9. Kost-kostan
DAYINTA
Aku masih terduduk di kasur saat Saka masuk ke kamar, wajahnya yang santai kini tiba-tiba terlihat kalut.
"Kenapa Sak?"
"Gak apa-apa, gue kepikiran cewek gue, dia jam segini masih di kampusnya. Mau gue samperin, tapi di luar hujan!"
Aku mengangguk.
Diam sesaat sampai kami berdua terlonjak karena pintu kamar Saka diketuk dari luar.
Aduh anjir, ini gak digrebek kan ya? Ngeri juga aku kalo nanti digrebek terus masuk TV?
Kulihat Saka berjalan ke arah pintu, dan begitu ia membukanya, aku lega karena yang datang adalah ojek online yang mengantarkan makanan.
"Makasi, Pak." Ucap Saka, lalu ia menutup pintu kembali.
"Makanan nih, mau gak lo?" Tawar Saka.
Karena akan canggung kalau situasi gini aku tidur, jadilah aku turun kembali dari kasur. Menghampiri Saka yang sudah duduk asik di karpet unboxing makanan.
"Banyak banget ini cewek lo pesen?" Tanyaku saat melihat dimsum, pempek, martabak dan sebungkus nasi campur.
"Iyaa nih, tapi gue makan nasi campur lagi."
"Gak apa kali, Sak. Enak." Kataku sambil mengambil sepotong martabak dengan garpu yang tersedia.
"Ya elu, baru sehari di sini, jadi bilangnya enak. Lha gue?"
Aku tertawa.
"Lo kenapa sih Sak, nyari kerja sampe ke sini?" Tanyaku.
"Gue pengin nyari tempat kerja yang bisa sambil liburan, biar kalau sabtu minggu gue gak harus ke luar kota cuma buat nyari kesenangan."
Aku mengangguk mengerti.
"Lo kerja dari lulus SMA kan? Di kantor yang sama?"
"Eh engga, awal pindah ke sini kerja di EO gitu, soalnya dapet channel dari tetangga ya di situ. Pas udah di sini, ya cari sendiri, sempet di agensi juga, baru deh yang di sekarang."
"Lama ya lo di Bali, udah resmi nih jadi orang Bali!" Seruku sok asik.
"Hahaha penginnya gitu, abis orang Bali asik," Jawab Saka singkat.
Aku mengangguk, kali ini mengambil dimsum. Sementara Saka masih asik dengan nasi campurnya yang dia tambahi dimsum, jadi makin campur-campur.
"Eh iya, jam kerja lo dari jam berapa sampe berapa?" Tanya Saka.
"Setengah sembilan sampe setengah lima."
"Ohh, sama berarti. Yaudah, ini juga ujan, kayaknya gue gak bisa keluar juga, besok lo gue anter aja."
Aku mau melotot tapi gak jadi.
Waduhh? Ini ceritanya Saka tidur di sini malem ini? Ya hak dia sih, ini kan kamar kostnya, tapi...
"Oke, Sak." Hanya itu yang keluar dari mulutku.
Mataku mulai memandangi seluruh penjuru kamar ini lagi, mencari spot yang bisa dipakai tidur supaya aku dan Saka gak di kasur yang sama, tapi nihil, sofa milik Saka itu kecil, kalau mau duduk berdua aja pasti dempet banget tuh, apalagi kalau dipakai tidur? Mana Saka badannya tinggi. Kalau aku yang tidur di sofa? Well, gak muat juga.
Piye iki??
Atau Saka berbaik hati memilih tidur di karpet? Tapi karpetnya Saka nih tipis, kasian juga kalau dia tidur di situ. Doooh!
"Nih lo abisin ya?" Saka mendorong dimsum yang tersisa dua biji. Dengan senang hati aku mengangguk.
Selesai makan, Saka merapikan semua bekasnya, ia membawanya ke luar kamar, tadi sih pas jalan masuk kamar aku memang lihat ada tong sampah besar di lorong, mungkin Saka buang sampahnya di sana.
Tak berapa lama Saka kembali.
"Edun, hujannya makin deres!" Serunya, aku langsung melirik ke arah balkon, gak terlalu terlihat sih karena gelap, dan suaranya pun masih biasa karena pintu balkon sudah ditutup oleh Saka.
"Yaudah, ujan gini mah tidur deh ya?" Kataku, udah bingung ini harus ngapain. Kalau Saka bilang 'oke tidur' kan juga jadi jelas dia tidur di mana aku tidur di mana, gituuu.
