Odd Eye
"Either in the past or in the future, I want your time to stop only for me." - Victor
두 눈을 떠 모두가 바란 찬란한 이곳
Open your eyes, it's splendid here, everyone hoped
Alunan melodi alat musik tiup berpadu petikan senar menghibur suasana malam yang hangat. Lampion didominasi bara api berseteru mewarnai harapan penduduk. Pergantian tahun menjadi impian mereka yang terus memperjuangkan kehidupan. Pencapaian "lebih baik" memang terbentuk abstrak. Tidak ada yang bisa tahu batasan tersebut akan melaju hingga kapan. Termasuk laki-laki yang mengutamakan rasionalitas dalam setiap aspek, yakni Victor.
Perasaan riang gembira dianggap Victor sebagai lintasan memorial. Seperti eksistensi pelangi yang hadir dan singgah setelah hujan. Perasaan yang dianggap sebagai titik semu. Pemikiran itu lahir oleh harapan-harapan keluarga yang menginginkan kesempurnaan. Semakin sedikit masalah, maka semua akan lebih mudah dihadapi.
Entah itu hanyalah pura-pura "sempurna" atau tidak, Victor hidup melampaui setiap arus.
"Hey! Keluarlah!"
Tanpa perasaan ragu, seseorang berani membuka pintu kayu jati itu lebar-lebar. Tubuhnya mungil, tetapi gerakan itu seakan mampu membuka apa saja yang terkunci. Ah, ya, sang penari itu tidak pernah permisi – lantas mendobrak semua tatanan statis yang telah dibendung Victor sejak lama. Ya, tetapi bukan berarti Victor membenci tindakan gadis itu.
"Sedikit lagi. Nikmati saja selagi masih bisa bersantai," gumam Victor membalik lembaran daftar anggaran agrikultura bulan ini.
Tarikan pelan pada pergelangan tangan menjedakan aktivitas Victor. Setiap bertemu pandang, Victor merasa tetap akan berakhir terhipnotis dengan pesona [Name]. Bukan karena semata karena pulasan tata rias yang memanjakan visual atau tatanan busana. Namun, perbedaan perspektif yang perlahan meruntuhkan dinding pertahanan dari harapan semua orang.
Bisa menjadi diri sendiri, hanya di depan gadis itu.
"Sayang sekali jika kita tidak sempat menonton kembang api."
Odd Eye
Note: AU, fantasy-historical universe
.
.
.
다 그럴듯한 거짓말
All plausible lies
달콤함에 가려져
Covered by sweetness
Terlahir sebagai anak penasihat kerajaan memberikan peluang lebih terhadap masa depan cerah. Victor kecil dididik penuh disiplin, baik dari segi mengatur dokumen hingga elemen magi yang diketahui beberapa tahun kemudian. Elemen magi yang dimiliki Victor termasuk berdampak vital karena berbeda dengan elemen alam umum. Sebelum berpulang ajal, ayah Victor berpesan terhadapnya agar tidak pernah menggunakan magi waktu. Selain menyebabkan sisi timpang dari teori ruang dan jarak, ia juga tidak mau kehidupan Victor menjadi terancam.
Namun, terkadang ada masa Victor menjadi sangat ingin menggunakan elemen itu. Bahkan untuk hal yang melenceng dari sisi rasionalitasnya. Malam tahun baru terlihat gemerlap. Kembang api penuh warna saling bersambutan. Angin berembus melambai rambut [Name] dengan lembut. Sesekali menyapu mengenai pipi, berlanjut ia selip pada belakang telinga.
"Hari ini, aku berhenti menjadi penari."
Suasana hangat itu perlahan mengeruh, bahkan mungkin adalah kepalsuan sejak awal. Victor terdiam sejenak. Gadis miskin yang memperoleh posisi itu harus melalui proses panjang. Keringat dan air mata. Hanya memantau tanpa berucap kalimat penghiburan dapat Victor simpulkan. Perasaan berat hati dan ketidakrelaan yang mendalam karena sebuah alasan.
