2: Eodi?

There's no such thing as loneliness, because we are not alone.

Boyfriend - Hitomi no melody

🎵🎵🎵

Minwoo berjalan beriringan dengan Vira di sepanjang koridor menuju kelas gadis itu. Sesampainya di kelas 2-1, ia melirik sekilas ke arah laki-laki yang duduk di sebelah kursi sepupunya. Baik Vira maupun Jeongmin, tak ada yang berinisiatif untuk menyapa satu sama lain. Melirik sedikit pun tidak.

Melihat usaha pertama Vira untuk mengabaikan keberadaan Jeongmin di kelasnya sendiri membuat Minwoo tersenyum. Ia berharap semoga Vira secepatnya bisa menghilangkan perasaannya terhadap laki-laki itu.

"Vira-ya, gaja!" ajak Minwoo seraya merangkul bahu gadis yang baru saja ingin duduk di kursinya setelah meletakkan tas.

"Eodi?" tanya Vira kebingungan.

"Ke kelasku, tentu saja," jawab Minwoo sembari merangkul Vira.

Vira tak menepis rangkulan Minwoo karena ia tak merasa canggung sama sekali. Keduanya sudah akrab sejak kecil, seperti saudara kandung. Kebersamaan mereka bukan pemandangan yang baru bagi siapa pun di sekolah ini. Hampir semua orang, terutama guru-guru dan teman-teman sekelas mereka, mengetahui hubungan keluarga No Minwoo dan No Vira. Dari marga mereka yang termasuk langka di sekolah ini saja bisa diketahui kalau mereka ada pertalian darah.

"Minwoo_yaaa," panggil seseorang sambil berteriak dari kejauhan, diikuti dengan derap dua pasang kaki yang melangkah dengan kecepatan berbeda.

Tak lama, salah satu pemilik kaki jenjang itu mencapai Minwoo dan Vira. Ia menarik bahu Minwoo hanya untuk memiting leher pemuda dengan tinggi di bawah anak laki-laki seusia mereka ini sambil berputar dan mengacak poninya. Tentu saja, tarikan di bahunya menyebabkan rangkulan Minwoo di bahu Vira terlepas.

"Ya! Kwangmin-ah, berhenti mengganggu Minwoo," ujar pemilik kaki jenjang satu lagi yang kini berdiri di belakang Vira.

Anak yang tadi bercanda dengan memiting leher Minwoo menghentikan aksinya. Vira memperhatikan warna kemerahan yang menyebar dari wajah hingga leher sepupunya itu.

"Minwoo-ya, gwaenchanh-a?" tanya gadis itu khawatir, ditambah lagi ia mendapati ekspresi murka Minwoo.

Minwoo hanya mengangguk. Mata kecilnya menjadi sebaris karena ia sipitkan untuk menunjukkan ekspresi kesalnya terhadap pemuda yang memitingnya tadi.

"Kwangmin-ah, sudah kubilang berhenti bercanda seperti itu," ujar laki-laki yang masih berdiri di belakang Vira. "Sekarang, minta maaf," anjurnya.

"Minwoo-ya, mianhae."

Vira membalikkan badannya dan menunjukkan ekspresi bingung. Dua pemuda dengan mata besar dan tinggi menjulang itu benar-benar mirip. Bukan hanya wajah, bahkan postur badan dan tinggi mereka benar-benar sama persis. Sialnya, potongan rambut mereka juga serupa.

"Tidak usah bingung, Vira-ya. Mereka berdua ini kembar," jelas Minwoo.

"Annyeonghaseyo, Jo Youngmin-imnida," ucap pemuda yang berdiri di belakang Vira tadi memperkenalkan diri.

"Annyeong, No Vira-imnida," balas Vira.

"Jeoneun Jo Kwangmin-imnida." Kembaran Jo Youngmin, pemuda yang memiting Minwoo tadi ikut memperkenalkan diri.

Sebenarnya, Vira sudah mengenal dua anak kembar ini, begitu pula sebaliknya. Hanya saja, mereka tidak pernah saling menyapa sebelumnya, jadi rasanya aneh jika tiba-tiba langsung berbicara tanpa berkenalan terlebih dahulu. Ditambah lagi, Vira tidak pernah sekelas dengan mereka, jadi dia sama sekali tidak bisa membedakan yang mana Youngmin dan Kwangmin.

Minwoo sekelas dengan Youngmin sewaktu mereka kelas 1 dan sekarang ia sekelas pula dengan Kwangmin di kelas 2-2. Sedangkan, Youngmin saat ini berada di kelas 2-3. Pihak sekolah memang sengaja memisahkan dua anak kembar ini, tidak pernah membuat mereka berada di dalam satu kelas yang sama agar guru-guru bisa membedakan keduanya.

"Mengapa tadi kau memanggilku?" tanya Minwoo kepada Kwangmin. Saat ini ia bersama Vira dan Jo twins masuk ke kelas 2-2.

"Aku belum menyelesaikan tugas Bahasa Inggrisku." Kwangmin menyengir.

Minwoo yang sudah paham apa yang diinginkan teman sekelasnya ini memutar bola mata. "Kau kan bisa minta ajari Youngmin."

"Ya! Kalau Youngmin sepintar dirimu, aku tidak akan meminta jawabanmu," keluh Kwangmin, yang dihadiahi jitakan gratis dari abang kembarnya.

"Kau yang bodoh, malah menyalahkanku pula," timpal Youngmin. "Aku memang tidak sepintar Minwoo, tapi aku tidak pernah menyontek sepertimu."

Akhirnya, mau tak mau Minwoo tetap membiarkan Kwangmin menyalin tugas yang ia kerjakan. Bocah hiperaktif itu dengan cepat menulis jawabannya karena tak sampai lima menit lagi bel pertanda masuk akan berbunyi.