"Yaudah, lo ke kasur sana. Gue mau sapu karpet sama lantai dulu."
"Lo tidur di karpet?" Tanyaku.
"Lo mau berdua gue di kasur?" Ia balik bertanya dengan nada meledek.
"Emmmmm~"
"Hahaha udah sana tidur, gue gampang."
Aku beranjak ke kasur, tapi gak langsung tiduran, melainkan duduk, melihat Saka menyapu karpet dengan sapu lidi, lalu menyapu lantai dengan sapu ijuk. Setelah menyapu, ia mengambil sesuatu dari laci yang paling bawah, ternyata itu sleeping bag.
"Lo tidur di situ? Seriusan?"
"Iyaa, lumayan tau bahannya ini agak empuk." Jelasnya.
Aku mengangguk, membiarkan Saka tidur di bawah kasur yang sedang ku tempati ini.
"Night Saka!" Kataku.
"Yeaah, night juga. Eh anjir!" Aku kaget sendiri, kok ada anjirnya?
"Kenapa Sak?"
"Lupa matiin lampu, eheheh, lo kalo tidur gak apa kan lampu mati?"
"Iya, gue lebih suka redup."
"Sip, mantap!" Kulihat Saka berdiri, ia mematikan lampu, gelap seketika sebelum akhirnya lampu di depan kamar mandi menyala. Lampunya gak terang, meskipun warnanya putih tapi bukan yang silau gitu untungnya. Yaa cukup lah pencahayaannya kalau kita mau ke kamar mandi malem-malem.
"Nah ini baru, good night Dayinta!" Terdengar suara Saka dari bawah. Dia tuh ya, masih aja suka manggil pake nama panjang.
"Iya, night Saskara!"
********
Hari pertama bekerja semua berjalan baik, orang kantorku sangat welcome ke orang baru, mereka semua ramah dan gak pelit ngomong kalau aku banyak nanya-nanya.
"Woy! Sorry ya!" Aku yang sedari tadi menunggu Saka akhirnya lega, ini anak bilang mau jemput tapi lama banget, hampir 15 menit aku berdiri di depan kantor.
"Iya gak apa." Kataku, mau marah tapi takut disangka gak tau diri, heheheh.
"Yok, kita ke si Icha." Ajak Saka, aku langsung memakai helm yang ia berikan lalu naik ke boncengannya.
Nah, hari ini memang Saka menjadwalkan aku bertemu pacarnya, sekalian tanya-tanya soal kost-kostan.
Saka mengajakku ke kawasan kampus, lalu agak sedikit memutar ke bagian belakang sebelum akhirnya motor berhenti di depan sebuah rumah besar.
"Day, bukain pagernya dong hehehe." Ujar Saka, aku langsung turun, membuka pagar putih besar lalu Saka pun memasukan motornya.
Asli sih, tempat ini bukan kaya kost-kostan, lebih ke rumah mewah gitu.
"Yuk!" Saka turun dari motornya, masuk begitu saja ke dalam rumah lalu mengetuk sebuah pintu. Tak lama, pintu dibuka dan muncul lah seorang gadis manis. Ia tersenyum kepada kami berdua.
"Lama banget kalian, ini kak Dayinta yaaa?" Serunya ramah, aku langsung mendekat mengulurkan tangan, gadis bernama Icha ini pun langsung menjabat erat tanganku, sambil cipika-cipiki malah.
"Aku Icha, kak. Pacarnya Saka."
"Dayinta, bebas panggil Dayi atau Ayi." Kataku.
"Yuk masuk!" Ajak Icha.
Kamar kost Icha sama bagusnya dengan kostan Saka, segala hal tertata rapi di kamar ini. Cuma kasurnya Icha lebih kecil, kalau kasurnya Saka tuh ukuran queen deh setahuku.
"Nah gini kak kalau kostan deket kampus, kecil kamarnya, beda kalau dibandingin punya Saka." Jelas Icha saat kami bertiga duduk beralaskan karpet.
"Ya gak apa sih sebenernya kalau soal ukuran, toh aku kan tinggalnya sendiri."
"Iyaa bener sih, tapi di sini full semua Kak, aku udah tanya temen, mereka juga pada full, ada sih yang belum bales."
"Yaudah gak apa, jangan kamunya yang jadi repot nanti, bisa lah aku cari sendiri." Kataku, Icha mengangguk, lalu ia pun menawari kami camilan yang ada di toples yang ia hidangkan.