"Apa pun keputusanmu, kuharap kau tidak menyesal."
Dentuman kembang api pun berhenti. Seolah degupan penuh harapan juga menyurut.
미소에 속아 방심하는 그 순간
The moment you're deceived by a smile and off guard
Gadis itu menggeleng pelan. Memasang senyuman tipis yang paling bisa ia hadapkan. "Penyesalan selalu datang belakangan. Tidak ada yang pernah tahu. Mungkin ... memang aku sudah cukup menghadapi masa bersenang-senang di sini."
Iris keunguan Victor menyorot penuh keteguhan. "Kuharap kau tidak sedang berpura-pura."
Senyuman [Name] kian melebar. "Ini sungguhan! Aku sudah cukup menerima banyak hal di sini."
Tidak semua terlihat baik dari permukaan mencerminkan kepastian yang sama. Apabila semua aktivitas persiapan acara berlalu, [Name] dan Victor terkadang menghabiskan waktu bersama. Baik hanya menonton ikan koi yang berenang-renang lincah. Berkeliling taman istana. Di antara para penari lain, hanya [Name] yang dapat berbaur dengan Victor yang memiliki pembawaan kaku. Wibawa yang terlihat sulit dijangkau, bahkan sekadar bertegur sapa. Semua bermula saat Victor sedang duduk sendirian memberi makan ikan, kemudian ditemani [Name] hampir terpeleset di dekat anak tangga jembatan. Pertemuan sederhana yang mengingatkan Victor harus mendekap [Name] agar tidak terciprat air kolam.
Setengah tahun yang lalu.
"Hampir ... saja," ucap [Name] mengelus dada karena keterkejutan yang memacu adrenalin. Akibat kecerobohan itu, pakan ikan yang didekap Victor dalam keranjang pun tercecer. Dengusan sinis Victor terpampang jelas saat memungut butiran tersisa di atas jembatan. Ikut merasa bersalah, ia berjongkok dan mengumpulkan ceceran pakan tersisa.
"Kenapa kau tak pergi? Aku bisa mengurusnya sendiri," gumam Victor.
"Terima kasih sudah menahanku. Daripada melampiaskan kekesalan dengan berteriak, ternyata aku punya aktivitas yang lebih menarik. Memungut pakan ikan yang tercecer~"
Tanpa sadar, Victor pun terkekeh. Gadis penari yang eksentrik, bahkan tidak terlihat takut sama sekali ketika berada di sebelahnya." Selain pejabat kerajaan, saat melihatku pasti selalu kabur."
Bahu [Name] terangkat. Alih-alih menganggap eksistensi Victor mengintimidasi, ia lebih terlihat bingung dan santai.
"Benarkah? Menurutku kau tidak menakutkan. Toh, memang sudah seharusnya aku membantumu."
Victor tahu betul keluh kesah yang selalu dialami [Name]. Ia memang tidak bisa berucap manis, bahkan kata "semangat" baginya terasa tidak banyak membantu. Bahkan, ucapan pedas bisa menjadi pemacu sisi energik [Name] kembali. Tumit lecet, lengan lebam, dan keringat membanjiri tulang selangka hampir menjadi pemandangan sehari-hari Victor setiap berjumpa. Bukan berarti ia melihat tanpa merasakan apa pun. Hanya saja, ia selalu tanpa sadar berakhir berucap kalimat berlawanan akan maksud hatinya. Seakan otaknya telah mengatur sistematis untuk tetap menjaga kewibawaan sampai akhir.
"Ketimbang sakit hati oleh ucapan pelatih, teruslah berlatih menari sampai dia menyesal telah meragukanmu."
"Benar juga, sih. Tidak baik aku larut terus dalam perasaan kesal. Ini tidak selamanya terjadi."
"That's the only way. Good girl." Victor membenarkan letak rambut [Name] dengan menyelipkan belakang telinga.
Kenangan yang tidak pernah kembali.
