Kompetisi
Aku hanya perlu melepaskan beban
Demi menjaga pikiranku
🎼🎼🎼
GEDUNG Kesenian merupakan salah satu gedung pendamping yang berada di SBS. Letaknya tepat di sebelah Gedung Sayap Barat. Gedung Kesenian memiliki tiga lantai. Dan di Gedung inilah semua klub yang berbau kesenian berkumpul. Teater. Seni lukis. Seni rupa. Siaran. Dan yang paling utama adalah klub musik.
Klub Musik di SBS memiliki lima band, dua paduan suara, dan satu grup marching band. Semuanya selalu meraih juara di berbagai event. Tahun lalu paduan suara bahkan memenangkan Cantat Praga di Cheko.
Kelasku yang berada di Gedung Sayap Barat jelas memudahkanku untuk selalu bisa kabur ke Gedung Kesenian. Tujuanku hanya satu. Ruang Musik.
Satu-satunya ruang yang selalu kosong di jam istirahat kedua. Aku selalu ke ruang ini di jam tersebut. Berhubung kosong, aku bisa mempelajari beberapa alat musik yang ada di ruang ini. Namun, hal yang paling sering adalah aku bernyanyi di ruang musik.
Bernyanyi adalah satu-satunya hal yang mampu menenangkanku. Hal yang bisa kulakukan tanpa harus merasa tertekan. Sayangnya juga, justru tidak ada satupun yang tahu tentang hal bernyanyi ini.
Ketika kubilang tidak ada satupun, itu bermakna yang sesungguhnya. Papi, Mami, Mas Awan, Mbak Rara sama sekali tidak tahu tentang kesukaanku bernyanyi. Mereka yang jelas-jelas tinggal satu rumah denganku saja tidak tahu, bisa dipastikan tidak ada kawan-kawanku di SBS yang tahu tentang hal ini.
Berawal dari tahun pertama aku sekolah di SBS. Saat itu mata pelajaran olahraga. Yang dipelajari adalah renang. Saat itu justru adalah hari pertama jadwal tamu bulananku.
Setelah mendapat izin dari guru olahraga, aku memutuskan untuk menyingkir dari area kolam renang. Langkah kakiku justru membawaku ke gedung kesenian.
Itu pertama kalinya aku ke gedung kesenian bukan karena pelajaran. Berharap bisa mendengar ada latihan musik, aku melanjutkan langkah kakiku menuju ruang musik.
Saat aku membuka pintu, hanya ada seorang siswi yang sedang merapikan kursi-kursi. Dia menatapku dan kembali meneruskan kegiatannya. Ketidakpeduliannya justru membuatku merasa aman.
“Latihannya sudah selesai?”
Dia kembali menatapku mendengar pertanyaanku. “Kamu anak baru?”
Aku menganggukkan kepala demi menjawab pertanyaannya.
“Kelas Musik dari Miss Robert baru selesai. Kalau latihan musik band, besok dan lusa.”
Mendengar jawabannya, aku hanya diam. Berencana untuk meninggalkaan ruang ini.
“Kalau kamu tertarik dengan musik, kamu bisa masuk. Tugas gue udah selesai.” Siswi itu segera berlalu melewatiku.
Dan aku benar-benar ditinggal sendirian.
Bukan hal yang buruk. Aku justru jadi lebih leluasa berada di ruangan ini. Kemudian aku memilih untuk segera menutup pintu dan berkeliling di ruang musik itu.
Ruang musik SBS merupakan ruang musik dengan fasilitas yang lengkap. Sebutkan alat musik yang kau tahu, maka itu pasti bisa ditemukan di sini.
Aku tidak terlalu tertarik dengan alat musik sebenarnya. Fokusku bahkan hanya tertuju pada mic yang menempel di stand.
Tanpa ragu kuraih mic tersebut. Lalu aku mulai bernyanyi. Meski tanpa ada yang mengiringi.
Aku menyanyikan lagu yang dinyanyikan oleh The Chainsmokers itu, anehnya aku justru merasa lebih lepas. Aku bisa tersenyum tanpa beban. Kutemukan sesuatu yang membuatku merasa lebih baik.
🎼🎼🎼
Satu hal yang kuharapkan sebelum menuju Ruang Musik adalah aku bisa melepaskan beban pikiranku dengan bernyanyi. Hanya itu yang bisa kulakukan sekarang setelah mendengar semua ucapan mereka yang disebut teman sekelas.
Aku merasa marah. Yang bersalah dalam hal ini jelas bukan keluarga Tranggana. Aku tidak bisa bilang kalau Mbak Rara nggak salah. Dia juga terlalu bucin untuk memercayai selebgram modal pansos. Heran juga, padahal Mbak Rara tipikal cewek yang galak, tapi bisa-bisanya ketipu sama cowok yang cuma pengen numpang tenar.
Dan sialnya, semua itu memengaruhi sekolahku. Salah satunya adalah karena Tranggana memang tidak pernah menyentuh sesuatu yang berbau skandal.
Sayangnya, keinginanku ternyata belum bisa terwujud. Di depan ruang musik justru banyak siswa berkumpul.
Kerumunan di depan ruang musik bukan hal yang aneh. Biasanya para siswa itu berkerumun ketika ada jadwal latihan band. Namun, sebagai pengunjung tetap ruang musik, aku tahu tidak ada jadwal latihan band hari ini.
Malas mendekati kerumunan, aku mencegat seorang siswi yang baru saja keluar dari kerumaunan itu. Seorang siswi kelas sepuluh.
“Kenapa, Kak?” tanyanya pelan. dia langsung menundukkan kepala begitu menyadari aku yang menahan langkahnya.
“Itu ada apa, sih?” Tanpa membuang waktu aku langsung melontarkan tanya. Daguku menunjuk kerumunan di depan ruang musik.
Siswi itu membalikkan badan dan mengikuti arah tunjuk daguku. Dia kemudian kembali menghadapku.
“Oh, itu ada pengumuman baru ditempel di pintu.”
“Pengumuman apa?”
“Akademi Musik Yamara mulai membuka pendaftaran kompetisi.”
“Aahh, kompetisi itu,” ujarku sambil mengangguk-anggukan kepala.
Akademi Musik Yamara adalah salah satu Akademi Musik terbesar. Setiap dua tahun mereka mengadakan kompetisi dengan tema yang berbeda. Tergantung dari sponsor yang mendukung kompetisi tersebut. Biasanya Tranggana Tekstil akan menjadi salah satu sponsor kompetisi dari Akademi Musik Yamara.
Dua tahun sebelumnya mereka mengadakan kompetisi penyanyi solois pria. Dua tahun sebelumnya lagi, kompetisi violinis.
Sebenarnya aku berharap tahun ini mereka akan membuka kompetisi untuk solois perempuan.
“Tahun ini kompetisi apa?” tanyaku menuntaskan rasa ingin tahu.
“Kompetisi band. Kak Gistara mau ikut?” Siswi itu balik bertanya.
“Band?"
🎶6-10-21🎶
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top