Vira melirik jam dinding yang terletak di atas papan tulis kelas 2-2, tak sampai dua menit lagi jam pelajaran pertama akan dimulai. Ia berpamitan kepada Minwoo untuk kembali ke kelas 2-1.

"Vira-ya, ingat pesanku. Begitu bel istirahat berbunyi, langsung keluar dari kelasmu dan temui aku di sini," pesan Minwoo. "Sebisa mungkin, hindari anak yang duduk di sebelahmu. Arasseo?"

Gadis itu mengangguk, lalu beranjak dari bangku Minwoo yang ia duduki sejak tadi. Youngmin ikut menyejajarkan langkahnya dengan Vira. Ia sendiri akan menuju kelas 2-3.

Youngmin dan Vira berpisah di depan pintu kelas 2-2. Vira menuju ke kelas di sebelah kiri, sedangkan Youngmin ke kelas di sebelah kanan. Youngmin hanya melambaikan tangan seraya melempar senyuman tanpa mengucapkan apa-apa, mengisyaratkan mereka akan bertemu lagi nanti.

Pelajaran pertama, Bahasa Korea, pun dimulai. Kim seonsaengnim mengingatkan Shim Hyunseong, banjang kelas 2-1, untuk mengumpulkan tugas yang ia berikan dua hari lalu. Dibantu oleh wakilnya, Nam Jihye, mereka membagikan kembali buku-buku latihan itu secara acak untuk diperiksa bersama-sama.

Kim Hyojung, gadis yang duduk di bangku paling belakang di sudut kiri kelas mendapatkan buku latihan Bahasa Korea milik Jeongmin untuk dikoreksi. Secarik kertas berwarna merah terjatuh, keluar dari selipan buku bersampul hijau itu. Dengan cepat, Hyojung memungutnya dan menyimpan ke dalam laci.

Menunggu Hyunseong dan Jihye selesai membagi rata semua buku, Hyojung membuka kertas tersebut. Gadis berkulit eksotis itu membaca cepat isinya yang ternyata merupakan ungkapan isi hati si pengirim. Hmm, semacam surat cinta?

Membandingkan tulisan yang ada di surat dalam genggaman Hyojung dengan tulisan di buku tugas milik Jeongmin, keduanya terlihat berbeda jauh. Tulisan di surat tersebut lebih kecil dan jarang-jarang, sementara tulisan di buku Jeongmin menggunakan huruf bersambung dan rapat-rapat.

Menarik. Hyojung menyeringai.

Meskipun ia tak tahu pasti siapa pengirim dengan inisial Ra itu, rasanya ia tak begitu asing melihatnya. Ia yakin, pengirimnya adalah anak di kelas ini juga. Karena Kim seonsaengnim sudah mulai membacakan jawaban tiap soal, Hyojung menyimpan kertas itu di lacinya.

Mata sayu Hyojung mengabsen secara cepat siswi di kelas 2-1 ini, hatinya mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya Ra? Ada beberapa siswi di kelas ini yang nama panggilannya berakhiran Ra, termasuk Yoon Bora, sahabatnya sendiri.

Selesai mengoreksi secara bersama-sama, Hyunseong dan Jihye kembali bangkit berkeliling kelas untuk mengumpulkan semua buku dan segera mengantarkannya ke kantor guru di meja milik Kim seonsaengnim, yang akan diberi nilai nanti seusai pelajaran ini berakhir.

Bora merasakan seseorang menepuk bahunya dari belakang. Hyojung menunjukkan secarik kertas dengan menggoyang-goyangkannya pelan di hadapan Bora.

"Kau tahu ini tulisan siapa?" bisik Hyojung.

Berpikir sejenak, Bora mengernyitkan dahi. Seusai membaca pesan singkat di dalam surat cinta itu, ia juga mulai menebak-nebak siapa pemilik tulisan kecil dan jarang-jarang tersebut. Buku yang diperiksanya belum dikumpulkan kepada banjang atau pun wakilnya, mereka masih mengumpulkan buku di kolom dan barisan tengah.

Tulisan di surat itu dan tulisan di buku yang dikoreksinya mirip. Persis. Tak ada bedanya. Bora mengangkat buku bersampul merah itu ia pindahkan ke meja Hyojung, untuk menunjukkan kemiripan tulisan si pemilik buku dan si pengirim tugas.

"No Vira?"

Pandangan Bora langsung memendar ke arah kursi gadis pemilik buku yang dikoreksinya itu. Tumben, Vira dan laki-laki di sebelah kanannya tak berinteraksi sama sekali. Keduanya benar-benar tak menoleh satu sama lain padahal biasanya suara tertawa mereka ketika bercanda mendominasi isi kelas. Apakah karena Kim seonsaengnim masih duduk di depan kelas?

"Kau yakin, dia pengirimnya?" tanya Bora pada Hyojung.

"Melihat dari tulisannya saja, aku agak yakin kalau dia pengirimnya. Ditambah lagi, mengingat mereka selama ini dekat dan No Vira tidak begitu akrab dengan yang lain, sepertinya ... dia menyukai Lee Jeongmin," jawab Hyojung.

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Bora lagi. "Apakah kau membutuhkan sedikit hiburan?"

Mendengar pertanyaan itu, Hyojung tersenyum miring. "Tunggu saja nanti."

🎵🎵🎵

Minwoo, Youngmin, Kwangmin

1. Eodi: Di mana/Ke mana
2. Gaja: Ayo
3. Ya!: Hey!
4. Annyeong(haseyo): Hai (sapaan formal)
5. -imnida: (to be atau imbuhan/partikel untuk lebih sopan)
6. Jeoneun: saya adalah ...
7. Seonsaengnim: guru
8. Banjang: ketua kelas

Word count: 1272

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top