황홀한 찰나 완벽한 환상
An enchanting moment, a perfect illusion
Selama menghabiskan waktu hanya duduk bersebelahan dan menikmati suasana malam hari. Kenangan yang membekas dalam benak Victor waktu itu. Perlahan waktu berlalu pun memisahkan jarak dan ruang di antara mereka. Momen indah yang memunculkan harapan jika waktu bisa berhenti.
Ada keyakinan dapat terjadi, tetapi ia hidup memegang sebuah larangan keras seumur hidup. Bahkan, Victor terus mempertanyakan alasan keras ia harus mempertahankan rahasia yang belum terbukti fatal. Mempertahankan sisi rasionalitas masih membiarkan semua tentang elemen waktu itu terkunci rapat. Hanya dirinya, sang almarhum ayah, dan Goldman yang tahu.
"Aku bahagia bisa berinteraksi denganmu. Kalau aku lebih berhati-hati saat itu, mungkin kita tidak akan seakrab sekarang," kata [Name] berbalik dari balkon dan hendak menggapai pegangan pintu. Namun, tangan kanan Victor menahan dalam sekali hentakan. Menyebabkan gadis itu kembali menoleh padanya.
"Vi-Vic?"
"Aku tidak ingin kau pergi."
Terdapat jeda sepintas di antara mereka. Baik [Name] yang takut memikirkan maksud lain, tetapi situasi sunyi beralih kocak saat menepuk pelan lengan Victor. "Saat berkunjung ke desaku, pasti kita bisa bertemu lagi. Aku tahu kita memang sering bersama dan menjadi teman yang ak–"
Sekali tarikan ringan Victor berlabuh dalam dekapan. "Pasti berat harus meninggalkan tempat senyaman ini. Istana juga kerepotan mencari kandidat penari lagi."
"Jadi, alasanmu tidak ingin aku pergi karena tidak mau repot mencari penari baru?! Huh, aku kesal mendengarnya!"
Victor terkekeh kecil. "Tidak juga. Tapi kurasa pertemuan ini menyerupai takdir."
숨은 비밀을 봐 odd eye
Look at the hidden secret, odd eye
Mereka berjanji akan saling bertukar surat setiap dua minggu sekali. Bila cepat, keadaan dapat memungkinkan untuk dimajukan seminggu. Selain mengurus laporan dan memberi makan pakan ikan, Victor juga memiliki satu kesibukan tambahan: mengecek kotak pos. Terlihat menjenuhkan melihat isi yang kosong, tetapi saat terisi secarik amplop putih tiba mampu mencerahkan suasana hatinya.
Dua minggu, bahkan menyentuh satu bulan, sebuah pesan balasan tak kunjung datang. Victor juga semakin disibukkan dengan penyesuaian laporan yang menyita waktu. Bahkan, ia rela membayar lebih seorang pengawal kepercayaan hanya untuk mengecek kehadiran surat baru yang masuk. Namun, tetap saja tidak ada. Ia ingin tahu kabar, juga keseharian yang dialami gadis itu. Keadaan sekarang yang terjadi ketika berpulang menuju kampung halamannya.
Suatu kesempatan memberikan peluang Victor dapat berkunjung pada kampung halaman [Name]. Sebuah wilayah yang masih mengutamakan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian ekonomi.
끝이 있지 않을까
Will there be an end
Back and forth 여긴 찾던 곳이 아닌걸
Back and forth, this isn't the place you were looking for
Matahari terik berpadu pada pijakan tanah gersang memicu suasana tak menyenangkan saat delman kuda berhenti berpacu. Victor menatap nanar bocah yang saling berkerumun untuk melahap sesuap nasi. Raut loyo, raga kulit berbalut tulang. Ranting pepohonan yang rapuh, juga kering. Tanda-tanda kehidupan yang dipenuhi kesengsaraan, kemiskinan, dan penderitaan.
"Apa benar ini desa kelahiran [Name]?" tanya Victor terhadap pengawal terpercaya, Goldman. Sulit untuk menyangka [Name] akan baik-baik saja di desa miris ini.