"Eh, ini Jik Angga telefon, sebentar yaa!" Saka yang sedari tadi diam izin keluar. Kenapa ya? Mau angkat telefon aja harus keluar dulu.
"Kak Ayi asalnya sama kaya Saka?" Tanya Icha, dari apa yang kulihat Icha ini ramah, sumpah dia tuh definisi cewek manisnya Indonesia deh. Kulitnya sawo matang yang bagus gitu, berkilau, terus rambutnya diponi ala-ala Korea, dan kalau dia senyum lesung pipi yang cuma seujung pulpen itu muncul. Aku yang cewek aja gemes sama dia, apalagi cowok ya?
"Iya, sama Dek. Aku sama Saka satu sekolah waktu SMA. Satu kelas terus malah, temen sebangku." Jelasku. Ya, aku gak mau nanti Icha mikir macem-macem soal aku dan pacarnya itu.
"Jadi Kakak ya yang diceritain Saka kalau dulu dia suka nyontek PR temennya?"
Aku tersenyum mengangguk.
"Parah emang ya dia tuh!" Seru Icha. Tak lama, kami berdua menoleh, Saka masuk dengan wajah sumringah.
"Kenapa Yaang?" Tanya Icha.
"Ajik telefon, katanya di bawah ada yang berantem, si Cindy sama Bowo, terus Bowo pergi, ehh gak lama Cindy nyewa mobil angkut gitu buat bawa barang-barangnya."
"Jadi ada kamar kosong, Sak?" Tanyaku penasaran, happy sih sebenernya kalau beneran ada kamar kosong di tempatnya Saka, karena lokasinya strategis.
"Kata Ajik sih tunggu jam 9 malem deh, kalau Cindy sama Bowo gak balik lagi boleh lo pake kamarnya, Ajik bilang lagian mereka belom bayar kostan bulan kemaren, hahahaha."
"Tuh Kak, jodoh kali kostnya bareng Saka, emang enak kok tempatnya kalau buat pekerja gitu." Ucap Icha, aku mengangguk antusias.
"Kita ke kostan gue aja yuk? Biar nanti kalau udah jam 9 bisa langsung turunin bawang lo, Yi." Ujar Saka.
"Yukk, aku ikuttt!"
"Bonceng tiga aja ya kita?"
"Dihh ogah, Yaaang. Aku sama Kak Ayi di taksi aja, kamu bawa motor sendiri."
"Oke deh kalau gitu, kalian langsung aja, aku nanti mampir beli makan dulu buat kita." Kata Saka seraya memberikan kunci kepada Icha.
"Iyaa, yuk Kak Ayi!"
**
Aku dan Icha sampai di kamar kost milik Saka, si empunya kamar sendiri belum datang.
"Kak, Saka tuh anaknya rapi banget, nanti minta tolong bantuin beresin kostan ke Saka aja. Kamar aku aja dia yang rapiin, sebelum aku kenal dia nih yaa, kamar aku ya begitu, seada-adanya, pas Saka main ke kost, eh dikit-dikit dia rapihin. Posisi kasur lah, meja belajar lah." Jelas Icha.
Dari yang aku tangkep, Icha nih anaknya asik, dia mau aja gitu pacarnya bantuin cewek lain, padahal kan biasanya cewek tuh menghindari banget pacarnya berurusan sama perempuan lain, tapi kerennya, si Icha nih gak begitu.
"Sip deh kalau gitu, nanti aku minta Saka buat bantuin beresin. Oh iya, kamu tahu gak? Kostan nya ngasih fasilitas apa aja?" Tanyaku.
"Emmm..." Icha berpikir sambil melihat-lihat sekeliling kost Saka.
"Setahu aku ya Kak, ini kasur Saka beli, dia gak suka soalnya kasur yang kecil, tapi kayaknya dapet kasur kecil gitu deh, yang langsung nempel di lantai, abis itu dapet lemari, tapi Saka gak suka pakai lemari, dia jadi beli laci ini sendiri. Sama meja itu, yang ukiran, itu bawaan dari sini." Jelas Icha.
Aku mengangguk, lumayan sihh kalau gitu, aku cuma butuh beli printilan-printilan kecil yang mungkin nanti kubeli sambil jalan.
Terdengar ketukan di pintu ketika Icha sedang asik membahas teman kuliahnya, tak lama Saka membuka pintu, ia membawa sebuah bungkusan.
