbang otomatis dengan kartu pegawainya sendiri. Sakura menempelkan kartu pengunjung pada bagian sensor kartu dan pintu juga segera terbuka otomatis.
Wanita itu menekan tombol naik dan elevator segera terbuka. Dalam hati Sakura bertanya-tanya, apakah orang bernama Uchiha Sasuke yang akan meng-interviewnya sudah tiba di kantor? Biasanya pegawai akan tiba dua puluh menit sebelum jam kerja dimulai.
Semula ia pikir ia perlu menunjukkan email sebagai bukti bahwa ia benar-benar lolos tahap seleksi. Di luar dugaan ia bahkan tidak perlu menunjukkan email sama sekali. Mungkin sang resepsionis telah diberitahu siapa saja yang lolos tahap seleksi oleh bagian HRD.
Pintu elevator dan Sakura segera masuk. Resepsionis itu menekan tombol dan elevator segera bergerak naik. Satu menit yang dilalui terasa bagaikan satu dasawarsa bagi gadis merah muda itu. Jantungnya berdebar begitu keras dan ia membayangkan akan ada beberapa calon pegawai yang juga terpilih seleksi.
Sakura merasa gugup dan khawatir hingga ia terpaksa menghembuskan napasnya perlahan untuk menenangkan dirinya. Ketika pintu terbuka, ia segera melangkah keluar dengan langkah perlahan. Terdapat sebuah pintu di dekat elevator dan dua pintu lain yang lebih jauh. Dan resepsionis itu segera berjalan menuju pintu terdekat dan mengetuk pintu.
Resepsionis itu segera membuka pintu dan segera menundukkan kepala, "Selamat pagi, Tuan Uchiha. Saya mengantarkan Nona Haruno Sakura."
Sakura ikut menundukkan kepala. Dan ketika ia mengangkat kepala, ia baru menyadari jika sesungguhnya ruangan ini cukup luas. Dalam hati ia benar-benar terkagum. Perusahaan besar memang berbeda, bahkan ruangan HRD saja sebesar ini.
"Ya. Kau boleh keluar," terdengar suara seorang pria yang terkesan dingin.
"Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu," ujar sang resepsionis seraya kembali menundukkan kepala.
Kini Sakura hanya berdua saja dengan seorang lelaki yang terlihat muda. Lelaki berambut hitam itu memiliki mata tajam dan duduk di atas sofa dengan menumpukan kaki kiri pada kaki kanannya serta memakai jas hitam lengkap dengan vest berwarna senada dan kemeja abu-abu tua.
"Duduk," ucap lelaki itu dengan nada memerintah.
Dalam hati Sakura merasa heran. Mengapa perusahaan ini mempekerjakan HRD yang terkesan seenaknya memerintah pegawai dan bahkan calon pegawai serta tidak ramah sedikitpun? Apakah karena lelaki ini secara kebetulan bermarga Uchiha?
Sakura segera berjalan menuju sofa dan mendudukkan diri. Sofa itu empuk dan membuatnya tergoda untuk bersandar, namun ia teringat soal tips wawancara dimana seseorang sebaiknya dudu tegak tanpa bersandar.
"Selamat pagi. Saya Haruno .... "
Lelaki berambut hitam itu segera memutus ucapannya, "Tidak perlu memperkenalkan diri. Aku sudah baca CV dan surat lamaran kerjamu."
Sakura mengangguk dan tersenyum canggung. Ia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Ia pikir sang HRD akan mengajukan pertanyaan macam-macam, namun lelaki itu bahkan tidak terlihat berniat menanyakan apapun padanya. Yang lebih mengherankan, ia juga tak bertemu calon pegawai lain dan interview langsung dimulai meski ia datang lebih awal.
"Kau pernah memenangkan juara taekwondo di tingkat universitas, regional dan nasional?" tanya Sasuke.
"Ya."
Sasuke mengeluarkan sebuah map dan membukanya tepat di hadapan gadis berambut merah muda itu serta meletakkan pen miliknya sendiri di atas map.
"Baca surat kontrak ini baik-baik dan tandatangani surat ini kalau kau setuju. Aturan maupun gaji awal yang ditawarkan semuanya tercantum di sana."
Sakura segera membuka map itu dan membaca aturan dengan seksama. Ia begitu khawatir soal pakaian dan khawatir kalau ia mungkin diharuskan memakai kosmetik tebal tau pakaian minim. Sebaliknya, surat kontrak itu malah mengharuskannya untuk memakai makeup minimal, lipstik dengan warna natural serta panjang rambut maksimal mencapai tulang rahang serta rok maksimal tiga sentimeter di atas lutut.
Selain itu, ada aturan dimana ia wajib bersedia lembur tanpa batasan waktu yang ditentukan, bersedia untuk tidak menikah dan tidak menjalin hubungan romansa selama lima tahun pertama , juga untuk menerima perintah dari bos kapanpun.
Gaji pada satu tahun pertama adalah enam ratus ribu yen dengan asuransi kesehatan ditanggung kantor, juga uang lembur sebesar tiga ribu yen. Gaji itu bahkan hampir dua kali lipat dari gaji pegawai pada umumnya.
"Maaf, yang dimaksud kapanpun termasuk jika perintah itu diberikan jam dua pagi misalnya?"
"Hn."
Sakura mengangguk. Yah, tentu saja harus ada kompensasi yang setara jika ia ingin mendapat gaji besar. Namun ia tak keberatan selama ia bisa segera sukses dan meninggalkan rumah bibinya yang sejak awal terpaksa menampungnya setelah kedua orang tuanya meninggal.
Ia segera meraih pen dengan perpaduan warna hitam dan emas yang terlihat elegan itu. Semula ia berniat langsung menandatanganinya, namun ia beralih dan menatap lelaki berambut hitam yang sejak tadi menatapnya dengan tajam.
"Bolehkah saya mengajukan untuk menambahkan isi di surat kontrak? Saya ingin memastikan jika saya bisa menolak permintaan apapun yang melanggar hukum maupun norma tanpa dianggap melanggar kontrak. Selain itu saya juga ingin memastikan jika saya terhindar dari pelecehan seksual dalam bentuk apapun mengingat sekretaris adalah profesi yang rentan," ucap Sakura panjang lebar. Ia tak lagi merasa gugup jika sudah menyangkut hal semacam ini.
Sasuke sedikit terkejut akan ucapan wanita itu. Keputusannya untuk memilih perempuan ini tidak salah. Wanita ini bahkan mengajukan hal ini terlebih dulu dan ia sedikit mengangkat sudut bibirnya.
Sesungguhnya ia sedikit mengetes wanita itu dan ia segera mengeluarkan map lainnya, "Ini surat kontrak sesuai yang kau inginkan."
Sakura merasa heran karena lelaki itu malah mengeluarkan surat kontrak lainnya dan mengambil surat kontrak sebelumnya serta merobeknya. Namun ia membaca isi surat kontrak baru itu dengan seksama dan memastikan isinya tak akan merugikan dirinya sebelum menandatangani surat kontrak serta membubuhkan hanko.
"Kau bisa mulai bekerja besok pagi. Jam kerjamu dimulai pukul delapan pagi. Dan kau akan bekerja sebagai sekretarisku."
Gadis merah muda itu terdiam sesaat dan berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Ia tak mengira kalau ia akan diterima semudah itu, namun yang lebih mengejutkan, lelaki itu adalah bosnya. Ia pikir lelaki itu hanya pegawai HRD sehingga ia berani mengajukan permintaan begitu.
-TBC-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top