Goldman mengangguk mantap. "Saya sudah verifikasi latar historis [Name] saat mengajukan diri sebagai penari istana."
Melanjutkan perjalanan, ternyata terdapat kerumunan pria dan wanita berusia paruh baya pada sebuah pondok. Goldman menuruni delman, lalu disusul Victor. Pasalnya, selain berjumpa dengan [Name], mereka juga akan melakukan investigasi terhadap sejumlah penduduk mengenai kegagalan membayar pajak.
"Akhirnya kita bisa melihat hujan sebentar lagi."
"Semoga Dewa Air mau mendengar harapan kita."
"Ini sudah jadi satu-satunya harapan tersisa."
Dahi Victor mengernyit saat mendengar pembicaraan kaum paruh baya barusan. Ketika satu dari sekian kerumunan itu mendapati Victor dan Goldman, mereka pun terdiam.
"Apa pondok ini terdapat penduduk bernama [Full Name]?" Goldman angkat bicara.
Terdapat keanehan yang dirasakan Victor saat tatapan kerumunan itu mendengar pertanyaan Goldman. Firasat lelaki itu terasa buruk, bahkan ia tidak mau meyakinkan tersebut sebagai kebenaran.
"[Name] memutuskan sebagai tumbal persembahan Dewa Air."
"Boleh diperjelas?" tanya Victor mengernyitkan dahi.
"Desa kami sudah hampir tiga bulan tidak turun hujan. Kerajaan terus mendesak kami membayar pajak. Setidaknya, kami tidak mau gagal panen lebih lama lagi."
No more utopia
"Kalian kan bisa meminta bantuan magi elemen air untuk membantu pertanian!" seru Victor berdecak kesal karena mendengar mitos yang melanggar prinsip rasionalitasnya.
"Untuk membayar penyihir elemen air, kami tidak sanggup lagi. Untuk makan saja susah."
Tidak, ia tidak mau [Name] terluka. Apalagi harus tersakiti oleh mitos yang tak terbukti kebenarannya. Apabila benar terjadi hujan pun, Victor tak rela [Name] menjadi tumbal.
"Dia memang mengajukan diri karena satu-satunya perempuan akil balig yang sesuai. Di sini masih banyak anak-anak. Oleh karena itu, dia memutuskan berhenti menjadi penari istana."
Tangan Victor terkepal. Kenapa [Name] tidak pernah menceritakan masalah sepelik ini terhadapnya? Amarah membara seakan mengobari dada yang terasa panas. Tidak hanya marah, melainkan bercampur penyesalan.
"Di mana dia sekarang?" tanya Victor menahan diri tidak membentak.
"Kami tidak bisa mengatakannya. Kumohon, dialah satu-satunya harapan kami!"
"Aku akan membayar semua penyihir elemen air sesuai yang kalian butuhkan, tapi pertemukan [Name] sekarang juga!"
"T-t-tapi ...."
Manik ungu Victor menatap dingin, setajam silet. "Aku akan memundurkan waktu, juga itu artinya kalian akan semakin dirugikan. Beritahu sekarang."
Goldman menghadap Victor. "Tuan, tenanglah. Jangan lupakan janji dengan ayahmu."
Pemikiran Victor bercampur aduk. Titik tengah dari perdebatan itu membawa mereka pada sebuah pondok yang lebih terpelosok. Di dalam guci menyisakan abu bertuliskan nama gadis itu. Ia terlambat. Sangat. Bahkan, situasi terasa menyesakkan karena penyitaan waktu yang berlalu tanpa sempat memberinya kesempatan memperjuangkan lebih cepat.
Victor meraih guci itu, kemudian memeluk erat. "Kalau tahu jadinya begini, aku takkan membiarkanmu pergi sendirian. Kau tak sepantasnya menghadapi penderitaan ini."
Bahkan, menyampaikan perasaan pun ia tidak sempat. Perasaan sesal yang hadir memunculkan persepsi tak logis yang muncul dalam benak Victor. Waktu yang dapat ia kendalikan bisa saja berputar. Toh, ini adalah sesuatu yang ia yakin dapat diubah.