"Makan yuk!" Ajaknya. Saka membeli paketan nasi ayam dari sebuah resto cepat saji yang sangat terkenal.
Icha mendorong meja, agar kami bisa lebih leluasa duduk di karpet.
"Yi, tadi gue ketemu Ajik di bawah. Katanya Cindy udah balik, tapi cuma ngasih kunci. Fix kosong kamarnya, itu Ajik lagi beresin dikit sama ganti sprei katanya, nanti Ajik telefon kalau udah beres." Jelas Saka santai, sambil mengunyah malah.
"Okeee sippp! Thanks Sak!" Seruku tulus. Yaa, aku beneran seneng bisa gampang sekali dapet tempat tinggal. Padahal nyari kostan tuh jodoh-jodohan loh, eh untungnya ini langsung dapet dan tempatnya bagus.
"Eh iya Sak, kamarnya di belah mana?" Tanyaku.
"Pojok, persis di bawah kamar gue."
Aku mengangguk, kalau gitu ada kemungkinan kamarku lumayan luas juga nih, kaya kamarnya Saka.
Selesai makan, kami turun karena Ajik sudah menelepon Saka. Aku dan Icha sih yang turun, Saka menyusul dengan barang-barangku.
"Makasi banyak yaa Jik Angga!" Seruku saat beliau menyerahkan kunci kamar ini.
"Iya Mbak. Oh iya, jatah sprei cuma satu yaa, jadi kalau mau ganti yaa harus sendiri heheheh. Terus itu ada rak punya mbak Cindy gak dibawa, terserah mbak Ayi mau dipake atau ditaro gudang aja. Dan kalau butuh barang apa-apa coba cari dulu di gudang, jadi gak usah boros beli lagi." Aku mengangguk. Kost ini punya gudang ternyata? Waw!
"Ada gudang Jik?" Tanyaku.
"Iya Mbak, kalau ada barang-barang pemilik sebelumnya yang ditinggal atau ketinggalan biasa kita simpen gudang, kalau dijual takut orangnya balik ke sini nyari. Lagian kan kalau di gudang bisa dipake orang lain. Kaya Mas Saka nih, lemarinya disimpen gudang, kasurnya disimpen di gudang, lumayan buat yang pengin lemari lagi, dipake deh sama Mbak Qiana." Jelas Jik Angga.
"Oh gitu, oke Jik nanti saya main-main ke gudang hehehe."
"Yaudah Mbak, ditinggal yaa,"
Aku mengangguk. Aku dan Icha masuk ke kamar dan aku langsung tersenyum, kamar ini sudah lumayan lengkap.
Ada kasur ukuran sedang, mungkin 145cm × 200cm kali ya? Karena lumayan ukurannya. Lalu ada kemari kayu yang lumayan lebar tapi gak tinggi. Cukup lah buat barang-barangku. Ada coffee table juga, cocok nih buat simpen makanan. Ada rak serbaguna juga, dan ada satu set meja belajar lengkap dengan kursinya.
"Yaang, kamu bantuin Kak Ayi beres-beres ya?"
"Iyaa laah, pasti!" Sahut Saka. Aku menoleh, ia sudah menurunkan dua koper ku.
"Yi, barang lo yang di laci belom gue keluarin yaa, sendiri aja."
"Oh yaudah iya, gue ambil aja." Kataku, Saka memberikan kunci kamarnya dan aku pun ke atas.
Memindahkan bajuku dari lacinya Saka ke ransel. Aku langsung keluar lagi, tak lupa mengunci kamar Saka, lalu turun kembali ke kamarku.
Saat masuk kamar, aku kaget melihat Saka dan Icha sedang menggeser lemari. Posisi kasur pun sudah bukan di tempat semula.
"Kak, gak apa kan ini kita geser?" Tanya Icha, aku mengangguk pasrah. Bingung sih, tapi perubahan yang Saka dan Icha lakukan okee, jadi pas gitu posisinya, yaa aku gak protes dong kalau gitu?
Akhirnya sepanjang malam kami bertiga mendekor ulang kamarku, dan berkat tangan ajaib Saka, kamarku jadi super nyaman. Saka sudah menuliskan barang-barang apa saja yang perlu kubeli.
Membalas kebaikan mereka, aku memesankan burger untuk mengisi energi yang sudah keluar karena acara beberes tadi.
Gosh! Beruntung banget aku kenal mereka berdua. Mantap laah!
******
TBC
Thanks for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoxo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top