"Goldman, menjauhlah dariku."
"Tuan, jangan bilang Anda akan ...."
"Benar. Aku mau memutar waktu."
"Tuan, itu berbahaya! Kita tidak tahu dampak apa yang terjadi jika sampai dicoba."
"Selama itu bisa mengembalikan [Full Name] tanpa mengalami penderitaan ini, itu tidak masalah."
신기룰 쫓아도 거기엔 없는데
Even after chasing the magic, it's not there
Larangan yang dipegang teguh pun dihancurkan olehnya sendiri. Berkali-kali ia berusaha, tetapi waktu selalu berhenti pada sehari sebelum kedatangan momen ini. Kegagalan itu terjadi untuk pertama kali, menghancurkan Victor sejadi-jadinya. Bahkan karena larangan itu, Victor menerima sebuah kutukan.
Ia tetap hidup hingga dua abad ke depan.
Memperjuangan keadilan yang seharusnya ada.
끝이 없을 것 같아
I don't think there will be an end
∞ OMAKE ∞
Dua abad kemudian.
Era abad dua puluh satu mengalami perubahan drastis. Mulai dari sistem pemerintahan yang beralih menjadi demokrasi mengubah struktur kehidupan masyarakat pula. Victor tetap hidup sesuai jati dirinya. Abad berlalu tidak menyurutkan status kehidupan. Ia tetap bisa bergelimangan harta, tetapi hatinya hidup dalam kekosongan.
Menjadi seseorang yang memegang peran penting dalam dunia investasi mencerminkan persepsi dua arah. Ada yang menganggap Victor sebagai rentenir, tetapi juga menjadikannya bala bantuan saat genting. Hari ini, ia harus mengunjungi seseorang yang gagal melunaskan pembayaran hingga setahun lebih, bahkan kabur mewariskan pinjaman dengan nama yang berbeda.
"Siapa pewaris utang berikutnya? Apa kau sudah menemukannya?" tanya Victor menagih daftar peminjam.
Sebagian orang-orang yang sudah berpulang ajal di abad-abad lalu, terlahir kembali dan berinteraksi terhadapnya dari nol. Walaupun Victor lelah untuk berkenalan lagi, tetapi perlahan ia mulai dapat terbiasa beradaptasi dengan sekitar. Contoh saja, Goldman, seakan terlahir kembali untuk mengabdi terhadapnya. Entah kutukan atau keberuntungan, Victor memang mengandalkannya walaupun situasi telah berubah banyak.
"Sudah. Pewaris pinjaman yang diturunkan bernama [Full Name]. Dia bekerja sebagai kasir di minimarket."
"[Full Name]?" Iris ungu Victor membelalak.
"Benar. Ayahnya mantan penjudi yang meninggalkan utang besar karena mengambil pinjaman yang sudah berlipat-lipat ganda."
Reinkarnasi kembali mempertemukan Victor dengan cara yang berbeda. Namun, Victor tidak akan menggagalkan lagi kesempatan kali ini. Selagi raganya masih dapat kembali mengembuskan napas, ia akan memperjuangkan kembali.
"Bawa dia menuju kantorku. Jemput saat ia sudah selesai bekerja."
Ia akan menanti masa pertemuan baru ini tiba.
Walaupun harus memulai dari dasar lagi dari perkenalan pun, ia akan tetap melanjutkannya.
Akhir kutukan waktu yang kembali mempertemukan, sekali lagi merajut harapan baru.
- Fin -
A/N:
Yay, I made it!
Turut senang dapat berkontribusi dalam project Metanoia: Melody untuk karakter Victor. Selama bergabung dalam project ini menurutku adalah pengalaman yang menyenangkan. Bisa saling memberi masukan dan bucin bersama dalam fandom Mr. Love Queen's Choice yang masih jarang eksistensinya di Wattpad. Aku turut berterima kasih juga kepada pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk membaca karya ini sampai habis. Semoga kita bisa berjumpa lagi di lain kesempatan.
With love,
Agachii
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top